SEMENTARA mereka menghambur ke luar, tercium samar bau asap. Dua orang pria berdiri di pekarangan, sambil berteriak-teriak dan menunjuk-nunjuk.
Pico! Diego! Itu, di sana! Di belakang bendungan!
Pico langsung pucat mukanya. Nampak kepulan asap tebal menjulang naik ke langit berawan, dan bukit-bukit gersang kecoklatan di sebelah utara. Dengan segera semuanya menyadari maknanya. Itu tanda bahaya yang paling menakutkan di kawasan ngarai California Selatan yang ditumbuhi semak belukar. Kebakaran hutan!
Kami sudah menelepon pemadam kebakaran dan pos penjaga hutan! seru salah seorang pria tadi. Cepat, ambil sekop dan kapak!
Kita harus ke sana! seru pria yang satu lagi. Keluarkan kuda-kuda kalian! Pakai saja truk kami! teriak Jupiter.
Baik! kata Pico. Peralatan sekop dan kapak ada di dalam gudang!
Hans berlari untuk menghidupkan mesin truk, sementara yang lain-lain bergegas mengambil peralatan dari dalam gudang. Diego dan Paman Titus meloncat masuk ke kabin mobil, mengambil tempat di samping Hans, sedang yang selebihnya buru- buru naik ke bak belakang. Mereka berpegangan erat-erat ke sisi kendaraan itu, yang melesat pergi meninggalkan tempat itu. Dengan napas masih memburu, Pico memperkenalkan kedua pria yang tadi memberi tahu.
Ini teman-teman kami, Leo Cuerra dan Porfirio Huerta. Sudah sejak beberapa keturunan keluarga mereka bekerja di Hacienda Alvaro. Kini Leo dan Porfirlo memiliki rumah sendiri, tidak jauh dari sini. Mereka bekerja di kota, tapi masih suka membantu-bantu kami.
Kedua pria bertubuh pendek dan berambut hitam legam itu mengangguk dengan hormat, lalu memalingkan kepala kembali ke depan untuk memandang ke arah kebakaran dengan wajah gelisah, sementara Hans mengémudikan truk di jalan tanah yang sempit, melintasi tanah pertanian Alvaro. kecemasan terbayang di wajah Leo dan Porfirio yang kering dan penuh kerut ditempa cuaca. Mereka menggosok-gosokkan telapak tangan mereka ke kain celana jeans mereka yang sudah lusuh dan penuh tambalan.
Truk meluncur terus menuju utara. Asap nampak semakin tebal. Matahari yang sudah samar karena tertutup awan, nyaris tidak kelihatan lagi karenanya. Dan atas truk yang mehntas dengan cepat, secara samar Jupe dan kedua sahabatnya masih bisa mengenali kebun sayur yang luas dengan parit-parit pengairan, dan segerombolan kuda di sebuah lapangan. Ternak itu berlari menuju ke selatan.
Jalan tanah yang dilalui mula-mula sejajar arahnya dengan arroyo serta bukit-bukit rendah. Kemudian, ketika sudah sampai di pegunungan sebelah depan, jalan itu bercabang. Nampak jelas bahwa kebakaran terjadi di salah satu tempat di sebelah kanan. Hans membanting setir, dan truk membelok masuk ke cabang sebelab kanan, menuju ke arah asap yang mengepul ke segala arah. Jalan yang dilalui menukik masuk ke arroyo, dan tidak lama kemudian berakhir di kaki sebuah bukit yang tinggi dan berbatu-batu. Bukit itu sendiri berakhir tidak jauh dari situ. Truk berjalan terus, dan kemudian lewat dekat sebuah bendungan tua dari batu yang terdapat di kanan jalan. Di sebelah bawah bendungan itu, dasar Santa lnez Creek yang kering mengikuti garis kaki bukit di sebelah sana, melengkung ke arah tenggara. Sedang di sebelah atas nampak waduk, yang saat itu hanya berupa kolam sempit di kaki sebuah gunung yang tidak tinggi. Sementana truk terus melaju mengitari kolam, nampak lidah api kebakaran di depan, menjilat-jilat dari balik tirai asap yang tebal.
Berhenti di sini! seru Pico dari bak belakang.
Truk direm dan benhenti, tidak sampai seratus meter dari api yang menjalar maju. Semuanya bergegas turun dari kendaraan itu.
kita harus menyebar! kata Pico menginstruksikan. Gali parit membentuk penghalang. Lemparkan tanah galian ke arah api. Mungkin kita bisa mendesak api agar bergerak ke arah kolam. Cepat!
KAMU SEDANG MEMBACA
(26) TRIO DETEKTIF: MISTERI KUDA TANPA KEPALA
Science FictionKemana kepalanya? bukan manusia berkuda tanpa kepala, apalagi manusia berkuda tanpa kuda. kalo itu hantu tanpa kepala! jadi manusianya ada, kudanya tidak ada kepala. ALIH BAHASA BY AGUS SETIADI EDIT& CONVERT BY faRID ZE DJVU BY ZONADJADOEL