Bagian 32

2.8K 109 35
                                    

Seperti boomerang, kamu datang dan pergi hanya untuk menyakiti luka yang sama.

-Gita

...

Bara menutup pintunya dengan kasar, ia menendang pintu sebagai tanda pelampiasannya. Bagaimana bisa ia sampai memukul Gita di depan sepupu Gita sendiri, tanpa mencari tahu yang sebenarnya. Astaga! Ini sangat kacau!

"Bego!" Bara meninju ke udara. Ia menghempaskan bokongnya di sofa, Bara mengambil ponselnya di saku celananya, ia menekan nama Gita di ponselnya dan menempelkan ponselnya di telinganya. Tidak di angkat, Bara menempelkan ponselnya di telinganya dan menurunkan ponselnya di telinganya.

"Anjing!" Umpat Bara dengan membanting ponselnya Gita di atas sofa.

Gita menghidupkan mode pesawat terbang agar Bara tidak menghubunginya lagi, Gita menatap wajahnya di pantulan cermin di kamarnya. Ia mengulurkan tangannya pada pipinya yang sedikit memerah karena tamparan dari Bara.

Gita menyeka sudut matanya yang mengeluarkan cairan bening, lagi-lagi Bara selalu main tangan kepadanya seolah pukulan yang dilayangkan oleh Bara sudah biasa untuknya, hati dan fisiknya sudah terlalu sakit, namun sekali lagi rasa cintanya kepada Bara lebih dalam dari apapun.

Keesokan paginya, Gita sengaja pergi lebih awal agar Bara tidak menjemputnya. Untuk saat ini Gita ingin menenangkan diri dengan menghilang dari Bara.

Bara memakirkan motornya di halaman rumah Gita, Bara berjalan menuju pintu, belum sampai di depan pintu, Bara berpapasan dengan papah Gita.

"Gita-nya ada, om?" Tanya Bara.

"Wah, Gigi sudah pergi dari tadi,"

Bara masih diam di tempat, Gita benar-benar ingin menjauh darinya, padahal ia hanya ingin meminta maaf kepadanya, namun sepertinya Gita masih tidak mau bertemu dengannya.

"Kalo gitu saya pergi dulu, om. Assalamualaikum," Bara mencium tangan Bima dan menyusul Gita ke sekolah.

Kini Gita, Tiara dan Rara sedang asik berfoto selfi di ponsel Gita. Gita menurunkan ponselnya saat Bara menyentuh bahunya.

"Gue mau ngomong," kata Bara, Tiara mendongakkan wajahnya untuk menatap Bara, namun mata Bara sibuk menatap wajah Gita hingga Bara tidak sadar jika Tiara sedang melihat ke arahnya.

"Tapi gue gak mau ngomong sama elu,"

"Ayolah, Gi." Bara mengulurkan tangannya untuk memegang lengan Gita.

"Jangan paksa gue, bangsat!" Gita menepiskan tangan Bara dari lengannya.

"Gi, gue cuma ngomong bentar,"

Gita berdiri dengan memukul meja hingga satu kelas menatap ke arahnya.

"Lu itu, ya? Gue sudah bilang, gue gak mau ngomong sama elu!"

"Tapi sampe kapan?" Celetuk Bara berusaha untuk tetap lembut dengan Gita.

"Gak tau, berdoa aja sendiri supaya gue mau ngomong sama elu," jawab Gita.

Bara mengangkat ke dua tangannya dengan wajah yang mengada ke atas plafon kelas Gita.

"Ya Allah, yang mahakuasa, luluhkanlah hati Gita agar dia mau bicara lagi dengan Bara, ya Allah, aamiin." Bara mengusap tangannya ke wajahnya, sedangkan Gita berusaha untuk tidak tertawa, namun pertahanannya runtuh dan ia tertawa yang paling keras sehingga Gita menjambak rambut Bara dengan kuat dan Gita tidak peduli jika rambut Gita rontok karenanya.

"Alhamdulillah, Allah. Menjawab doa-doa Bara." Ucap Bara, Rara tidak bisa menahan tawanya saat melihat tingkah konyol Bara. Dan benar saja Gita tertawa kalo Bara selalu saja bisa mencarikan suasana yang tegang menjadi ngakak.

Bara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang