7

86 8 12
                                    

Kim Hyeyoon

Gedung tempat menyimpan peralatan acara sudah berubah menjadi tempat pembunuhan. Ruangan sempit yang berdebu kini telah tergeletak seorang mayat perempuan dilantai dengan darah yang tergenang disekitar mayat itu. Tangan yang masih menggenggam pistol dan wajah yang menghadap lantai membuatku terus bertanya-tanya siapakah korban itu. Dan jujur saja saat pertama kali melihat mayat secara langsung membuatku mual. Bau darah yang sangat kental merusak indra penciumanku. Tapi aku tidak ada pilihan lain kecuali memberanikan diri untuk mencari pentunjuk yang mungkin sengaja ditinggalkan untuk menakuti kami - menurut perkataan Jiae.

Aku tidak sanggup berlama-lama menatap penampakkan yang sangat tidak mengenakkan. Sudah berulang kali aku melihat setiap inci dari tubuh mayat itu - tanpa berusaha mendekat - tidak ada yang bisa ku temui. Hanya darah bewarna merah yang semakin lama semakin mengocok perutku. Sungguh, rasanya semua isi perutku akan keluar. Bolehkah aku berlari ke kamar mandi sekarang?

Baru saja aku ingin mengalihkan pandanganku dan berusaha kabur, aku melihat seorang anggota kepolisian yang sedang berbincang dengan kepala sekolah. Sial, kenapa harus bertemu sekarang. Aku yakin sebentar lagi kami akan diceramahi karena menentang perintah guru untuk tetap berada di dalam aula.

"Kenapa kalian kesini? Aku yakin guru kalian sudah melarang siswanya untuk menginjakkan kaki ke lokasi kejadian" Wajah datar yang dia tunjukkan sukses membuatku terdiam. Memikirkan alasan yang tidak akan menyeretku dalam investigasi mereka. Tapi kepalaku sedang tidak bisa diajak bekerja sama, mungkin karena aku terlalu terkejut sudah tertangkap basah.

Tidak ada satupun yang menjawab. Membuat pria tampan yang nampak berumur itu langsung menggelengkan kepalanya.

"Karena kalian ada disini, sekalian saja aku ingin bertanya sesuatu." Lagi-lagi aku terdiam. Benar saja, pasti pada akhirnya kami tetap akan ditanya. "Apa kalian mengenalnya? "

Serentak kami kembali mengalihkan pandangan kearah mayat itu. Dan menggelengkan kepala. Bagaimana kami bisa tau, sedangkan dari tadi kami tidak melihat wajahnya.

Seakan mengerti, Pria itu membalikkan tubuh ramping dari mayat sehingga kini aku bisa dengan jelas melihat wajahnya yang bergelimang darah. Aku sangat terkejut melihatnya, membuatku tanpa sadar sedikit berteriak. Aku tidak menyangka kakak kelas yang populer karena kecantikannya kini malah tersisa tubuh tanpa nyawa.

"Dia senior kami." jawab Soojung. Dia terlihat sangat ketakutan, sama denganku tapi sepertinya diantara kami Jiae lah yang paling pandai menutipi ekspresinya.

"Park Soonbyul." lanjut Jiae.

"Kalian dekat dengannya? "

"Tidak. Hanya sekedar tahu"

"Baiklah, kalian boleh kembali ke aula."

Kami langsung menurutinya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Lagipula jika kami tetap ditahan disini, itu sangat percuma. Karena tidak ada informasi yang bisa kami berikan. Tapi ada hal yang aneh, yang tidak sengaja tertangkap netraku saat aku hendak membalikkan badan. Aku melihat bayangan pria bertubuh tinggi yang tidak asing bagiku. Dia Seokwoo, aku yakin itu. Tidak sulit bagiku untuk sekedar mengetahui ciri-cirinya walaupun hanya terlihat 1 detik saja.

Aku melanjutkan langkahku mengikuti Jiae dan juga Soojung. Ingin rasanya aku mengatakan pada mereka tapi entah kenapa mulutku malah memilih tetap bungkam. Jujur saja, aku kembali berpikiran bahwa dia pelakunya. Dia yang paling berkemungkinan untuk menjadi pelaku tapi aku masih belum mendapatkan bukti yang cukup kuat apalagi tulisan pada surat itu sudah pasti berbeda. Jika aku ingin menuduhnya maka aku harus menemukan lebih banyak bukti.

Still Alive (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang