Bagian 37.

4.2K 166 43
                                    

Sungguh tidak adil. Perempuan dihargai hanya karena memiliki selaput darah dan di hina karena masa lalu kelam mereka, namun mereka lupa. Jika laki-laki yang baik tidak akan memandang perempuan dari selaput darah saja, tapi melainkan bagaimana perempuan itu sendiri bangkit dengan kakinya sendiri dan membuktikannya dengan pencapaiannya.

-Gita

...

Bara berjalan menuju kelasnya, ia kembali masuk ke sekolah setelah hampir sebulan izin sakit. Bara berhenti tepat di kelas Gita, dengan langkah yang pelan, Bara berharap Gita berada di kelasnya sambil mengolok Rara. Namun saat sampai di bangkunya Gita, semua orang menanyakan keberadaan Gita yang tidak hadir selama sebulan ini.

"Kok diem, Bar?" Tanya Rara.

"Gue gak tau Gita ke mana, sejak kecelakaan itu Gita gak bisa di hubungi, bahkan rumahnya juga di jual." Jelas Bara pada Rara teman satu bangku Gita.

Tiara membuang wajahnya karena dia, Gita sampai tidak masuk ke sekolah, bahkan Bara juga tidak tahu di mana keberadaan Gita. Tiara berdiri di belakang Rara, ia amat menyesali perbuatannya kepada Gita.

"Maafin aku, ya, Bar? Gara-gara aku kalian jadi seperti ini," ucap Tiara, Rara membalikkan tubuhnya menjadi menghadap pada Tiara.

"Maksud lu?" Tanya Rara merasa ada yang tidak beres dengan kepergian Gita.

Tiara menghela napasnya, ia mengangkat wajahnya dan matanya tertuju pada Bara.

"Mungkin lu benci sama gue, karena gue, Gita jadi seperti ini,"

"Lu itu ngomong yang jelas dong!" Seru Rara karena Tiara terlalu terbelit-belit.

"Gue sama Bara ada main di belakang Gita, hingga pada malam itu Gita melihat gue sama Bara lagi ciuman," aku Tiara kepada Rara.

"Brengsek lu!" Rara mendorong tubuh Tiara hingga terbentur oleh tembok, Rara menjambak rambut Tiara yang sudah dengan teganya menghianati sahabatnya sendiri.

"Kenapa lu gini sahabat gue, anjing!" Rara menjambak rambut Tiara dengan sangat kuat.

"Lu gak tau bagaimana sakit hatinya Gita saat  kalian berdua selingkuh di belakangnya!" Teriak Rara, ia semakin memukul Tiara berulang kali, namun Tiara hanya bisa meringis kesakitan saja.

Bara menarik ke dua lengan Rara untuk menjauh dari Tiara. Napas Rara naik turun, ia menghadap pada Bara, Rara menatap tajam ke arah Bara yang sudah teganya menyakiti Gita seperti itu dan parahnya lagi Bara selingkuh dengan Tiara, sahabat Gita dari SMP. Rara kehilangan kendalinya hingga ia melemparkan wajah Bara dengan botol mineral yang berada di sampingnya.

"Akh!" Pekik Bara saat botol itu mengenai luka jahitan di kepalanya.

"Kenapa? Sakit? Itu gak seberapa dengan perbuatan busuk lu berdua yang kaya anjing!" Rara kembali menjambak Tiara dan mendorongnya hingga menabrak dada Bara.

"Anjing lu!" Pekik Bara.

"Apa?! Lu mukul gue? Pukul!" Rara justru menantang Bara karena ia tidak takut dengan laki-laki yang brengsek seperti Bara.

Kini Bara, Tiara dan Rara berada di kantor karena pertikaian di dalam kelas. Bara dan Tiara menundukkan wajahnya di depan guru, sedang Rara menatap mereka penuh dengan kebencian yang cukup mendalam.

Rara tak terima sahabat baiknya di perlakukan seperti ini oleh mereka.

"Rara? Ibu gak nyangka kamu jadi seperti ini," kata bu Lastri guru BK.

"Saya seperti ini gara-gara mereka, bu." Tunjuk Rara pada Bara dan juga Tiara yang sedari tadi hanya menundukkan wajahnya.

"Kenapa dia?" Tanya bu Lastri, lantas menoleh kepada mereka berdua.

Bara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang