Pangling

292 35 2
                                    

'Harta dan kemewahan rupanya yang kamu incar,' batin Rina.

"Em … gimana kalo aku bantuin kamu untuk dapetin, Andrian," tawar Rina membuat Nadia langsung menyergit lalu tersenyum miring.

"Nggak usah, mana mungkin seorang sahabat mau menghianati sahabatnya," ledek Nadia seolah-olah tau niat Rina.

"Sahabat sari hongkong, aku sama Ara itu dari dulu selalu memperebutkan juara mulai dari bangku sekolah, jadi sahabat itu cuma embel-embel 'lah, namun sebenarnya artinya itu musuh. Aku sangat benci Ara karena dia selalu mengincar apa yang aku suka," lanjut Rina membuat Nadia langsung menolah.

"Masa, sih," Nadia mulai percaya.

"Iya tahu, contohnya aja nih ya Andrian. Dia itu presiden mahasiswa yang hampir semua cewek menginginkannya. Dulu Ara itu sangat benci karena menurutnya Andrian itu playboy, saat gua udah suka sama Andrian, eh dia duluan yang gebet, 'kan aneh," terang Rina menjatuhkan Ara.

'Maafin aku ya, Ra,' batin Rina.

"Terus itu Andrian kenapa bisa nikah sama dia?" tanya Nadia semakin penasaran.

"Ntah 'lah, aku juga nggak tau yang jelas nih ya Andrian itu nggak suka 'lah dulu sama Ara," jawab Rina, Nadia langsung merasa kesempatan besar akan menghampirinya.

"Besok aku akan mulai mendekati Andrian habis-habisan, kalo seandainya dengan menidurinya itu akan berhasil, kenapa tidak," gumam Nadia semangat. Mata Rina langsung terbelalak mendengar ide gilanya tersebut.

'Cewek gila!' umpat Rina dalam hati.

Setalah sampai di rumahnya, Rina langsung turun dan mengucapkan terima kasih pada Nadia. Setalah Nadia pergi, Rina langsung masuk ke rumahnya lalu mondar-mandir nggak jelas.

"Wah … benaran bisa hancur nih rumah tangg Ara, kalau Nadia senekat ini," gumamnya, tanpa membuang waktu ia langsung menelpon Andrian dan memberi tahu rencana busuk Nadia. 

Mereka bertiga sudah sepakat ingin menyusun rencana besar-besaran untuk memberi pelajaran pada Nadia.

Keesokan harinya, Andrian berangkat seperti biasa, setelah mengantar Ara ke kampus, Andrian langsung menuju kantor.

"Jangan lupa ya nanti, abis dari sini kamu ke kantor," pesan Andrian sebelum pergi, Ara langsung mengangguk, dari kejauhan Rina sedang memperhatikan mereka berdua.

Saat mobil Andrian hendak berjalan ia melihat Rina, Andrian langsung mengklakson lalu mengacungkan jempol pada Rina, Rina yang melihat itu hanya mengangguk sambil melipat tangannya.

Disisi lain Ara langsung buru-buru menghampiri Rina, berbagai macam pertanyaan ada di kepalanya sekarang setelah mendengar penuturan Rina tadi malam.

"Rin, coba jelasin sih, kenapa Kak Nadia sampai segitu ambisiusnya untuk dapatin, Kak Andrian?" tanya Ara penasaran, Rina langsung menarik Ara duduk di kursi.

"Selain suamimu itu ganteng, dia juga kaya Ra, kamu paham nggak, sih? Ya walaupun kekayaaan itu belum milik Andrian, tapi yang jelas itu akan menjadi miliknya bukan suatu saat nanti. Itulah yang di incar Nadia," terang Rina membuat Ara langsung mangut-mangut.

"Terus aku harus ngapain sekarang?" tanya Ara membuat Rina langsung tersenyum miring.

"Kamu nggak perlu ngelakuin apa-apa, cukup ikuti perintahku, oke," saran Rina semangat membuat Ara langsung tersenyum.

"Oke, makasih ya aku udah banyak hutang budi samamu," ucap Ara membuat Rina langsung memutar mata malas.

"Kamu apa sih ngomongnya gitu, kamu 'kan nggak ada siapa-siapa disini selain suamimu, ya anggap 'lah aku saudaramu, yang namanya saudara harus saling membantu baik suka maupun duka," lanjut Rina, Ara yang mendengar itu langsung tersenyum lalu mengangguk.

Musuhku Penyelamat HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang