Andrian Emosi

417 36 1
                                    

"Tapi kenapa kamu yang datang biasanya bayu yang selalu di suruh, Ayah?" tanya Andrian bingung membuat Nadia langsung mati kutu dan Rina langsung tersenyum puas.

'Mampus kau,' batin Rina sambil tersenyum miring.

"Ya udah kalo gitu, aku siap-siapnya dulu," ucap Andrian lalu berbalik ingin ke kamar, tidak lupa ia menarik tangan Ara untuk ikut dengannya.

Rina yang melihat itu langsung tersenyum, berbeda dengan Nadia, ia nampak kesal sekali, Rina langsung memperhatikan raut wajah Nadia.

"Cemburu ya," ledeknya membuat Nadia langsung sadar dan merubah ekspresinya menjadi biasa aja.

"Nggak," jawabnya ketus membuat Rina langsung mangut-mangut.

Beberapa menit kemudian Andrian dan Ara sudah keluar. Rina langsung tersenyum licik.

"Kak, aku sama Ara boleh nebeng nggak, sih?" tanya Rina begitu Andrian sudah di hadapannya.

"Nebeng? Kalian mau kemana?" tanya Andrian bingung begitu juga dengan Ara.

"Em … ke perpustakaan," jawab Rina membuat Andrian mangut-mangut, tapi tidak dengan Ara.

"Boleh nggak?" tanya Rina lagi memperjelas.

"Boleh dong, ya udah yuk," ajak Andrian lalu ia berjalan terlebih dahulu.

"Kamu mau ngapain ke perpustakaan?" tanya Ara berbisik.

"Udah jangan banyak tanya, pakai jilababmu cepat," suruh Rina yang dibalas anggukan oleh Ara, lalu Ara kembali ke kamar sedangkan Rina ia keluar menghampiri Andrian.

"Ara mana?" tanya Andrian melihat Rina datang sendirian.

"Di dalam Kak, mungkin kakinya masih sakit, gendong gih sana biar cepat," saran Rina yang dibalas anggukan oleh Andrian lalu ia kembali masuk menjemput Ara.

Disisi lain, Ara yang hendak keluar langsung kaget lalu melingkarkan tangannya di leher Andrian saat Andrian menggendongnya.

"Kakak ngapain?" tanya Ara, tapi tidak di hiraukan oleh Andrian, ia malah berjalan ke arah mobil.

Nadia yang sedari tadi ingin duduk di kursi depan langsung berdiri begitu saja melihat ulah Rina. Begitu Andrian sudah dekat, Rina langsung mendekati Nadia.

"Minggir dong, yang punya mobil udah mau sampe tuh, kita mah yang numpang di belakang baja duduknya," ucap Rina di sertai sindiran sambil membuka pintu depan.

Andrian langsung mendudukkan Ara di depan, lalu menutup pintu mobil kemudian Andrian masuk dari sebelah sana.

"Loh kamu di belakang, Rin?" tanya Ara yang dibalas anggukan oleh Rina.

"Iyalah, masa aku di depan sih, sadar diri 'lah aku siapa, harus mengutamakan orang yang punya mobil 'lah," jawab Rina lebay membuat Ara tertawa, ia tidak tahu kalo tujuan omongan Rina tersebut tertuju pada Nadia.

"Bisa aja kamu," lanjut Ara lalu kembali menoleh ke depan.

"O iya Kak, coba deh kamu liat mata Ara, tadi kayak merah-merah gitu, kamu kelilipan, Ra?" suruh Rina membuat Andrian langsung menoleh sebelum menjalankan mobil. Sedangkan Ara, ia semakin bingung, perasaan matanya baik-baik saja.

Tanpa membuang waktu Andrian langsung memajukan tumbuhkan ke dekat Ara lalu menangkup wajah istrinya tersebut dan memperhatikannya secara teliti.

Nadia yang sadar sedang di kerjain oleh Rina langsung membuang pandangannya ke luar jendela, Rina yang melihat itu langsung menahan tawa sambil menutup mulutnya.

"Sakit matanya?" tanya Andrian lembut, Ara hanya menggeleng karena memang matanya tidak kenapa-kenapa.

Andrian langsung mengusap wajah Ara lalu kembali ke posisinya dan mulai menjalankan mobil.

"O iya Rin, kamu mau ngapain ke perpustakaan?" tanya Andrian sambil menyetir dengan pandangan yang fokus ke depan.

"Em … itu Kak, aku mau presentasi minggu depan," bohong Rina membuat Ara langsung menyergit.

'Presentasi apaan? Minggu depan 'kan UAS,' batin Ara.

"Owh, kalian kapan UAS?" tanya Andrian lagi membuat Rina langsung mati kutu.

"Mungkin minggu depannya lagi," bohongnya lagi, sambil menepuk mulutnya pelan, Ara yang melihat itu langsung menahan tawa, ia mengerti sekarang kalo Rina sedang menjahili Nadia.

"Kalian pulang dari perpustakaan jam berapa?" tanya Andrian lagi.

"Kalo Kakak sendiri pulang dari kantor jam berapa?" Rina malah balik bertanya membuat Andrian menyergit, sedangkan Nadia, ia bungkam dan pandangan masih setia ke luar jendela.

"Aku bentar aja kok, mimpin rapat aja, abis itu pulang," jawab Andrian.

"Oh, baguslah Kak, aku sama Ara bisa nebeng lagi, ya udah kalo gitu Kakak chat aja nanti kalo udah selesai, aku sama Ara nunggu di perpustakaan atau nggak di kafe depannya," lanjut Rina yang dibalas anggukan oleh Andrian.

'Pasti perempuan ini ngerjain aku, liat aja kamu,' batin Nadia sesekali matanya tajam melihat Ara yang duduk di depan.

Sampai di perpustakaan Ara dan Rina langsung turun tapi sebelumnya Andrian menahan tangan Ara, membuat Ara kembali menoleh.

"Kenapa, Kak?" tanya Ara bingung.

"Kakinya masih sakit nggak, matanya masih perih?" tanya Andrian, membuat Rina langsung mengulum senyum.

"Hah? Oh, nggak-nggak Kak, aku udah baikan kok," jawab Ara, Nadia yang melihat itu hanya memutar mata malas.

"Oke, nanti aku jemput ya selesai rapat," lanjut Andrian yang dibalas anggukan oleh Ara. Setelah mobil Andrian pergi, Ara langsung menatap Rina penuh selidik.

"Kenapa kamu?" tanya Rina yang masing senyum-senyum, membuat Ara menyipitkan matanya.

"Kamu ngerjain Kak Andrian ya," tebak Ara membuat Rina langsung tertawa.

"Nggak suamimu aja sih, lebih tepatnya si Nadia caper," terang Rina membuat Ara langsung geleng-geleng.

"Trus kita ngapain ke sini?" tanya Ara lagi membuat Rina menaruh jari telunjuknya di bibir seolah-olah berfikir.

"Em … nggak ada, kita duduk-duduk aja," jawabnya santai membuat Ara menganga.

"Kamu gila ya," kesal Ara, tapi Rina hanya menggedikkan bahunya.

"Rilex Ra, aku cuma mau ngasih gambaran dulu sana si Nadia sejauh mana aku bisa buat dia kesal," terang Rina membuat Ara langsung menghembuskan nafas kasar.

Satu jam kemudian; Andrian sudah selesai rapat, sakarang ia menuju toilet, tapi langkahnya terhenti saat mendengar namanya di sebut dari toilet wanita, ia mulai mendekati pintu.

"Kamu tau nggak sih, istrinya Andrian itu polos kayak bocah nggak ada kesan dewasanya sedikit pun," ucap Nadia, Andrian tau persis suara Nadia.

"Iya ya, kenapa Pak Andrian yang segitu ganteng suka sama cewek kayak gitu, apa di pelet kali ya," ujar seorang wanita teman Nadia ngobrol.

"Bisa jadi, aku juga ngerasa Andrian kayak makin goblok setelah memperistri tuh cewek," lanjut Nadia, Andrian yang mendengar itu hanya menaikkan alisnya sebelah lalu mangut-mangut.

"Eh by the way, kamu suka ya sama Pak Andrian? Soalnya keliatan jelas tau," tanya wanita itu lagi, Andrian langsung mendekat 'kan telinga ke pintu.

"Iya aku suka sama dia, makanya aku kaget banget pas tau dia udah nikah, eh yang dinikahin malah bocah, aku nggak peduli 'lah, palingan mereka tar cerai," 

Jleb! Andrian tidak menyangka seburuk itu doa Nadia untuknya, ia berusaha menahan emosinya, tanpa membuang waktu ia langsung pergi ke toilet.

Jangan lupa kasih like dan ulasan bintang 5 dan follow authornya, biar author makin semangat nulisnya, love you all


Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang