11

70 6 3
                                    

Jung Soojung

Semua kembali berjalan normal, tidak ada satupun orang yang terlihat khawatir karena kejadian kemarin seolah-olah itu hanya mimpi buruk yang bisa hilang dengan seketika saat mata kembali terbuka. Andai aku bisa seperti mereka, mungkin saat ini aku tidak perlu mondar-mandir di depan ruang osis sambil menggigit kuku-ku sendiri. Banyak hal yang aku pikirkan saat ini, seperti benda apa yang sudah ditemukan Seokwoo. Kenapa pria itu sama sekali tidak mengatakan apapun? Dan aku takut dengan kenyataan bahwa Seokwoo adalah musuh dibalik selimut yang bisa menyerang kami kapan saja. Haruskah aku menemuinya? Tapi apa ia akan jujur?

Tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang langsung memberikanku tatapan tajam. Ini salahku karena sedari tadi aku hanya fokus dengan pikiranku sendiri sampai tidak tahu apa yang ada dihadapanku.

"Maaf," ucapku pelan.

Pria itu terlihat tidak berminat untuk membalas ucapanku. Ia hanya menunduk sambil mengambil sebuah gelang yang terjatuh dari genggamannya.

Tapi tunggu dulu, aku tidak salah lihat kan? Ada noda darah digelang itu.

"Apa? " sentak pria itu.

"Ha?! "

"Kenapa kau menatapku seperti itu? "

Aku berusaha untuk menetralkan rasa takutku dan memberanikan diri bertanya langsung pada pria yang sedari tadi setia memberikan tatapan tajamnya padaku.

"Itu gelangmu? " tanyaku dengan suara yang gemetar.

"Kenapa kau penasaran? "

"Kau tahu kan kemarin ada insiden pembunuhan. Jadi aku..."

"Kau menuduhku?"

Lagi-lagi aku merasa terintimidasi mendengar nada bicaranya yang dingin. Padahal kami sudah sering bertemu tapi aku tidak pernah bisa menghilangkan rasa takutku saat berhadapan dengannya.

"Bukan itu maksudku. Aku hanya penasaran saja. "

Pria itu menatap gelang yang kini kembali berada dalam genggamannya dengan santai.

"Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan insiden kemarin," ucap Myungsoo lalu perlahan-lahan berjalan mendekatiku, "Gelang ini adalah gelang milik seseorang yang ku kenal. Aku tidak sengaja menemukannya di taman. "

Aku hanya terdiam dan terus menunduk berusaha menghindari kontak mata dengannya.

"Apa itu sudah cukup menjawab pertanyaan yang ada di otakmu saat ini? "

Aku tidak punya pilihan lain selain mengangguk. Dari pada harus terjebak dengan suasana yang mengerikan ini. Membiarkannya pergi dan meninggalkan ku sendiri yang berkecamuk dengan pikiranku sendiri adalah pilihan yang paling baik untuk saat ini. Setelah aku memastikan ia benar-benar hilang dari pandanganku, baru ku rasakan jantungku yang kembali berdetak normal.

"Wajahmu kenapa? Seperti melihat hantu saja. Pucat begitu. "

Lagi-lagi aku dibuat terkejut dengan kehadiran pria yang tidak aku harapkan. Eh, tapi bukannya bagus bertemu seperti ini daripada aku harus menemuinya lagi hanya untuk membicarakan hal yang sedari tadi ingin aku tanyakan padanya.

"Kau hantunya. "

Seokwoo hanya terkekeh mendengar ucapanku. Oke, ini saatnya masuk ke topik utama. Aku tidak ingin mengulur waktu lagi, aku harus mendapatkan jawabannya saat ini juga.

"Seokwoo-ya, aku ingin menanyakan sesuatu," ujarku dengan suara yang pelan malah lebih terdengar seperti aku sedang berbisik.

"Apa? "

Still Alive (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang