5

120 12 5
                                    

Jung Soojung

Tubuhku mulai remuk jika aku terus memaksakan diri bekerja. Aku butuh istirahat sayangnya aku tidak bisa melakukannya. Masih banyak pekerjaan yang harus aku lakukan. Kalau tahu begini ribetnya menjadi anggota osis, aku tidak akan pernah mau mencalonkan diri. Lebih baik aku bermalas-malasan dirumah, makan cemilan sambil nonton drama yang sedang hits. Daripada harus kesana kemari untuk melaksanakan tugas yang tiada habisnya.

Aku menghela nafas, lelah rasanya. Sudah berapa orang yang aku hubungi tapi tidak ada satupun yang menjawab panggilanku. Aku yakin, aku akan diceramahi abis-abisan oleh ketua yang sok itu. Belum lagi barang-barang yang dibutuhkan seperti bangku, makanan, hiasan, dan hadiah untuk pemenang tidak datang hari ini juga. Mereka mengatakan ada kendala sehingga aku harus menunggu besok. Padahal jauh-jauh hari aku mengatakan bahwa aku membutuhkan semua itu hari ini. Akh, kepalaku terasa ingin pecah. Aku juga harus mengecek auditorium, memastikan bahwa semuanya aman dan bersih. Mic yang digunakan tidak boleh mengalami kesalahan teknis. Rasanya, aku sendiri yang menjadi anggota sedangkan yang lainnya hanya menumpang nama. Termasuk pria yang bernama Kim Myungsoo itu.

Aku duduk disalah satu bangku yang ada di ruang osis. Melepaskan rasa lelahku. Sendirian duduk disana sambil meratapi nasib. Saat semua orang sudah kembali ke rumah masing-masing, aku harus terjebak disini. Aku sedikit takut karena tidak ada satupun orang di sekolah mengingat jika jam pulang sudah lama berlalu. Hanya saja, aku lebih takut harus berhadapan dengan Myungsoo. Tatapannya itu seakan mau membunuhku apalagi saat dia menganggap aku tidak bekerja dengan baik.

Untuk mengurangi rasa bosan, aku melihat dokumen-dokumen yang tersusun di rak lemari. Sampai mataku tertuju pada sebuah amplop putih yang terlihat lusuh dan berdebu. Kelihatan sekali kalau amplop itu tidak pernah ada yang menyentuhnya.

Aku mulai melihat isinya, ternyata hanya biodata siswa-siswi yang pernah mencalonkan diri untuk bergabung di osis. Kebanyakan dari mereka tidak lolos. Termasuk seorang gadis yang tertera namanya di kertas biodata itu. Fotonya yang sedang tersenyum membuat hatiku kembali sakit. Entah lah, rasanya beberapa hari ini dia selalu menghantuiku. Mungkin aku diharuskan untuk selalu mengingatnya agar aku tidak berbuat hal yang sama.

Perlahan aku mengelus foto itu, menumpahkan rasa bersalah sekaligus rinduku. Benar, aku merindukannya. Aku rindu dengan senyum manisnya. Aku rindu dengan suara merdunya. Tapi semua itu tidak bisa lagi aku dapatkan. Dia sudah pergi jauh. Aku tidak bisa menyentuhnya, menyapanya, dan meminta maaf langsung padanya.

"Oh Areum" Tanpa terasa air mata mulai jatuh membasahi wajahku. Akankah lebih menyenangkan jika dia masih ada disisiku, maka aku tidak perlu merasakan gelisah seumur hidupku.

Aku dikejutkan dengan tangan yang menarik paksa kertas itu dari ku. Ternyata pria ini lagi.

"Apa yang kau lakukan disini? " tanya Myungsoo tajam.

"A.. Aku hanya istirahat sebentar disini" jawabku.

Jantungku berdegub kencang, bukan karena aku jatuh cinta padanya tapi aku takut dengannya yang selalu saja menindasku lewat tatapan dingin.

"Kau sudah melakukan tugasmu? "

"Aku sudah menghubungi mereka tapi mereka tidak menjawabnya"

"Aku harap ini bukan hanya alasanmu saja. "

Dia kembali menaruh amplop itu ke tempat semula. Setelah itu dia tidak berbicara lagi padaku, hanya duduk di singgasananya - tempat duduk khusus ketua - aku tidak tahu apakah ini hanya perasaanku saja atau bukan, dia terlihat sedih. Apa alasannya? Aku tidak tahu. Mata elang itu tersirat kesedihan yang sangat dalam. Aku tidak pernah melihatnya seperti ini.

Still Alive (Slow Update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang