Bagian 26.

2.3K 84 4
                                    

Gita membuka kulkas Bara untuk mencari apa yang bisa ia makan, namun sialnya di kulkas Bara tidak ada apapun kecuali saus tomat dan jeruk yang sudah kering.

"Ck. Katanya orang kaya kok kulkasnya kosong?" Gumam Gita.

"Bara!" Teriak Gita memanggil nama Bara dengan berteriak-teriak, Bara berdecak kesal saat Gita berteriak-teriak, apartemen ini tidak sebesar seperti rumah Gita.

"Apaan sih. Teriak-teriak!"

"Bara, gue lapar. Lu gak ada niatan mau beliin gue makanan?"

"Lu miskin? Sampe gak bisa beli makanan?"

"Ck. Cincin yang seharga tiga ratus juta aja lu mampu beliin gue, masa beliin gue makanan lu gak bisa?"

"Hm, aneh." Tambahnya.

"Iye. Bentar, puas lu! Ayo kita pergi."

"Gue ganti baju dulu."

"Gak usah! Kita drivethru aja."

"Siap bos!"

Cup

Gita berlompat untuk mengecup pipi Bara dan setelah itu ia lari ke ruang tamu untuk mengambil ponselnya.

"Ayo, Bar." Teriak Gita sudah tak sabaran lagi ingin menguras isi dompet Bara.

"Iya. Gak usah kaya orang susah lu!" Bara meraih kunci mobilnya dan menghampiri Gita yang sudah berdiri di depan pintu.

Sepanjang di perjalanan Gita terus saja mengulas senyuman kepada Bara dan tak henti-hentinya Gita menatap ke arah Bara. Bara menoleh kepada Gita yang sedari tadi senyum-senyum tak jelas membuatnya merasa risih dengan apa yang Gita lakukan.

"Kenapa sih lu liatin gue begitu?" Kata Bara sesekali melirik Gita sembari pandangannya fokus ke depan.

"Lu ganteng kalo lagi nyetir gitu, apa lagi pas elu buka baju, handsomenya keterlaluan."

Bara tertawa kecil saat mendengarnya. Bara membawa kepala Gita bersandar di lengannya sembari mengusap kepalanya. Entah kenapa Bara jadi sebucin ini dengan Gita, biasanya ia paling jijik kalo bucin-bucin. Sepertinya ia sudah menjilati ludahnya sendiri.

Bara mengurangi kecepatan dan berhenti untuk memesan makanan untuk Gita.

"Selamat, siang. Mau pesan apa, ka?" Kata pelayan dengan ramah

"Ayam super jumbonya dua," pesan Bara sembari menoleh pada Gita untuk bertanya mau pesan apa lagi.

"Gue mau burgernya jangan lupa, Bar."

"Burgernya dua, kentangnya dua juga," ujar Bara sembari melihat menu di ponselnya.

"Apa lagi, ka?"

"Boba choco teanya ada?"

"Ada ka, mau berapa?"

"Itunya juga dua."

"Apa lagi ka?"

"Ini." Bara menyatukan jari telunjuk dan jempolnya hingga terbentuk sarangheo. Pelayanan itu tersenyum sembari menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona di pipinya.

"Bara!" Gita mencubit perut Bara hingga dia berteriak kesakitan.

"Maaf, ya, mba. Pacar saya sudah rada-rada stres."

"Ini, kak, pesanannya."

"Terimakasih, mba. Semoga next time saya ketagihan," goda Bara kembali.

Gita membulatkan matanya. "Ketagihan apa lu!"

"He heh heh, enggak." Bara menghidupkan mesin mobilnya dan mengemudikan kendaraannya. Saat di lampu merah, Bara memakan kentang yang ia pesan. Bara membuka saus tomat dengan gigi depannya.

Bara (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang