PROLOG

538 192 31
                                    

Setiap insan pasti pernah mengalami patah hati. Merasakan patah yang sedalam-dalamnya, berjibaku dengan luka, kemudian menikmati kepergian yang diiringi tangis air mata dan rasa kecewa.

Sudah menjadi rumus dunia bahwa pertemuan pasti akan berujung perpisahan. Pertemuan adalah awal untuk berpisah. Kebersamaan akan lenyap seiring berjalannya waktu. Sejatinya, perpisahan adalah hal yang sangat nyata.

Banyak sekali orang menjalani hubungan asmara, kemudian berujung dengan kata 'pisah'. Alasan pisahnya pun jelas beragam, ada yang berpisah karena ego, perselingkuhan, pertengkaran, dan lain sebagainya.

Berpisah itu memang sakit, tapi untuk apa terus bertahan jika hanya sesal pada akhirnya.

Tak bisa dipungkiri bahwa semua orang pasti sangat bahagia dan terlena jika sudah dihadapkan dengan 'CINTA'. Namun, terkadang orang menyalahartikan makna cinta tersebut. Banyak orang yang terjebak dalam cinta salah, di mana cinta itu terasa manis di awal tetapi ujung-ujungnya terasa pahit, yaa seperti halnya dengan kopi.

Dalam kata 'CINTA' sebenarnya tak ada yang salah, sebab rasa cinta itu merupakan anugerah yang diberikan oleh Sang Pencipta. Hanya saja, kita sebagai manusia sering kali salah dalam memaknainya.

Ya, aku pun pernah mengalami hal itu. Berada dalam cinta salah, menelan kata-kata manis dari seorang lelaki, dan seolah menikmati perjalanan cinta yang tak seharusnya. Awalnya memang semua tampak terasa indah, menjalani hari-hari dengan penuh canda tawa, lalu saling berbagi perhatian juga kasih sayang, seolah 'dunia milik berdua, yang lain hanya ngontrak'. Namun siapa sangka, semua itu perlahan berubah, konflik mulai berdatangan, kemudian cekcok sana sini, dan membuat diri sendiri menjadi lelah untuk menjalaninya.

Hingga akhirnya, Allah menegurku dengan cara terbaik-Nya. Aku dengannya dipisahkan oleh jarak dan juga impian. Semula ingin terus bersama, namun Allah ternyata lebih sayang padaku. Allah tak ingin aku berlarut-larut dalam kemaksiatan. Allah mendatangkan pula orang-orang hebat serta sahabat terbaik yang senantiasa menyadarkanku perihal cinta salah tersebut.

Berada di posisi saat ini jelas bukanlah hal mudah. Banyak sekali proses yang dilewati. Hatiku awalnya begitu keras layaknya batu dan sulit mendengar nasehat orang-orang terdekat yang berusaha meyakinkanku untuk melepaskan cinta yang salah itu. Tetapi, perlahan petunjuk Allah datang. Lama kelamaan hatiku mulai tergerak untuk mengikuti berbagai kajian dan sedikit demi sedikit hati ini mulai bisa tersadarkan.

Pada kenyataannya, ketika kita sudah ikhlas untuk melepas, semuanya tampak terasa ringan tanpa beban. Waktu yang semula dihabiskan untuk merenung perihal problema cinta, kini bisa digunakan untuk hal yang bermanfaat. Bahkan, kini aku menyesal pernah melewatkan betapa hangatnya mentari demi untuk menikmati kegelapan malam. Andai saja waktu bisa diulang, aku ingin mengisi waktu yang terbuang sia-sia itu dengan ibadah.

Kadang kala, aku terlarut dalam kesedihan. Namun, yang ditangisi bukan perpisahannya melainkan karena mengingat dosa-dosa di balik semua momen yang tercipta dengannya. Mencintai seseorang melebihi rasa cinta kepada-Nya adalah hal yang paling aku sesali.

Teruntuk kamu yang pernah singgah dihatiku, lihatlah kini aku sangat bahagia. Bisa menikmati pagi dengan penuh tawa, tanpa harus mengusap derai air mata. Pipiku tak lagi basah hanya karena hal sepele tentangmu.
Aku sudah menemukan kasih sayang dari-Nya. Aku harap kau pun begitu dan tidak terjebak lagi dalam cinta yang salah.


Annisa Khalisa Naadhira (Acha)

Dear F : Cinta & Ikhlas Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang