"Dia nggak cocok jadi istrimu!" bentak Nadia sambil menunjuk ke arah Ara."Jadi siapa yang cocok?" tanya Andrian balik membuat Nadia langsung bungkam, ia masih belum sanggup mengatakan dirinya.
"Kamu ingat Nadia semenjak kamu datang, aku selalu menyakiti perasaannya karena aku selalu mengira dia terlalu kanak-kanak dan sekarang aku udah paham yang salah siapa, aku sadar aku udah di butakan sama embel-embel sahabat kecilmu itu," lanjut Andrian blak-blakan, Ara langsung mendongak melihat Andrian.
"Ingat Andrian kamu bakalan nyesal udah nyia-nyiain aku dan milih perempuan kampung ini!" ancam Nadia lalu ia pergi begitu saja.
Andrian langsung membuang nafas kasar, ia tidak menyangka Nadia se egois ini, hanya mementingkan kepentingannya sendiri.
"Kak," panggil Ara pelan sambil memegang tangan Andrian membuat Andrian langsung menoleh lalu tersenyum.
"Kakak nggak apa-apa?" lanjut Ara, bukan menjawab, Andrian malah menarik Ara ke pelukannya untuk meredakan emosinya.
"Aku nggak apa-apa," bisiknya, tangan Ara terulur mengusap punggung Andrian lalu tersenyum.
"Ya udah kita ke ruangan ya," ajak Andrian lalu manarik tangan Ara pelan menuju ruangannya.
Bagitu mereka sampai, Ara langsung mengambil kursi lalu duduk disamping singgasana Andrian.
Kemudian ia mengeluarkan lap topnya untuk mengerjakan sedikit demi sedikit skripsinya. Sedangkan Andrian, ia hanya tersenyum melihat Ara lalu ia merogoh sakunya mengambil ponsel.
Begitu ia menyalakan ponselnya, ia melihat ada pesan dari Rina, tanpa membuang waktu ia langsung membacanya.
[Hati-hati Kak, hari ini Nadia berencana mau masukin obat perangsang di minumanmu, dia mau ngelakuin apa aja demimu] tulis Rina, mata Andrian langsung membola melihatnya, ia tidak percaya Nadia sampe segitunya.
"Sayang, aku ke kamar dulu ya ngambil berkas," bohong Andrian yang dibalas anggukan oleh Ara, lalu ia beranjak dari singgasananya menuju kamar pribadinya.
Setelah memastikan Ara tidak akan mendengar ia lagi, Andrian langsung menelpon Rina.
[Assalamualaikum] sapa Rina.
[Walaikumsalam, cepat katakan bagaimana ia merencanakan itu semua?] tanya Andrian tanpa basa-basi, kakinya ia goyang-goyang sebelah karena penasaran.
[Ribet Kak jelasinnya, saranku nih mending suruh siapa gitu temen Kakak yang cowok nunggu di dalam hotel, lalu Kakak chat dia bilang antar berkas ke hotel tersebut, gimana?] saran Rina membuat Andrian sejenak berfikir.
[Benar juga ya, em gini sebenarnya Bayu orang kepercayaanku itu dari awal ngeliat Nadia, dia itu keliatan suka banget sama Nadia, tapi karena Nadia selalu mengekoriku jadinya Bayu belum pernah ngungkapin perasaannya] terang Andrian, terdengar Rina bersorak yes.
[Ya udah gitu aja, sesuai rencana aja, Kak. Jangan sampe ia yang duluan bertindak]
[Oke, oke]
"Kak," terdengar suara Ara mengetuk pintu sambil memanggil Andrian.
"Iya sayang sebentar!" teriak Andrian lalu buru-buru mematikan ponselnya. Lalu bergegas membuka pintu, begitu pintu terbuka ia melihat Ara memanyunkan bibirnya.
"Kenapa ini? Kok pagi-pagi udah manyun aja?" tanya Andrian membuat Ara langsung kesal.
"Batre lap topnya abis, Ara belum simpan filenya," jawab Ara membuat Andrian langsung bernapas lega, ia kira Ara mendengar percakapan mereka.
"Chargernya ada di laci," lanjut Andrian lalu berjalan menuju laci dan mengambil charger tersebut.
"Nih, kamu lanjutin skripsi kamu lagi, aku keluar bentar ya," ujar Andrian yang dibalas anggukan oleh Ara.
Andrian langsung keluar menemui Bayu, ia langsung mengajak Bayu ke tempat sepi tepatnya dalam lift.
"Ada apa Pak manggil saya?" tanya Bayu saat mereka sudah masuk ke dalam lift dan isinya cuma mereka berdua.
"Jadi gini Bayu, saya menugaskan kamu sekarang sampai malam kerja di hotel," ucap Andrian membuat Bayu bingung.
"Di hotel maksudnya gimana, Pak?"
"Kamui bawa lap top dan kerjain kerjaan kamu di kamar hotel saya udah pesan kamarnya, di Hotel Permata nomor 50, kamu ke sana aja bilang atas nama saya, mereka nanti bakal ngasi kunci ke kamu, karena nanti bakal ada tamu yang nganterin file ke situ," terang Andrian membuat Bayu langsung mengangguk.
"Baik Pak, enak dong saya bisa tiduran sambil ngerjain tugas," ucap Bayu sambil terkekeh membuat Andrian langsung tersenyum.
"Pokoknya kamu tunggu sampai tamu itu datang ya, antara sore dan malam, kalo mau makan tinggal bilang aja sama pelayan," lanjut Andrian.
"Baik Pak, sekarang saya langsung ke sana aja?" tanya Bayu yang dibalas anggukan oleh Andrian.
"Sampai ketemu besok ya, jangan lupa file yang di kasih tamu, besok kasih ke saya," ujat Andrian.
"Baik, Pak,"
Setelah perbincangan itu, Andrian membuka lift lalu mereka keluar, Bayu menuju meja kerjanya mengambil berkas dan lap topnya lalu berangkat ke hotel.
Sedangkan Andrian kembali ke ruangannya, bagitu ia masuk, ia melihat Ara masih sangat serius dengan lap top. Sampai-sampai Ara tidak sadar kalau Andrian sudah duduk di sebelahnya.
Andrian kembali mengambil ponselnya lalu mengetikkan pesan pada Nadia.
[Kamu anterin file ke Hotel Pertama nomor 50 nanti sore, aku di situ soalnya sambil ngerjain tugas] Andrian langsung mengirimkan pesan tersebut pada Nadia.
[Kok di hotel segala, kamu sama siapa?] balas Nadia beberapa detik kemudian.
[Sendiri, soalnya Ara lagi pergi ke rumah temannya Rina dan nginap di sana sambil ngerjain skripsi] balas Andrian. Arah tidak tahu Andrian sedang ngapain karena ia masih fokus ke lap topnya.
[Oke, aku ke hotel sore ini, tunggu ya] lanjut Nadia membuat Andrian langsung tersenyum miring.
[Oke di tunggu, kamu tanya aja ntar sama petugas hotel kamarku di mana, bilang namaku aja] balasnya lalu ia mematikan ponselnya.
[Okey, segera]
Baca di aplikasi Joylada sudah part 70, gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuhku Penyelamat Hidupku
Teen FictionAra adalah anak yang trauma dengan laki-laki karena traumanya di masa lalu membuatnya menjadi galak untuk menutupi rasa takutnya. Akankah Andrian mampu mengubah sifat Ara yang galak dan melunakkan hati Ara menjadi seperti perempuan pada umumnya. ...