Bagian 4

3.7K 137 3
                                    

Kini Gita telah kembali bersekolah dan seperti biasa, ia selalu pergi sekolah dengan membawa motor Scopynya dan ia sangat jarang pergi sekolah bareng dengan Bara karena apa? Bara yang tidak mau menunggunya. Ia selalu  beralasan ingin pergi dengan temannya,q namun nyatanya Bara justru pergi ke sekolah dengan perempuan yang berbeda setiap harinya.

Kini Gita sudah sampai di sekolah saat tiba di lapangan bola, Gita bertemu dengan Bara bukannya menyapa, Bara justru tak mempedulikannya yang lewat di depannya. Gita hanya menghela nafas sambil tersenyum kecil, ia sudah terbiasa diabaikan oleh Bara.

Gita menaruh tasnya dan bermain ponselnya. Rara melihat pada teman di sebelahnya yang sedang bermain ponsel dan Rara terkejut saat Gita memiliki ponsel baru dengan harga yang fantastis.

"Ini Hp lu, Gi?" tanya Rara, ia ingat ponsel Gita berwarna putih dan sekarang ponsel Gita memiliki tiga kamera.

"Bukan ini, Hp-nya Bara," Gita menaruh ponsel Bara di saku depannya.

"Lu di kasih?"

"Ya enggaklah. Dia itu tukeran Hp sama gue gara-gara teman SMP DM gue,"

"Cemburu tuh Bara,"

"Iyalah. Guekan ceweknya,"

"Tapi lu yakin gak sih Bara cinta sama lu?"

Gita menatap ke arahnya, "kalo Bara gak cinta dan sayang sama gue, dia gak akan mau lepasin gue begitu aja,"

"Setia dan bego itu beda tipis ya. Lu tuh sadar gak sih kalo Bara itu posesif dan psycho. Kalo dia cinta sama elu dia gak akan main tangan sama elu,"

"Bara begitu karena ada alasannya, dan cuma gue yang bisa ngertiin dia,"

"Gue gak ngerti sama mindset  lu,"

"Memang beda ngomong sama orang yang bego kaya gue," Gita pergi dari tempat duduk dan berdiri di ruang kelas.

Kini Gita sedang menyusul Bara untuk memberikan tugas PRnya. Senyum Gita memudar saat Bara merangkul gadis dari SMA lain, Gita menghampirinya dan mengembalikan buku tugasnya.

"Nah buku lu,".

"Dia siapa, Bar?"

"Gue babunya," saut Gita agak sedikit judes. Baginya ngomong dengan pelakor nada bicaranya harus tinggi dan gak boleh kematu-mayu seperti orang Solo harus tegas dan berwibawa.

Bara menatap Gita sinis karena Gita telah asal bicara.

"Dia pacar gue," aku Bara. Seberengsek-berenseknya Bara dia tidak pernah bohong jika Gita jika dia adalah pacarnya.

"Dia pacar lu, Bar? Sejak kapan?" kata Feny cewek Bara.

"Sudah dua tahun," jawab Bara.

Gita memilih pergi tanpa berpamitan pada Bara dan juga teman-teman mainnya. Gita berusaha untuk tetap sabar untuk menghadapi sikap Bara yang selalu bersikap semaunya pada dirinya.

Gita mendongakkan wajahnya menatap langit dan menghapus sisa air matanya.

Malamnya, Bara terus saja menghubungi Gita namun gadis itu tidak menjawab pesan atau meneleponnya balik. Bara hampir saja membanting ponsel Gita yang di pakenya, apa Gita marah padanya? Rasanya tidak. Gita tidak mungkin marah padanya karena Gita tau kebiasaan yaitu main cewek di belakangnya.

"Anjing. Ke mana sih dia itu? Bikin kesal aja." omel Bara. Sejak pulang sekolah tadi Gita susah sekali dihubungi bahkan mamahnya Gita sendiri tidak tau di mana keberadaannya.

Di lain tempat, Gita terus saja mengabaikan panggilan Bara. Hari ia akan pura-pura mabok untuk menguji Bara karena ia belum pernah datang ke club dan sekarang ia harus memaksa teman SMPnya agar mau menemaninya ke club.

Bara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang