17. Sarang Rajawali

46 11 0
                                    

TAHU-TAHU Pete lenyap, seolah-olah ditelan bukit yang sedang dilintasi. Eh — ke mana dia tadi?" kata Diego tergagap.

Pete!" seru Bob.

He, Dua! Di mana kau? teriak Jupiter dengan bingung.

Mata mereka berkeliaran, mencari-cari. Tapi tidak nampak sesuatu yang bergerak di lereng itu. Mereka memasang telinga, dan akhirnya mendengar sesuatu. Suara orang, tapi datangnya entah dari arah mana!

Di sini, Teman-teman! Di bawah!

Itu suara Pete! Tapi terdengar samar, seperti keluar dari dalam bukit! Di mana kau, Pete?" seru Diego.

Di bawah sini! Lihat tepat ke depan batu-batu besar itu! -

Jupe, Bob, dan Diego meloncat turun ke depan batu-batu besar yang baru nampak karena tanah yang semula menutupi longsor. Mereka melihat sebuah lubang yang panjang dan sempit di lereng! Lubang itu baru kelihatan ketika mereka sudah berdiri di atasnya! Dan semula belum ada!

Rupanya lubang ini baru terbuka setelah tanah yang di atasnya longsor! kata Bob.

Jupiter membungkuk, mendekati celah sempit dan panjang itu. He, Dua, kau perlu bantuan untuk naik ke atàs?

Aku tidak mau keluar! kata Pete, yang masih belum kelihatan. Tempat ini semacam gua, Jupe! Dan di sini ada batu-batu yang lepas. Jika lubang di atasku kita sumbat, ketiga pengejar kita itu takkan bisa menemukan kita! Turunlah kemari, semuanya!

Ketiga remaja yang masih berada di lereng berpandang-pandangan. "Yah —" Jupiter agak ragu.

Ayo, desak Pete. Tempat ini lapang, lagi pula kering. Dan orang-orang itu setiap saat akan sampai di sini!

Ketiga anak yang berada di atas tidak menunggu lama-lama lagi. Bob yang paling dulu meluncur masuk ke dalam lubang sempit itu. Jupiter menyusul, dengan susah

payah dan terdengus-dengus. Tapi ketika sudah separuh jalan, ia tidak bisa terus. Jupiter terjepit!

Aku... lubangnya terlalu sempit, katanya dengan wajah merah karena malu.

Bob berseru dari dalam gua, Dorong dia ke bawah Diego, sedang kami menarik dari sini!

Jupiter merasa kedua kakinya dipegang lalu ditarik dan bawah. Sementara Diego yang berada di atas mendorong bahu Jupiter. Teriring bunyi seperti sumbat yang tercabut dari botol, tubuh Jupiter terdorong dan menghilang dalam lubang. Dengan cepat Diego menyusul, melompat ke bawah.

Di dalam lubang yang gelap, Bob sudah menyalakan senternya.

Wah! kata Diego, sambil memandang berkeliling. Tak kusangka di sini ada gua!

Sinar yang berasal dari senter menampakkan ruang sempit berdinding batu. Ukurannya kurang lebih sebesar garasi yang muat satu mobil. Langit-langitnya rendah, sedang di dasarnya berserakan batu besar dan kecil. Gua itu masih kering, walau air hujan kini menghambur masuk lewat lubang di sebelah atasnya. Rupanya lubang itu belum begitu lama terbuka.

Sorotkan sentermu berkeliling, Bob, kata Jupiter.

Gua sempit dan rendah itu menjorok masuk ke tengah bukit sejauh kira-kira empat sampai lima meter. Di ujungnya yang sebelah dalam nampak batu-batu bertumpuk sampai menyentuh langit-langit. Jupiter memeriksa lubang yang menganga di atas kepala, lalu mengangguk lambat-lambat.

Kelihatannya lubang ini tersumbat, mungkin ketika tenjadi gempa entah kapan pada masa silam. Batu-batu bergulingan menutupi—

Masa bodoh dengan cara bagaimana lubang itu jadi tersumbat, kata Pete dengan gugup. Yang jelas sekarang terbuka lagi akibat tanah longsor, dan ketiga orang itu nanti mungkin bisa melihatnya, sama seperti yang kita alami tadi! Ayo, buru-buru saja kita tutup kembali!

(26) TRIO DETEKTIF: MISTERI KUDA TANPA KEPALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang