Bagian 8.

3.1K 117 0
                                    

Gita diam membeku saat Bara di kamar bersama Feny. Gita meninggalkan makanan di atas meja, Gita lebih memilih untuk pulang dan mengurungkan niatnya untuk makan bersamanya.

Bara tersenyum saat Feny keluar dari kamar mandi. "Ayo buruan, gue sudah gak tahan,"

"Sorry, Bar. Gue lagi dapet,"

"Shit! Padahal gue udah tegang loh,"

"Sorry, Bar. Mainnya pake tangan aja, ya?"

"Gak. Mending lu pulang aja gih,"

"Bar? Boleh minta tolong beliin gue pembalut?"

"Gak. Siapa lu nyuruh-nyuruh gue,"

"Guekan cewek lu,"

"Tapi lu bukan pacar gue, udah mendingan lu pulang aja gih, tar darah lu netes di apartemen gue lagi,"

"Kok gitu sih, Bar? Ngomongnya?"

"Kenapa lu gak suka? Jangan mentang-mentang elu layani gue terus lu bisa seenaknya aja sama gue,"

Sesak rasanya hatinya mendengar perkataan Bara, ternyata selama ini Bara hanya memanfaatkannya saja. Feny pergi meninggalkan apartemen Bara tanpa berpamitan padanya.

Bara menggelengkan kepalanya saat Feny menyuruhnya untuk membeli pembalut untuknya. Memang dia pikir dia siapa sampe harus menuruti permintaannya, dia bukan Gita yang permintaannya harus ia turutin Feny hanyalah gadis murahan yang cukup sekali goda langsung mau menyerahkan tubuhnya.

Bara keluar untuk memastikan Feny telah meninggalkan apartemennya. Langkah Bara terhenti saat melihat kotak makanan Gita di atas meja.

"Apa tadi Gita ke sini? Terus kenapa gak manggil gue coba," Bara mengangkat kotak bekal dan membukanya ternyata isinya adalah ayam lada hitam kesukaan mereka berdua.

Bara masuk ke dalam kamarnya dan menelepon Gita namun sayangnya WAnya tidak aktif. Bara menurunkan ponselnya dan menaruh ponselnya di atas meja, Bara memakan makanan yang di bawa Gita untuknya. Bara yakin jika Gita pasti tau kalo ia bersama Feny di kamarnya pasti Gita pikir jika ia sedang mantap-mantapan bersama Feny.

"Dasar bodoh."

Gita menghempaskan bokongnya di sofa, Ayu sampai tidak jadi masuk ke kamar saat melihat Gita pulang lebih cepat dari apartemen Bara.

"Loh? Gi kok cepat pulang? Katanya mau sampe malam di sana?"

"Gak enak ada temannya Bara di sana,"

"Terus kenapa gak ikutan kumpul?"

"Bara cemburu kalo temannya liatin aku terus, mah."

"Siapa yang gak cemburu, penampilan kamu aja loh sudah kaya cabe-cabean,"

"Garing deh," Gita memutarkan bola matanya malas.

"Makanya pake celana panjang dong, masa baju sama celana panjangan baju,"

"Baju itu enak gak bikin tangan ku belang,"

"Kaki kamu memangnya gak takut belang?"

"Pake celana panjang itu enak,"

"Nanti aja kalo sudah menikah,"

"Kamu tuh di kasih tau jawab aja," Ayu pergi ke kamarnya yang ada malah jadi emosi jika terus-terusan bicara dengan Gita.

Gita naik ke kamarnya. Ia rasanya sudah cape setiap pulang selalu saja bertengkar dengan orang tuanya dan belum lagi ia harus sabar menghadapi kelakuan Bara. Rasanya ia ingin sekali menghilang sejenak dan menikmati waktu seorang diri.

Bara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang