12. temuan di tengah reruntuhan

87 12 0
                                    

BOB dan Pete memasuki pekarangan hacienda Alvaro. Sementara itu hujan sudah berhenti. Reruntuhan hangus di depan mereka lengang dan sunyi. Kelihatannya seperti kerangka bangunan yang porak-poranda di tengah salah satu medan pertempuran. Di atas punggung bukit yang terdapat di belakang hacienda itu nampak patung kuda yang tidak berkepala lagi. Nampaknya aneh dan menyeramkan, dengan latar belakang awan mendung yang berarak rendah. Balk Jupiter maupun Diego tidak kelihatan di situ.

"Mungkin kita tadi lebih baik menunggu dulu, Bob, kata Pete.

Yah, yang jelas kita sudah ada di sini sekarang," kata Bob. "Tidak ada salahnya jika kita mulai saja mencari, kalau-kalau ada salah satu tanda bukti yang bisa ditemukan.

Pete memandang bekas-bekas dinding dan balok-balok bangunan gudang yang ambruk terbakar itu.

Benar-benar berantakan! Di mana kita mulai?"

Jupiter pasti akan mengatakan, mulai dari awal, jawab Bob sambil berpikir. Kita harus mencari-cari di luar dulu, barangkali ada sesuatu yang tercecer. Atau mungkin juga ada jejak kaki.

Pete mengangguk. Kedua remaja itu memencar, masing-masing mulai mencari pada satu sisi kandang terbuka yang terdapat di depan reruntuhan bangunan itu. Keduanya beringsut-ingsut sambil membungkuk dan memperhatikan setiap jengkal tanah yang becek, menuju ke arah pintu bangunan. Hujan yang turun selama beberapa hari menyebabkan seluruh pekarangan becek. Lumpur melekat ke telapak sepatu mereka, dan menimbulkan bunyi menyedot setiap kali mereka melangkah.

Mereka bertemu lagi di depan tempat yang dulunya merupakan pintu gudang. Yang kini tinggal kusen yang hangus dan terpuntir saja.

Bahkan ranting saja pun tak kutemukan di tanah, kata Pete sambil mengeluh. Lumpurnya begitu tebal, sehingga benda yang ukurannya lebih kecil dari kepala kita pasti terbenam di dalamnya."

Dan kurasa kalau tidak ada hujan pun, kita takkan menemukan jejak kaki di sini. Tanah begini keras sekali dalam keadaan kering, kata Bob. "Kita coba saja di dalam. "

Keadaan di dalam gudang yang terbakar itu sangat berantakan. Kayu konstruksi atap dan dinding yang ambruk bertumpang tindih dengan sisa kamar, kandang, dan sekian banyak barang berharga yang mulanya hendak dijual oleh Pico pada Paman Titus. Kini semuanya hangus! Dua sisi dinding luar ambruk sama sekali, sedang yang dua lagi tinggal kerangkanya saja. Jendela-jendela di kedua kerangka dinding itu nampak sepertI luka menganga. Bau reruntuhan yang hangus terbakar menusuk hidung, setelah ditimpa hujan berhari-hari. Hampir tidak ada sesuatu yang masih bisa dikenali wujudnya di situ. Pete dan Bob berdiri sambil memandang dengan bingung, memperhatikan keadaan yang begitu kacau.

Mana mungkin kita bisa menemukan sesuatu di sini?" keluh Pete. Maksudku, kita bahkan tidak tahu apa sebenarnya yang harus dicari.

Kita harus mencari apa saja yang bisa dijadikan petunjuk tentang orang yang datang kemari dan mengambil topi Pico, kata Bob. Ia tidak mau segampang itu menyerah. Dan kau tahu sendiri apa yang akan dikatakan Jupiter dalam menghadapi keadaan begini—kalau kita sudah melihatnya, saat itu kita pasti tahu!

"Hebat, kata Pete, tapi bagaimana kita bisa menemukan sesuatu di tengah puing- puing berantakan seperti ini? Dan di mana kita harus mulai mencari?

Kita mulai di tempat topi itu pada saat terakhir yang masih kita ketahui. kata Bob. Ia menuding ke sisi kusen pintu. Dinding depan di situ merupakan satu dari kedua dinding luar yang masih tegak kerangkanya. Lihatlah, sangkutan tempat

Pico menggantungkan topinya waktu itu masih ada di bagian dinding yang masih tegak.

Sisa sangkutan itu, maksudmu, kata Pete menggerutu. Tapi diikutinya juga Bob, yang sementara itu menghampiri dinding yang ditunjuknya tadi.

(26) TRIO DETEKTIF: MISTERI KUDA TANPA KEPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang