Hantu

22 3 0
                                    

Hai, kamu percaya hantu?

Jangan dijawab. Aku akan mengulangi lagi pertanyaan ini setelah aku selesai bercerita.

Aku akan bercerita tentang hantu.

***

Aku tinggal di sebuah kamar indekos sekitar lima ratus me-ter dari kampus tempat adikku Elisa tinggal. Sebagai mahasiswi baru ia tinggal di asrama universitas.

Aku melihatnya setiap hari. Ia melewati detik, menit dan jam dengan makan dan tidur. Tentu ada saatnya ia berjalan-jalan dan berbicara. Tapi ia tak pernah berbicara denganku.

Aku melihat ke dalam kamarnya yang berdinding putih lewat kaca cermin satu arah. Ia selalu berbicara setelah lewat tengah malam dan aku mendengar semua kata-katanya. Namun ia tidak berbicara denganku.

Enam bulan lalu, Elisa menjemputku, karena ingin mem-beli cemilan khusus diet di toko dua puluh empat jam. Aku yakin kulkasnya penuh, hanya saja minus cemilan kesukaan-nya.

Mobil kecil miliknya berguling-guling di udara. Aku masih belum tahu bagaimana asal mula kecelakaan itu terjadi. Kecuali benturan di kepala, Elisa tak terluka parah.

Para dokter berhasil mengembalikanku dari lorong cahaya melalui beberapa operasi. Tapi Elisa tak pernah kembali. Adikku selalu berkata bahwa akulah yang terkubur di tanah, tak bernyawa dan tak pernah kembali. Elisa tak menanggapi satu patah katapun yang keluar dari bibirku. Dia menegaskan bolak-balik bahwa aku sudah mati. bahwa mesin dan peralatan bionik yang menjaga aku tetap hidup, bekerja, namun tanpa jantung yang berdetak karena dadaku remuk pada kecelakaan itu.

Setiap malam, Elisa membicarakan tentang kematianku dengan papa mama yang telah mendahului kami dua tahun silam, dalam sebuah tabrakan beruntun.

***

Aku telah berjanji akan mengulangi pertanyaanku tadi.

Apakah kamu percaya hantu?

Teka-teki:

Mana yang lebih menakutkan: mesin ini atau pikirannya bahwa ia dapat melihat hantu?

Bandung, 5 Januari 2017

2045 (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang