"Ayaaaaahhh itu kinder Joy Hirooo!!"
"Siapa cepat dia dapat. Wllek!"
"Tapi kan punya Hiro ih! BUNDAAAA.."
"Aduuuh aduan banget sih anak beo? Nanti ayah di marahin ih!"
"Ya salah siapa coba makan punya nya Hiro?"
"Apa adekk??"
Nah loh suara queen of home.
Haruto takut sih, cuma udahlah, udah di dalam perut juga tuh kinder Joy.
"Kenapa lagi?? Ribut banget?"
"Itu ayah makan kinder joy nya Hiro bunn.. sebel banget!"
Jeongwoo menatap ke arah Haruto.
"Sumpah yang, nganggur tadi itu coklat. Jadi aku makan. Lagian kecil banget isinya. Gak kenyang."
Jeongwoo geleng-geleng kepala menghadapi suami yang sialnya tercinta ini.
"Beli lagi ya sayang?"
"Oke. Tapi ayah yang bayarin! Mau beli sepuluh!"
"Iya, iya ayah yang bayarin kok."
"Heeh ayah cuma makan satu! Ngadi-ngadu loe anak beo!"
"Tuhkan bunn, suami bunda pelit banget."
Haruto melotot ke arah Hiro. Ni anak nya minta diapain sih? Diloakkin kane kali yak?
"Harutooo, beliin ya? Ya?"
Udah deh, udah deh, kalau gini mah Haruto gak bisa.
'Rais dah duit gw ini mah.' batin Haruto nelangsa.
"Ya...oke! Tapi jangan jajan yang lain, inget! Kin der Joy aja!"
Hiro mengangkat bahu acuh, lalu berjalan menuju bagasi mobil.
"Tuh kan yang liat? Anak siapa sih itu?"
"Anak kamu? Masa anak yoonbin?"
"Yang! Ah tauah! Males, males."
"Hahaha canda-canda mas, udah ya, gih sana."
"Hhmmm."
"Ikhlas dong mas, anak kamu satu-satunya itu." Jeongwoo menunduk.
"Maaf aku gak bisa kasih kamu keturunan lagi."
Haruto menangkup pipi Jeongwoo,dan mengelusnya lembut. Lalu mencium kening Jeongwoo.
"Heeeiii...apasih? Aku ikhlas kok. Jangan ngomong gitu, aku gak suka."
"Iya, maaf."
Jeongwoo menunduk dalam-dalam.
"Ih sini ah, sini mana muka nya bunda cantik?"
Jeongwoo mendongak menatap sayu tepat ke arah mata Haruto.
"Kamu mau nitip apa? Jelly? Yupi? Atau minuman apa?"
Haruto udah gak mau bahas soal delapan bulan lalu. Dimana Jeongwoo dinyatakan hamil anak kedua, namun harus mengalami keguguran kembali.
Namun kali ini fatal, Jeongwoo jatuh dari tangga, yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit selama empat Minggu lamanya.
Dan efek fatalnya, Jeongwoo harus rela kehilangan janin, dan rahim nya sekaligus.
Rahimnya rusak, karena sudah keguguran kedua kalinya. Dan saat akan melahirkan Hiro pun Jeongwoo terjatuh.
Itulah mengapa, rahim Jeongwoo sudah tidak bisa digunakan lagi, dan harus segera di angkat.
Saat itu Jeongwoo sangat-sangatlah terpukul mengetahui nya. Tidak hanya Jeongwoo, namun Haruto dan seluruh keluarga pun amat sangat terpukul mendengarnya.
Mereka mencoba tegar di hadapan Jeongwoo. Mereka berusaha membujuk, menenangkan, dan menyemangati Jeongwoo.
Jeongwoo sempat down, dia tidak berbicara, dan dia tidak makan. Dia hanya diam melamun dan sesekali air mata keluar menetes dari kelopak matanya.
Haruto juga sempat setrres menghadapi keadaan dan Jeongwoo bersamaan.
Di satu sisi dia sedih, harus kehilangan calon anak untuk kedua kalinya. Di satu sisi dia harus juga tetap tegar di hadapan sang istri yang tengah menghadapi masalah yang sangat berat.
Bohong kalau Haruto tegar. Dia sangat amat terpuruk saat itu. Namun, dia sadar, Jeongwoo dan Hiro membutuhkannya.
Jika tiang dalam rumah tangga rubuh semua, maka siapa yang akan menopang berat nya nanti?
Haruto dan Hiro berhasil meyakinkan Jeongwoo, bahwa sang bunda sangatlah berharga bagi mereka.
Tak apa, jika tak ada adik, bunda nya pun sudah sangat sangat cukup bagi mereka.
Dan Alhamdulillah nya Jeongwoo berhasil bangkit dari keterpurukannya.
Jeongwoo merasa sangat bersyukur memiliki suami dan anak seperti Haruto dan Hiro.
Dia belajar untuk ikhlas menghadapinya.
Segimanapun dia memohon untuk agar Haruto melakukan poligami Jika Haruto mau, dia yang akan di diamkan oleh sang suami.
Maka dari itu, Jeongwoo menyerah, dia sadar, bahwasanya, dirinya dan Hiro sudah sangat-sangat cukup bagi Haruto.
"Aku mau semuanya."
"Hahaha oke-oke. Kuras aja yang akunya, gapapa sumpah gapapa."
Jeongwoo memeluk Haruto erat.
"Kamu jangan miskin, aku gakbisa."
"Hahahaha...iya enggak, aku bakal banting tulang buat nafkahin kamu sama Hiro."
"Lebay amat sih! Udah sono nanti anak kamu amuk-amukan loh."
"Tunggu, 1..2.."
"AYAH LAGI NGAPAIN SIH??? LAMA BANGET?? NANTI INDOAPRIL NYA KEBURU TUTUP IIIHHH!!!"
"Haduh, anak beo nelen toa dimana sih dia?"
"Hahaha... udah-udah gih sana."
"Iya-iya, usah itu aja? Camilannya? Makananya?"
"Gimana kamu aja."
"Oke..ak.."
"AYAHHHHHHH BURUAAAANNN LELET BANGET??"
"BAWEL BANGET ANAK BEO!"
"BURUAAANNN..."
"Yaudah yang, pamit dulu."
"Iya, hati-hati."
Haruto mengangguk, dan berlalu dari hadapan Jeongwoo guna menyusul si anak beo.
"Berisik banget sih? Gak ayah bayarin sukur!"
"Nyenyenye.."
"Hiih minta tak tendang ya?"
Haruto menyalakan mesin mobilnya dan menjalankan nya menuju indoapril di depan komplek.
"Tendang aja, nanti aku aduin bunda. Biar gak dikasih jatah!"
Haruto melotot, ini anaknya udah tau jatah itu apa?
"Udah tau jatah?"
"Enggak sih, cuma kan ayah takut kalau gak dikasih jatah."
Haruto menghela nafas lega, tak kirain tau loh!
Oke, karna pada pilih yang Tatap Muka, maka, aku akan publikasikan yang itu.
Tapi setelah cerita ini usai ya..
Aku masih suka banget bikin keributan anatara Ayah dan anak Beo nya. So, jangan bosen-bosen ya?See you:3
Oiya, vote and komen ya. Jujur, aku sukakk banget sama kalian yang suka komen. Gatau kenapa, suka aja liat komenan kalian.
Buat yang masih malu-malu buat komen, pliss gak usah malu, ayok komen👍 kalau bisa, aku bales kok.
Love you:3
Hehehe....