9

89 11 9
                                    

Yoo Jiae

Sudah cukup. Teror yang semakin menjadi membuat aku tidak tenang. Dan semenjak mendapatkan pesan itu aku memutuskan untuk mengajak Hyeyoon dan Soojung tinggal bersamaku. Kebetulan kedua orang tuaku harus menginap di rumah sakit, seperti yang orang lain tahu adikku masih terbaring disana. Berusaha untuk tetap bertahan dimasa kritisnya.

Pikiranku kini terfokus pada Areum. Siapa yang tidak tahu jika orang yang dimaksud dipesan itu adalah Areum. Seorang siswi yang menghabiskan waktunya dengan menjadi korban bullying. Setiap saat gadis itu selalu saja mendapatkan pukulan dari kakak seniornya. Merundung Areum sampai membuat dia memilih mengakhiri hidupnya dengan cara menggantungkan diri di ruang musik. Tepat biasa aku menghabiskan waktu bermain piano. Disanalah aku bisa menyadari betapa bersalahnya diriku yang sudah mengabaikan Areum. Seolah dirinya hanya sebuah udara yang tidak dapat terlihat. Padahal aku mengingat dengan jelas matanya yang selalu meminta pertolongan padaku.

Jika diingat-ingat, mayat itu adalah orang yang sama yang selalu menyiksa Areum. Salah satu senior yang memiliki kekuasaan karena orang tuanya merupakan donatur sekolah. Membuat dia menjadi semena-mena khususnya pada junior. Tidak memandang siapa itu, bahkan kami bertiga saja selalu diancam olehnya. Memang aku, Hyeyoon dan Soojung terlahir di keluarga kaya tidak seperti Areum. Tapi kekayaan yang kami miliki masih belum sepadan dengan kekayaannya. Dan karena kejadian itulah aku mengenal gadis yang bernama Park Soonbyul itu.

Sekolah mengetahui semua perilaku Soonbyul. Hanya saja tidak ada yang berusaha menegur. Seperti yang aku bilang tadi, posisinya lebih tinggi dari siapapun. Tapi tenang saja, itu dulu. Sebelum keluarganya bangkrut membuat dia hanya bisa menyendiri, aku tidak tahu apakah itu bentuk penyesalannya atau yang lain.

Benarkah yang dikatakan Hyeyoon dulu? Bahwa arwah Areum mungkin saja akan mendatangi kami untuk balas dendam. Walaupun aku tidak percaya. Aku bukan penganut kepercayaan, arwah orang yang sudah mati bisa bergentayangan. Membalaskan dendam yang tidak kesampaian. Rasanya mustahil. Bayangkan saja, hantu itu transparan, bagaimana caranya dia menyentuh benda? Bahkan menembakkan pistol pada manusia. Benar-benar tidak masuk akal bagiku. Kecuali,

Ting.. Tong...

Bunyi bel membuyarkan lamunanku. Siapa yang datang kesini tengah malam, tidak mungkin orang tuaku. Mereka akan masuk tanpa harus berbasa-basi dengan memencet bel rumah.

Aku pun berjalan kearah pintu, melihat siapa yang datang bertamu.

"Mau apa kau kemari? " tanyaku to-the-point.

"Bolehkah aku menginap disini malam ini saja? " Seokwoo bukannya membalas pertanyaanku malah balik bertanya.

Yap, benar, pria yang tidak kenal waktu yang sudah menganggu kediamanku adalah Kim Seokwoo. Entah darimana pria itu tahu alamat rumahku. Tapi bisa aku pastikan pelakunya adalah gadis imut yang kini berjalan menghampiriku.

"Maaf, aku yang memberitahunya" ucap Hyeyoon.

Benarkan dugaanku. Sudahlah, aku sudah tidak heran lagi jika mereka selalu bersama disetiap waktu.

"Masuklah. "

Aku memilih duduk ditempatku tadi, membiarkan Seokwoo dan Hyeyoon mengikutiku seperti anak ayam. Lagipula, jika Seokwoo ada disini aku lebih mudah bertanya tentang kejadian tadi pagi padanya. Dan dia juga sudah berjanji untuk memberitahu apapun yang ia ketahui.

"Maaf aku merepotkan kalian. "

"Tidak masalah" jawabku. Jangan heran, aku tidak bertanya alasan dia datang kemari bukan karena aku tahu, lebih tepatnya aku malas. Aku tidak terlalu tertarik dengan kehidupan seseorang.

Still Alive (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang