Bagian 13.

2.6K 106 7
                                    

Gita melebarkan ke dua matanya saat melihat leher Bara yang terdapat tanda biru dan kemerahan, Gita tahu pasti semalam Bara sedang mantap-mantapan dengan cewek lain tanpa sepengetahuannya.

Gita menurunkan tangannya di leher Bara.

"Kenapa?" Tanya Bara saat Gita tiba-tiba saja menurunkan tangan dari lehernya.

"Ada bekas gigitan drakola," kata Gita. Bara memegangi lehernya untuk menutupinya.

"Pulang dari rumah lu gue ml sama Putri," aku Bara kepada Gita.

"Putri lagi? Kenapa harus dia?"

"Terus gue bolehnya sama siapa? sama elu?"

"Gue ke kelas dulu, bentar lagi bunyi bel," Gita menggubris perkataan Bara dan memilih untuk bangkit dari duduknya dan melangkah menuju ke kelasnya. Gita berjalan dengan tatapan kosong, tanda kebiruan di leher terus saja terngiang-ngiang di otaknya.

Sesampainya di depan pintu, Gita bertemu dengan Rara dan juga Angga. Ingin sekali rasanya Bara bisa bersikap baik kepadanya seperti Angga, namun perlu di tekankan jika kebiasaan buruk Bara kepadanya sudah menjadi tabiatnya dan mungkin itu sangat susah dihilangkan.

"Gi? Sini," Rara melambaikan tangannya untuk menyuruh Gita untuk bergabung dengannya.

Gita menghampiri Rara dan berdiri di samping Rara. "Lagi apa lu berdua?" Tanya Gita.

"Lagi cerita, mata lu kenapa kok merah begitu?" Tanya Rara.

"Lu nangisin Bara lagi?"

Gita hanya diam membisu, kalaupun ia bercerita Rara pasti marah padanya dan menyuruhnya untuk memutusi Bara dan Gita hapal sekali dengan masukan dari Rara untuknya.

"Gue masuk dulu soalnya belum kerjaain PR," alasan Gita agar segera pergi. Ia terlalu malas untuk membahas Bara lagi telinganya, rasanya ingin pecah.

Di lain tempat, Bara memberi pelester pada lehernya yang sedikit membiru. Ini semua karena Putri yang berani membuat bekas gigitan di lehernya. Ia sudah memperingatkan untuk tidak meninggalkan bekas di sana, namun sepertinya Putri sengaja untuk membuat kissmark di lehernya agar Gita melihatnya.

"Dasar jalang gak tahu diri itu," umpat Bara dan kemudian membuang bungkus plester ke sembarang tempat dan kembali bergabung dengan teman-temannya.

Julio melihat kedatangan Bara, lantas memberikan tempat duduk untuknya.

"Kenapa muka lu di tekuk gitu?" tanya Julio.

"Kekurangan jatah dari si ayang beb," celetuk Daffa.

"Ngaco. Ini gue kesal banget sama Putri. Bisa-bisanya dia ninggalin bekas gigitan cupang di leher gue,"

"Oh... Jadi karena itu? Gita marah gak?"

"Kayanya sih iya. Tapi dia gak boleh larang-larang hidup gue,"

"Lah? Dia itu cewek lu, bego!" Daffa menyentil kening Bara atas kebodohannya.

"Baru cewek 'kan? Bukan istri gue, jadi gak usahlah larang-larang begitu,"

"Kalo Gita digituin cowok lain, lu gimana?"

"Gue cari orangnya dan setelah itu gue gunting bibir mereka berdua,"

"Gila dia bah. Ya kali Gita digituin lu marah sedangkan lu sendiri Gita gak boleh,"

"Gue ini cowok, jadi kalo punya pasangan lebih dari satu wajar,"

"Dasar manusia genit!" Daffa menepuk bahu Bara.

...

Bara memetik gitar dan bernyanyi bersama dengan dua teman-temannya.

Bara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang