Nadia Mual

204 19 0
                                    

sampai di kantor Andrian tidak henti-hentinya tersenyum karena merasa sangat bahagia telah menjadikan Ara istri seutuhnya.

di sisi lain kedua preman telah sampai di depan kantor Andrian dan mereka sedang menunggu Andrian untuk memberikan pekerjaan untuk mereka

"Ngapain kalian di sini? Oh saya tahu kalian pasti mau minta maaf kan secara kalian dari pagi hingga malam saya telepon tak satupun yang mengangkat," ucap Nadia tiba-tiba mengagetkan mereka berdua dari belakang, dan mereka langsung berbalik.

"Em … anu Buk, ka-" ucapan salah satu preman tersebut terpotong.

"Anu apa, ha? Kalian berhasil nggak buat ban mobil Andrian bocor di tengah jalan?" tanya Nadia jutek, kedua preman tersebut hanya mengangguk.

"Ya udah kalo gitu bagus, kenapa kalian nggak bisa di hubungi?" lanjut Nadia, salah satu preman tersebut selalu melihat ke belakang Nadia.

"Jawab? Jangan diam aja, percuma loh saya gaji kalian mahal-mahal kalo ujungnya gagal," omel Nadia.

"Oh jadi kamu yang gaji," ucap seseorang dari belakang Nadia, dengan segera ia berbalik lalu tersenyum ke arah Andrian.

"Andrian ak-" ucapan Nadia terpotong.

"Nggak apa-apa, aku malah berterima kasih sama kamu, berkat kamu suruh mereka akhirnya aku mendapatkan tenaga kerja baru," terang Andrian membuat Nadia bingung.

"Maksud kamu?" tanya Nadia masih bingung.

"Yah, sudah seminggu ini kantor ini butuh karyawan tetap untuk bersih-bersih, tapi sampe kemaren belum ada juga tambahan dan berkat ketemu mereka, akhirnya jadi ada anggotanya," terang Andrian membuat Nadia langsung kaget lalu dengan cepet ia menggeleng.

"Jangan Dri, mereka itu preman," larang Nadia membuat Andrian menyergitkan keningnya.

"Iya sih bener, tapi saya lebih percaya mereka di banding penghianat yang ada di kantor ini," sindir Andrian, terlihat ada raut tidak suka dari wajah Nadia.

"Baiklah, kalian berdua boleh kerja di sini, tugas kalian simple kok hanya membersihkan kantor ini supaya nyaman dan karyawan enak kerjanya, tapi alangkah bagusnya jika kalian juga bisa membersihkan kantor ini dari orang-orang yang kotor otaknya juga lebih bagus, saya tambah gaji," lanjut Andrian yang dibalas anggukan oleh kedua preman tersebut.

"Baik pak, kami akan bekerja semampu kami," jawab salah satu preman tersebut, sedangkan Nadia, ia masih belum percaya apa yang ia dengar barusan.

"Kalian bisa ke sana aja ya, bilang di buatin id card sama minta baju kerjanya juga," lanjut Andrian sambil menunjuk tempatnya.

"Baik Pak, terima kasih banyak. Permisi, Pak," jawab mereka lalu mereka masuk ke dalam kantor.

Setelah mereka pergilah Andrian menoleh ke samping dan mendapati Nadia masih bengong, mungkin belum percaya apa yang dilakukan Andrian.

"Sudah jangan bengong, sana kerja. Lain kali kalo mau jebak aku nggak gitu caranya, agak norak jatohnya," ucap Andrian membuyarkan lamunan Nadila. Belum sempat Nadia menjawab, Andrian sudah meninggalkannya terlebih dahulu.

"Apa ini penghinaan?" gumam Nadia setelah melihat punggung Andrian mulai menjauh.

Sampai di ruangannya Andrian langsung duduk di singgasananya, kemudian tangannya langsung merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel. Lalu menghubungi Rina.

[Assalamualaikum, Kak] sapa Rina.

[Walaikumsalam, kamu lagi sibuk nggak, Rin?] tanya Andrian.

Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang