"Di atasnya ada sembilan belas." – Q.S. 74:30
Abrahah mengelus gores bekas luka di pipinya. Ujung pedang si tolol 'Ariat melukiskan tanda tersebut, sebelum pedang Abrahah menembus dada utusan Kaleb Ella Atsbeha—mantan atasannya—Raja Axum. Parut luka yang membuatnya digelar al-Ashram—Si Codet—oleh penduduk setempat.
Ia seorang mantan budak yang kini menjadi raja, sejajar dengan Kaleb. Ia telah merenovasi bendungan Magrib. Bahkan ia telah membangun Ekklesia, katedral termegah di Sana'a. Kini saatnya mengubah orang-orang biadab penyembah berhala di kubus batu itu menjadi domba di kerajaannya. Selama ini orang-orang Baduy saling bertempur sesama mereka, bahkan untuk hal-hal sepele. Seorang anak gadis yang dilarikan jejaka kabilah lain sudah cukup memicu peperangan antar suku hingga bertahun-tahun. Ia tersenyum mengingat bagaimana dulu ia menculik Raihana.
Besok bangunan berbentuk kotak berikut berhala-berhala di sekitarnya akan menjadi puing-puing kerikil, dihancurkan oleh pasukan gajahnya.
"Dua ratus ekor unta yang kau sita adalah milikku. Rumah Tuhan sudah ada pemiliknya," terngiang ucapan Abdul Muthalib, penguasa kota yang menemuinya tiga hari yang lalu.
Legenda bangsa Arab menyebutkan 'Rumah Tuhan' itu didirikan oleh Ibrahim, sehingga banyak peziarah yang berkunjung. Tumpukan batu itu tak boleh mengalahkan apa yang telah ia bangun di Sana'a.
"Bagaimana dengan para penduduk?" tanya salah seorang panglimanya.
"Aku telah memberikan janjiku pada walikota. Setelah kubus itu rata dengan tanah, mereka akan menjadi jemaat Ekklesia," jawabnya datar.
"Bersiaplah. Saat fajar menyingsing kita akan memasuki kota," perintahnya.
***
Ft. Lauderdale, 5 Desember 1945
Letnan penerbang Charles C. Taylor datang terlambat. Ia langsung memimpin briefing untuk penerbangan 19, skuadron terakhir untuk hari ini.
Letnan dua Forrest J. Gerber melaporkan bahwa salah satu kru telah meminta izin untuk tidak ikut dalam latihan sore ini.
"Bubar jalan. Sampai bertemu di udara," Taylor menutup briefing yang dihadiri 14 orang termasuk dirinya. Mereka semua menaiki pesawat Grumman TBM Avenger masing-masing. Taylor pernah melatih 300 orang.
Kelima jam masing-masing pesawat telah dicopot sebagai bagian latihan.
Saat pesawat lepas landas, Taylor melirik arlojinya. Empat-belas-ratus sepuluh, terlambat 25 menit dari jadwal.
Padahal aku sudah buru-buru mengganti ban yang bocor, pikirnya.
15:00
Seorang pilot meminta izin untuk menjatuhkan bom.
15:40
FT-74 di bawah komando instruktur Letnan Robert F. Cox melaporkan gangguan pada kompas. Taylor di pesawat FT-28 berusaha memandu FT-74, tapi kehilangan arah menuju Ft. Lauderdale.
16:45
Taylor gagal mengubah frekuensi radio, termasuk frekuensi pencarian-pertolongan. Tak lama kemudian terdengar pertengkaran antar awak dan antar pesawat yang bingung.
Cuaca yang buruk mengganggu hubungan komunikasi.
18:04
"270, Kembali putar ke Timur," terdengar suara Taylor sayup-sayup. Cuaca makin memburuk. Matahari telah terbenam, malam meyelimuti pantai.
18:20
"Semua pesawat jaga formasi ... kita harus mendarat di air, kecuali bertemu daratan ... saat bahan bakar pesawat pertama di bawah 10 galon, semua turun bersama-sama." Suara Taylor terdengar sebagai pesan terakhir.
Sampai bertahun-tahun kemudian, lima pesawat skuadron Penerbangan 19 yang hilang di kawasan Segitiga Bermuda be-lum juga ditemukan.
***
20.000 pasukan infantri, 5000 pemanah, 2000 pasukan berkuda dan 200 pasukan gajah menunggu komando untuk bergerak. Burung-burung pemakan bangkai terbang melingkar-lingkar di udara mencium akan datangnya pesta.
Abrahah berada di atas kudanya, mengangkat tangannya memerintahkan peniup terompet untuk membunyikan sangkakala, ketika tiba-tiba sebuah lorong hitam muncul di langit. Serombongan makhluk serupa burung keluar dari lorong tersebut dengan suara meraung, menjatuhkan benda-benda yang ke atas mereka. Benda-benda itu pecah, mengeluarkan guntur dan petir, menyebarkan api dan biji besi panas yang membakar tendanya, menewaskan manusia, kuda dan juga gajah.
Mendadak dadanya nyeri. Ia meraba dadanya yang berlubang oleh salah satu biji besi, merasakan tangannya basah oleh cairan darahnya sendiri...
"Bom-bom terlepas! Semuanya... tak terkendali...." Taylor mendengar salah satu kadet pesawat lain menjerit histeris. Ia tak tahu dari pesawat yang mana. Kemudi pesawat seakan punya nyawa dan kemauan sendiri.
Di bawah terhampar gurun pasir luas. Bom-bom yang jatuh menghancurkan pasukan gabungan infanteri dan kavaleri berkuda dan... gajah? Apakah ia tersesat sampai ke Afrika? Tapi sisa bahan bakarnya tak memungkinkan untuk itu! Dan lagi pula, Perang Dunia II telah berakhir dengan kemenangan pihak Sekutu!
Belum sempat ia berpikir lebih jauh, sebuah lorong kembali terbuka di langit. Bukan 'lorong' yang sama dengan yang tadi dilaluinya. Yang ini warnanya putih menyilaukan.
Ia dan juga seluruh kru lima pesawat—terdiam pasrah ketika pesawat mereka ditarik oleh 'sesuatu' ke dalam lorong cahaya tersebut.
Di darat, Abrahah telentang memegang dadanya yang berlubang di pasir gurun yang hangat oleh cahaya matahari pagi, menyaksikan burung burung itu terbang ke dalam lubang putih di angkasa. Sekejap kemudian lubang itu tertutup, kembali menjadi biru cemerlang.
Bandung, 11 Juni 2016
KAMU SEDANG MEMBACA
2045 (telah terbit)
Science-FictionOffset printing Softcover (emboss) 156 pages (148+viii) Published May 10th, 2017 by Peniti Media ISBN : 978-602-6592-06-4 Fiksi ilmiah adalah literatur ide, menggali keniscayaan sains dan masa depan manusia. Kumpulan cerita pendek ini memuat kisah-k...