Tanpa Daya

14 3 0
                                    

Aku meninggalkan kantor lebih cepat karena tak ada yang bisa dikerjakan sama sekali.

Langit biru tanpa awan sehabis hujan. Hening tanpa ada suara mesin menderu.

Di kejauhan asap hitam membubung tinggi. Beberapa saat sebelumnya, sebuah Boeing 7017-1000 menukik ke balik bukit. Mungkin itu kepulan asapnya.

Mustahil ada yang selamat.

Mungkin saat ini ada ratusan ribu pesawat terbang yang menghunjam sawah, sungai, danau, laut atau gedung pencakar langit. Seperti halnya mobil dan motor yang teronggok di sepanjang jalan raya dengan orang-orang yang kebingungan dengan sia-sia mengutak-atik mesin yang berhenti mendadak. Sebagian memandang layar gawainya yang tanpa cahaya. Ada yang masih tak percaya dan terus mencabut-pasang baterai.

Tidak ada dalam berita, karena tak satupun televisi atau radio yang menyala.

Aku rasa hal sama sedang terjadi di seluruh dunia. Aku membayangkan kapal-kapal berbagai ukuran terapung tanpa daya di lautan. Kendaraan-kendaraan lapis baja terdiam di tengah pertempuran. Satelit-satelit melayang di luar angkasa menuju kuadran tak bertuan. Menjadi saksi lenyapnya sebuah peradaban ketergantungan, bersama hilangnya energi secara misterius.

Senja menjelang, malam mulai menyelimuti lembah di sebelah timur. Samar-samar tampak nyala lilin dari jendela-jendela apartemen di lantai bawah. Aku membayangkan para penghuni di lantai yang lebih tinggi sedang mengatur nafas setelah naik turun tangga darurat karena lift mati.

Titik-titik api unggun bagaikan kunang-kunang di kejauhan.

Tidak ada kabar berita dari tempat lain, karena memang tidak ada cara untuk saling bertukar kabar.

Aku terus berjalan menyusuri jalan utama menuju luar kota, teringat kisah orang tua-tua tentang bagaimana dulu mereka hidup di desa sebelum menara-menara, tiang-tiang dan kabel-kabel pengantar arus tegangan tinggi menguasai panorama.

Siapa nama lelaki yang bermain layangan dengan sebuah kunci logam tergantung di benangnya saat hujan badai? Oh ya, Ben. Benjamin Franklin.

Seandainya waktu itu petir menyambar jidatnya...

Bandung, 2 September 2016

2045 (telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang