5 : Kerja

252 32 1
                                    

"Taufan tetap sayang Mama ... "

.
.
.

Brak!

Taufan mendorong laci meja belajarnya dengan keras. Kini ia sedang kesal

"Hish! Mana sih tas kecil itu?! Kalau hilang kan bahaya!" seru Taufan

Yup. Ia sedang mencari sebuah tas kecil miliknya yang isinya beberapa buku tabungan

Taufan berjalan mondar-mandir mengelilingi kamar dan langkahnya terhenti saat ia menatap sesuatu yang tak asing di atas kasur

"I-itu... Itu tasnya! Hish..! Diatas kasur rupanya!"

"Apasih, bang??" Tiba-tiba Ice datang sambil membawa boneka paus nya,

"Ah, nggak papa cuman lagi nyari tas yang isinya buku buku tabunganku." jawab Taufan santai

"Terus udah ketemu?" tanya Ice mendekati kakaknya dan duduk di atas kasur, "Udah!" jawab Taufan menunjukkan tas kecil berwarna biru itu pada Ice, Ice pun mengambil salah satu buku tabungan itu dan membukanya

"Wow... 30 juta?" tanya Ice tertegun

"Hehee... Iya! Masih ada beberapa juta di buku tabunganku yang lain. Itu hasil kerja kerasku selama hampir 3 tahun."

"Besok abang kerja lagi?" tanya Ice

"Tentu saja! Darimana aku akan dapat uang kalau ngga kerja." balas Taufan, "Tapi..." tiba-tiba semangatnya hilang, digantikan dengan wajah murung

"Ada apa?"

"Nothing. Pergilah, Ice. Aku mau beres-beres kamar!" kata Taufan tersenyum, "Hm, baiklah.."

"Hh... I'm tired..."

• alone •

"Terimakasih, Pak..."

Kata Taufan pada driver gojek yang telah mengantarnya sampai sekolah. Ya, hari ini Ia memang sengaja berangkat naik gojek karena Kakinya masih sakit setelah disayat oleh ... Ah sudahlah.

Kakinya pun melangkah memasuki lingkungan sekolah

Brak!

"Mana uang lu?!"

"Kenapa?"

"Gue minta!" seru Fang tepat di depan Taufan yang sedang duduk sambil menatap Fang datar

"Buat apa? Kamu sendiri udah punya uang kan."

"Buat apa lu tanya? Buat ganti rugi karena LO UDAH NGELUKAIN DION!" seru Fang

"Hm?" Taufan mengangkat salah satu alisnya, "Bukannya Lo yang ngelukain Gue?" tanya nya sinis

"Cih! Udah berani ngomong 'Lo-Gue' ya!" seru Fang, "Gara-gara Lo Dion masuk rumah sakit!!"

"GARA - GARA LO GUE HAMPIR MATI!!" seru Taufan marah membuat seisi kelas langsung hening dan menatapnya

Fang sendiri hanya terdiam. Ia kaget karena ini baru pertama kalinya Taufan membentak di hadapannya. Ia pikir Taufan adalah bocah lemah yang hanya bisa menangis saat dibully

"Tch!" Fang pun pergi meninggalkan Taufan yang kembali duduk sambil mengatur napasnya

'Kenapa hidupku selalu begini...?'

• alone •

Tap...

Tap...

Taufan melangkahkan kaki menuju tempat kerjanya sambil melamun.

Pikirannya selalu kembali pada saat ia mulai disiksa baik keluarga maupun orang lain

"Kenapa... Kenapa mereka berbuat kejam seperti itu padaku...? Padahal aku selalu berbuat yang terbaik untuk mereka..

Apakah yang dikatakan Mama itu benar bahwa aku hanyalah pembawa sial di dunia ini...?"

"Nak... Tolong, tolong kakek..."

"Huh?" Taufan sedikit terkejut saat ada seorang kakek tua yang meminta pertolongan, "Ada apa, Kek?"

"Tolong... K-kakek belum makan 3 hari ini.. B-bisakah kau beri sedikit saja sisa makanan yang kau punya, Nak..? Kakek lapar..." ucap Kakek itu

Taufan terdiam sebentar

Ia ingin memberi pada kakek itu tapi ia pun tak bawa bekal. Bagaimana ini??

"Em... Maaf Kek, saya ngga bawa bekal. Tapi saya ada uang untuk Kakek. Ini, kakek bisa gunakan uang ini untuk beli makanan.." kata Taufan menyerahkan uang 20ribu pada kakek itu

"Alhamdulillah... Terima kasih banyak, Nak... Semoga perbuatan baikmu dibalas nantinya..."

"Terima kasih kembali, Kek. Kalau begitu saya pergi dulu.." balas Taufan tersenyum tipis dan meninggalkan Kakek itu

.

"Hai, Kak Kaizo!" sapa Taufan saat ia sudah sampai ditempat kerjanya

Namun senyumnya luntur saat Kaizo hanya memandangnya datar dan mengabaikannya saja

'Ada apa dengan kak Kaizo?' tanya Taufan dalam hati. Ia pun mulai bekerja

.

"Em... Kak Kaizo, ada apa?" tanya Taufan setelah ia selesai bekerja. Namun lagi-lagi Kaizo hanya mendiamkannya

"Kak–"

"Bisa diam ngga?!!" potong Kaizo dengan nada kesal membuat Taufan terkejut. Kenapa Kaizo bisa semarah ini?

"Emang kakak kenapa? Kok... S-sekarang kakak..."

"Fang bilang padaku kalau kau melukai sahabatnya hingga masuk rumah sakit. Benar kan? Ternyata kau itu PEMBUNUH!" seru Kaizo marah membuat Taufan tersentak

'Padahal mereka yang pembunuh...' batin Taufan lalu menatap Kaizo yang terlihat marah, "Terus??"

Kaizo tersentak saat Taufan memandangnya datar dan bertanya dengan nada meremehkan

"Heh, aku tidak mau ada pembunuh di bengkel ku ini. Dan karena kau adalah Pembunuh, silahkan KAU BISA PERGI DARI SINI." kata Kaizo menatap tajam pada Taufan

Taufan hanya diam dan tersenyum tipis.. "Aku memang tak layak disini. Terima kasih atas kerjasama nya..."

Taufan mengambil tasnya dan keluar dari bengkel itu

Seketika senyumannya luntur tergantikan oleh isak tangis

"Hiks... Bagaimana hidupku selanjutnya...? Aku harus bekerja dimana...?"

• alone •

I'm (Not) Alone ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang