Bab 27

424 48 3
                                    

"Kalian tidurlah, ini sudah malam, kalian pasti capek seharian," suruh paman yang diangguki oleh Ara, kemudian ia berdiri dan meninggalkan Andrian.

"Nak, jagalah Ara, Ara satu-satunya yang paman punya untuk mengenang saudaraku,"

"Insya Allah paman, Andrian akan berusaha jaga Ara semampu Andrian,"

"Ara gadis yang malang, sewaktu ia kecil ayahnya sudah selingkuh dengan wanita lain, tapi Emaknya masih memaafkan dan terus diam demi rumah tangga mereka. Tapi, apa boleh buat jika nasib sudah berkehendak, disaat Ara duduk di kelas 4 SD, ayahnya mulai kasar terhadap Mak nya dengan tujuan agar Mak Ara meminta cerai dan bajingan itu bisa menikah dengan selingkuhannya. Tapi, Mak Ara tidak pernah meminta cerai hingga saat ara duduk di kelas 2 SMP, ayahnya meninggalkan mereka berdua dengan alasan ingin menikah dengan selingkuhannya. Mak Ara adalah sosok wanita yang sabar, tabah dan kuat, semenjak Ayahnya pergi, paman selalu meminta agar mereka tinggal di sini. Namun, Mak Ara tidak mau, dia tetap kokoh tinggal di sana dan berhati suaminya datang kembali, dan hasilnya hingga beliau wafat tidak sekalipun ayahnya datang menjenguk atau melayat.

Paman sudah tidak bisa lagi berkata apa-apa terkait hal ini, jadi jangan heran kenapa Ara membenci laki-laki. Ya, karena ini sebabnya, Ara sangat kasihan melihat Maknya mengemis cinta pada ayahnya," curhat paman dengan air mata yang sudah mengalir sedari tadi.

"Mak Ara tidak pernah sekalipun mengeluh bahkan meminta uang pada paman, padahal paman sendiri tahu berapa hasil kebun. Semua yang beliau cari hanya untuk Ara, beliau tidak ingin putri semata wayangnya merasa minder dengan teman-temannya karena kekurangan mereka. Mak Ara selalu mengusahakan yang terbaik untuk Ara. Itulah sebabnya Ara sangat menyayangi beliau. Pernah suatu masa, dimana Mak Ara sedang berkebun dibelakang rumah mereka dengan cuaca hujan yang terus menerus membuat Mak Ara kesulitan berjalan, dari kejauhan ternyata Ara menyaksikan itu dan ia menangis sejadi-jadinya melihat pengorbanan beliau untuknya dan waktu itu Paman sedang berkunjung di rumah mereka," lanjut paman yang membuat Andrian ikut menangis membayangkan pengorbanan mertuanya.

"Ya ampun sudah jam 12, Nak Andrian tidurlah, kalau bercerita mengenai beliau nggak ada habisnya," sambung paman lalu tersenyum kemudian meninggalkan Andrian sendirian.

Lama Andrian berfikir dan membayangkan semua yang diceritakan paman.

'Lantas, apa yang aku perbuat? Membuat Ara menangis, menyakitinya, membiarkannya setiap hari pulang naik angkot. Tidak ada sedikitpun pengorbanan yang aku lakukan untuknya,' batin Andrian.

Andrian berdiri dan berjalan menuju kamar dengan mata yang sudah merah akibat menangis.

Ceklek

Begitu Andrian membuka pintu, matanya langsung menuju ke arah Ara yang sudah tertidur. Dengan perlahan ia mendekati Ara dan naik ke ranjang.

Walaupun Ara marah dengan Andrian, ia tetap tidur menghadap Andrian.

Perlahan Andrian melepas bantal Ara dan meletakkan kepala Ara di lengannya. Andrian mencium kening Ara lama sehingga membuat sang empu terganggu dan menggeliat.

Begitu Ara membuka matanya, ia langsung kaget melihat Andrian mencium keningnya dan mendorong dada Andrian agar menjauh darinya.

Namun, usahanya gagal karena Andrian memeluknya dengan erat. Ia tidak perduli Ara memberontak dan meronta.

"Maaf ...," lirih Andrian membuat Ara langsung berhenti memberontak.

Merasa Ara sudah tidak memberontak, Andrian tersenyum lalu menutup matanya.

"Good night baby, have nice dream, Ana uhibbuka fillah," bisik Andrian.

Ara tidak menjawab sama sekali, ia hanya diam dan melanjutkan tidurnya.

***
Tiga hari kemudian; Ara sedang memasak di dapur, sedangkan Andrian masih di kamar mandi.

"Ara, paman mau pergi dulu ya, nanti sore paman pulang,"

"Loh, paman mau kemana? Ara belum selesai masak,"

"Paman ada urusan yang nggak bisa di tunda sayang, kamu makan sama suami kamu ya, tadi paman sudah pamit sama suamimu," jawab Paman kemudian pergi.

"Hati-hati paman,"

10 menit kemudian Andrian menghampiri Ara ke dapur, pelan-pelan Andrian menghampiri Ara kemudian ia memeluk Ara dari belakang.

Ara yang merasakan pelukan Andrian hanya diam dan melanjutkan masaknya. Merasa tidak ada respon dari Ara, Andrian mematikan kompor kemudian membalikkan tubuh Ara menghadapnya.

Ara hanya diam, tatapannya kosong lurus ke depan membuat Andrian semakin merasa bersalah.

"Sayang jangan kayak gini please, aku tahu aku salah," ucap Andrian tidak ditanggapi sama sekali oleh Ara.

"Aku kangen Araku," lirih Andrian membuat Ara langsung melihat andrian sekilas.

"Untuk apa kangen? Toh, Ara di sini," Jawabannya tanpa melihat manik Andrian.

"Iya kamu di sini, tapi hati dan jiwamu tidak di sini. Aku kangen Ara yang dulu, yang ribut, ceria, humoris,"

"Ara itu sudah mat-" belum sempat Ara menyelesaikan ucapannya bibirnya langsung di cium oleh Andrian.

Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang