Sampai di rumah Ara langsung turun dan memapah Andrian masuk ke dalam rumah. Sedangkan Andrian ia hanya tersenyum melihat Ara begitu serius memapahnya, sampai-sampai tatapan Ara selalu ke arah kaki Andrian.
Sampai di kamar, Ara langsung mendudukkan Andrian di ranjang, kemudian ia mengangkat kaki suaminya itu dengan pelan.
"Kakak mau apa? Biar Ara buatin," tanya Ara lembut membuat Andrian langsung mengangkat jari telunjuknya ke dagunya seperti orang berpikir.
"Em ... Apa ya? Cinta kali ya," jawabnya ngaur membuat Ara langsung blushing lalu menunduk sebentar.
"Serius Kak,"
"Beribu-ribu rius," jawab Andrian lalu terkekeh yang di ikuti dengan Ara.
Samar-samar Ara mendengar ketukan pintu dari bawah, ia langsung turun membuka pintu.
"Rina,"
"Hay beb ... Kok pulang nggak bilang-bilang, sih? Aku kan mau nitip barang," ucap Rina manyun lalu merangkul pundak Ara.
"Ih, kamu ya, aku 'kan pulang buru-buru soalnya Kak Andrian kecelakaan," jawab Ara membuat Rina langsung kaget lalu berhenti.
"What? Kecelakaan?" tanya Rina lagi yang dibalas anggukan oleh Ara.
"Sekarang suami laknatmu itu mana?" tanyanya sambil celingak-celinguk membuat Ara menganga mendengarnya.
"Hus ... Jangan gitu, ada kok di kamar," jawab Ara, tanpa menghiraukan Ara, Rina langsung naik ke atas diikuti oleh Ara.
"Assalamualaikum Pak ketua,"
"Walaikumsalam, eh, Rina datang juga," sapa Andrian yang duduk sambil bersandar di sisi ranjang.
"Iya, tapi bukan mau jengukin, mau minta oleh-oleh sama, Ara," jawab Rina santai membuat Andrian langsung kesal.
"Lukanya segitu doang ya. Wajarlah sebagai peringatan gitu," sindir Rina lagi membuat Ara langsung menyubit lengan Rina.
"Ngapain kamu juga nyubit-nyubit, orang aku benar kok," sambungnya dengan santainya, Andrian terbelalak mendengar sindiran Rina begitu juga dengan Ara.
"Eh Rin, aku ketinggalan berapa matkul?" tanya Ara mengalihkan pembicaraan.
"Banyak, makanya jangan suka libur ntar nggak lulus-lulus," ledeknya membuat Ara langsung kesal.
"Iya," jawab Ara tersenyum kecut membuat Andrian terkekeh melihatnya.
"Oh iya Ra, bulan depan kita ada kegiatan family gathering tau sama alumni-alumni, kamu mau ikut nggak?" tanya Rina serius membuat Ara langsung bingung lalu melihat Andrian.
"Tergantung Kak Andrian," jawab Ara lalu menunduk memainkan ujung jilbabnya, Rina langsung memutar mata malas.
"Elah, ngapain pamit sih, kayak suamimu nggak pernah kuliah aja," jawab Rina datar membuat Andrian menyergit lalu melihat Ara yang masih menunduk.
"Nggak apa-apa sayang, kamu ikut aja, Kakak izinin kok," ucap Andrian membuat Ara langsung tersenyum.
"Kalaupun Kakak nggak ngizinin, aku tetap bawa, Ara," sambung Rina mengancam membuat Andrian langsung tertawa.
"Jahat, ya," ujar Andrian yang dibalas anggukan oleh Rina.
"Ya udah deh, kalo nggak ada oleh-oleh, aku pulang aja," pamit Rina pada Ara dan Andrian.
"Hati-hati ya Rin," ucap Ara yang dibalas anggukan oleh Rina.
Saat Rina hampir menghilang dari pintu, ia kembali berbalik.
"Cepat sembuh Kak, jangan repotin Ara mulu, aku nggak suka, dia bukan pembantu," ujat Rina sedikit berteriak membuat Andrian langsung tertawa.
"Iya, siap Bu bos!" teriak Andrian.
"Bagus, laksanakan perintah," jawab Rina kemudian ia pergi melanggeng begitu aja, membuat Andrian dan Ara tertawa.
Ara dan Andrian masih terus melihat tingkah Rina yang menurut mereka blak-blakan, tapi baik.
"Itu bener Rina ke sini cuma mau minta oleh-oleh?" tanya Andrian membuat Ara langsung menoleh ke arahnya.
"Iya Kak, dia suka bantal yang ada gambar Lee Jung Suk," jawab Ara membuat Andrian langsung terkekeh.
"Ada-ada aja, bukannya dia play girl masih aja suka yang nggak nyata," ledek Andrian membuat Ara langsung tertawa.
"Nyata Kak, cuma aktornya nggak tau kalo Rina ada di muka bumi ini buahaha," tawa Ara pecah mengingat kelakuan Rina begitu juga dengan Andrian yang mendengar penuturan Ara.
"Kakak tau, Rina itu kalo lagi stres banget mikirin aktor Korea, dia biasanya cium poster di dinding, wallpaper diganti jadi foto fansnya sampai gorden pun ditempeli foto Lee Jung Suk," tambah Ara membuat Andrian tertawa terbahak-bahak sambil geleng-geleng.
***
Malam hari, Ara sedang sibuk melihat tugas-tugas kuliahnya, sedangkan Andrian sibuk chat an dengan Yuda.[Assalamualaikum, Makasih ya udah bayarin biaya rumah sakit tadi. Oh iya, minta nomor rekeningmu dong,]
Pesan Andrian terkirim ke Yuda langsung centang biru.
[Walaikumsalam, kalo kamu chat cuma mau ganti uang yang tadi langsung aku blok nih]
[Eh jangan dong, 'kan gua nggak enak masa sih dibayarin, padahal lu udah repot jagain tadi sebelum Ara datang]
[Jangan lebay deh, aku tadi nggak jagain, tapi duduk-duduk aja. Udah lah nggak usah bahas-bahas itu lagi, yang penting sekarang jagain istrimu baik-baik, assalamualaikum]
"Dih, cuek banget deh, sok ganteng," umpat Andrian kemudian ia sadar kata-kata terakhir Yuda, ia langsung melihat kearah Ara yang sibuk memainkan ponselnya.
"Ara," panggilnya membuat Ara langsung mendongak melihat ke arah Andrian.
"Kenapa, Kak? Butuh sesuatu?" tanyanya, tapi dibalas gelengan oleh Andrian. Ia malah menepuk-nepuk ranjang menyuruh Ara mendekat.
Ara langsung menantikan ponselnya kemudian berjalan mendekati Andrian kemudian naik ke ranjang.
"Kenapa Kak?"
"Tidur yuk,"
"Hah?"
"Udah jam 10 sayang, jangan begadang lagi," ucap Andrian lalu merebahkan tubuhnya dan menarik tubuh Ara agar ikut berbaring juga lalu ia memeluk Ara.
Ara hanya tersenyum dengan perlakuan Andrian, seketika semua kekesalan hatinya sirna begitu saja.
"Makasih ya, sudah merawatku dengan baik," bisik Andrian.
"Sudah kewajiban Ara sebagai istri," jawab Ara membuat Andrian mengeratkan pelukannya lalu menutup matanya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuhku Penyelamat Hidupku
Genç KurguAra adalah anak yang trauma dengan laki-laki karena traumanya di masa lalu membuatnya menjadi galak untuk menutupi rasa takutnya. Akankah Andrian mampu mengubah sifat Ara yang galak dan melunakkan hati Ara menjadi seperti perempuan pada umumnya. ...