Tujuh

3.6K 373 10
                                    


Sekarang pukul 03.15 WIB. Dan lihatlah calon Ayah muda kita yang tengah berkutat dengan bahan-bahan puding sachet.

Dengan mata yang merem melek Haruto tengah menunggu puding tersebut mendidih di atas kompor.

"Masss...belum?"

Mendengar suara sang istri mata Haruto melotot dengan otomatis. Kayak langsung seger aja gitu.

"Baru mendidih bep."

"Yaudah deh, gak keburu kayanya dimakan sekarang ya?"

'Yaiyahlah..gustiii' dalem hati Haruto menggerutu. Kalau gak dalem hati mana berani sih Haruto sama istri serigala nya?

Haruto mah apa atuh?

"Iya sayang..mending kamu tidur lagi. Ini masih jam tiga. Gih sana."

"Otteee!!"

"Duh gemesss banget sih? Bini sape sih lu? Perut buncit, pipi chubby. Doyan makan tengah malem kaya tuyul sih."

"Gw lempar panci panas ya Haruto ngatain gw buncit!"

"Hahaha..enggak, enggak, sekarang tidur lagi gih."

Jeongwoo gak jawab. Dia melengos menaiki tangga meninggalkan Haruto yang lagi dan lagi nahan gemess sama istri satu-satu nya.

Yaiyahlah! Kalau dua mau di gorok masal Haruto? Gak deh. Ngebayanginnya aja Haruto ngeri.

Sesudah menuangkannya di wadah, Haruto menyimpannya di meja makan.

Lalu turut menyusul Jeongwoo ke dalam kamar.

Usia kandungan Jeongwoo sudah memasuki 8bulan naik ke9 . Tapi aneh nya Jeongwoo masih suka minta yang aneh-aneh sama Haruto.

Gatau beneran ngidam, gatau emang cuma mau ngerjain Haruto doang. Tapi opsi kedua lebih aktual gak sih?

Soalnya kan usia kandungan ngidam tuh kalau masih muda kan? Kaya 2-5bulan? Tapi ya entah juga sih.

Kata mamih sama bunda turutin aja, daripada nanti anak nya ileran. Haruto gamau. Jadi dia rela berkorban.

Calon ayah yang baik bukan? Hmm..

"Heh ko goleran dilantai?"

"Shh..Ha..ruh.. sa..kit.."

"YA ALLAH JEONGWOO!!!"

"Shh.."

"Diem.. oke? Jangan banyak ngomong nanti makin sakit. Kok bisa jatuh sih? BERDARAH YA GUSTIII!!"

Haruto langsung mengangkat Jeongwoo dan bergegas turun kebawah, dia kalut banget. Istri nya jatoh!! Dan berdarah! Haruto kapok.

Enggak! Enggak!!!! Jeongwoo harus selamat. Haruto jadi inget kata-kata dokter tempo lalu.

Dokter bilang, kandungan Jeongwoo lemah disebabkan bekas keguguran yang kemarin.

Jadi jangan sampai jeongwoo kenapa-napa. Tapi sekarang? Jeongwoo malah berdarah-darah gini!

Haruto memasukkan Jeongwoo ke kursi belakang mobil.

Lalu bergegas kembali keatas dia mengambil kunci mobil, dompet dan handphone.

"Tenang ya sayang.. tahan. Dan terus buka mata kamu ya?"

Jeongwoo hanya bisa mengangguk. Lidah nya rasa nya kelu.

Sepanjang perjalanan dihiasi dengan lenguhan menyakitkan milik sang istri.

Haruto gak tega denger nya. Dia nangis, bahkan walau sudah sampai di rumah sakit pun air mata nya terus mengalir.

Sesampai nya di rumah sakit Haruto berteriak memanggil suster.

Mereka menyiapkan brangkar untuk membawa Jeongwoo ke IGD.

Haruto langsung menelpon mamih, dan bunda roje untuk mengabari bahwa Jeongwoo mengalami pendaran karena jatuh.

Haruto benar-benar kalut. Mata nya merah disebabkan air mata yang terus menerobos keluar.

Dia takut, takut melihat Jeongwoo yang seperti tadi. Hati nya tidak tenang.

Haruto merasa gagal menjadi seorang suami sekaligus seorang ayah. Dia tidak becus.

Mamih dan papih sampai lebih dulu dibanding bunda roje dan papih june.

Dia melihat sang anak bungsu yang tengah terduduk lemas dengan berurai air mata.

Melihat itu, mamih lebih deras mengeluarkan air mata nya.

Mendengar kabar yang sangat mengejutkan yang di alami menantu kesayangan nya membuatnya kalang kabut di rumah.

Dia takut akan terjadi sesuatu yang fatal pada sang menantu. Lebih-lebih lagi sang menantu tengah mengandung cucu nya.

"Gimana keadaan jeongwoo a?"

Haruto menggeleng tanda dia juga belum tahu.

Mamih memeluk Haruto erat. Guna menenangkan sang anak bungsu.

"Mih.."

"Iya sayang, tenang ya? Mamih yakin Jeongwoo sama anak kalian kuat."

Haruto bergeming, dia ragu.

"Anak papih gaboleh cengeng. Kamu kepala keluarga. Ayok bangun sini sama papih."

Haruto terdiam sesat. Benar kata papih. Dia kepala keluarga. Dia harus kuat.

Haruto bangkit dan menghampiri sang papih. Dipeluknya Haruto oleh sang papih.

"Jeongwoo menantu papih itu kuat."

Mulutnya berkata seperti itu, tapi air mata nya tidak bisa berbohong bahwa sang papih sama kalutnya dengan sang anak.

Haruto tidak melihat nya.

"Sudah. Tenangkan fikiran."

"Iya pih." Haruto menjawab dengan suara serak berat miliknya yang terdengar bergetar.

Tak lama bunda roje dan papih june sampai berbarengan dengan Asahi dan jaehyuk yang menggendong sang anak di tangan kiri nya.

"Gimana Haruto? Ank bunda gimana? Jeongwoo gapapa kan?"

Bunda langsung bertanya dengan nada panik dan air mata yang tak henti nya keluar dari mata cantik nya.

Haruto mendongak menatap sang bunda mertua nya.

Bunda yang melihat keadaan menantu nya langsung memeluk Haruto sayang.

Haruto memeluk balik sang mertua dengan erat. Dan menangis kembali.

"Maaf bunda, Haruto gak becus jagain Jeongwoo."

"Bukan salah mu."

"Bunda tau.. Jeongwoo kuat kan Haruto?"

"Iya bunda.."



















Maaf baru update...

Suami dan IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang