Junior

1.9K 191 30
                                    


Gracia baru saja masuk ke tempat biasanya melakukan pertunjukan theater, dan matanya menemukan sosok Shani yang sedang duduk di tepi panggung dengan pandangan kosong ke depan. Ia menatapnya dengan bingung, lalu memutuskan untuk melangkah menghampiri gadis kesayangan.

"Ci, ngapain?." Tanya Gracia sambil terus berjalan.

Tidak ada respon apapun dari Shani, gadis itu tetap pada posisi dan lamunan nya. Membuat ia semakin heran dan juga bingung. Sampai, langkahnya sampai dan berhenti tepat di depan Shani. Saat itulah, pandangan Shani beralih. Bola mata itu naik menatapnya.

"Ngapain?." Tanya itu terdengar dingin dan juga tanpa minat.

Ia langsung mengernyitkan dahinya. Merasa aneh dengan nada tanya barusan. Shani terdengar malas dalam menatapnya. Tidak seperti biasanya. Padahal beberapa hari yang lalu masih biasa saja. Bahkan, gadis itu masih berusaha untuk mendekati nya. Tapi, mengapa sekarang jadi berubah.?

"Enggak ngapa-ngapain." Ia menjawab dengan nada yang sama. Lalu kemudian memutuskan untuk berbalik pergi.

Dan anehnya, Shani sama sekali tidak menahannya. Ia semakin di buat kesal. Dengan sengaja ia memelankan langkahnya sendiri. Tapi, tidak terdengar tanda-tanda Shani menyusul atau menahannya. Membuat hatinya semakin gondok saja. Padahal sudah beberapa hari mereka tidak bertemu karena jadwal mereka berbeda.
Maka dengan menghentakkan kaki ia terus melangkah keluar menuju ruang latihan.

"Kenapa sih? Kumat lagi?!. Aneh banget!. Ngeselin banget sumpah!." Dumel Gracia sendiri sambil terus berjalan menyusuri koridor menuju ruang backstage.

Lalu ketika sudah di depan pintu, ia terkejut dengan tiba-tiba pintu yang terbuka dari dalam. Dan, orang dari dalam juga sama terkejutnya dengan dirinya.

"Allahu Akbar!". "Astaga!".

Ucap keduanya dengan bersamaan. Dengan kata yang berbeda.

"Ara!".
"Ci Gre!."

Dan lagi-lagi mereka memanggil dengan secara bersamaan.

"Mau kemana?." Tanya Gracia lebih dulu kemudian.

"Mau cari makanan Ci, Ci Gre mau nitip.?" Jawab Ara dan kemudian bertanya kembali.

Gracia menggelengkan kepalanya, Ara pun mengangguk dan kemudian langsung izin pamit. Tapi, baru saja berjalan dua langkah. Gracia kembali memanggil namanya.

"Ara."

"Iya?." Saut Ara berhenti dan menoleh kebelakang.

"Aku ikut kamu deh." Ujar Gracia berbalik menyusul Ara.

Gadis berambut sebahu lewat itu mengernyitkan dahi sendiri. Tapi, tidak menolak ketika ia menarik lengan Ara dan berjalan bersama keluar dari theater mereka.

"Ara, Ci Gre." Seseorang menyapa mereka ketika mereka baru saja tiba di luar.

Ia sedikit kaget, ketika Ara melepaskan lengan dari pelukkannya. Membuat ia mengernyitkan dahi heran dan bingung.

"Fiony, kok balik lagi? Ada yang ketinggalan?" Tanya Ara dengan sedikit salah tingkah.

Ia masih memperhatikan kedua juniornya itu dengan pandangan bingung dan juga heran. Apalagi dengan reaksi Ara barusan.

"Iya, jam aku kayaknya ketinggalan di dalam deh. Kamu liat gak?." Jawab Fiony dan bertanya kembali.

"Oh, liat kok. Tadi Nemu di meja. Terus aku simpen deh." Jawab Ara dengan cepat. Ara tiba-tiba menoleh padanya. "Ci Gre, aku nemenin Fiony bentar kedalam ya, Ci Gre duluan aja." Ujar Ara padanya.

Ia langsung melongo dan menatap tajam. Tapi, Ara sudah lebih dulu menarik tangan Fiony untuk pergi kembali ke dalam theater meninggalkan nya seorang diri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang