Aku bisa apa

3.6K 400 35
                                    

"Kita putus aja ya "

Ruangan kamar itu langsung hening, Veranda menatap Kinal terkejut. Sorot matanya menatap kecewa dan terluka. Ia langsung bangun dari tiduran nya. Menatap Kinal dengan tajam.

"Ulang lagi " ujar Veranda dengan nada dingin.

Kinal menggigit bibir bawahnya. Ia ikut bangu dan duduk menatap Veranda. " aku nyiksa kamu, Ve. Rasa cemburu ku makin gak bisa aku kontrol. Aku gak mau terus nyakitin kamu dengan semua kelakuan labil aku "

"Tapi, enggak gini ya Nal. Ini lebih nyakitin aku tau gak !" Jawab Ve, mulai dengan nada tinggi.

Kinal menghela napas berat nya, lalu diam menatap Ve. Tidak tau harus bagaimana lagi.

"Aku gak pernah masalah dengan sifat kamu yang cemburuan, aku cuma kecewa kamu gak percaya sama aku. " ucap Ve, menahan tangis.

"Kamu tau aku gimana ? Aku gak bisa buat..."

"Makanya, hilangin sifat kamu itu. Yang gak perlu jangan di fikiran. Omongan orang jangan terlalu di fikiran. Itu bakal bikin kamu stress sendiri, Nal. Kamu kebiasaan banget mikirin hal yang gak seharus nya kamu fikirin. !" Sela Veranda, benar - benar menumpahkan kekesalan nya pada Kinal.

"Kamu cukup tau kalau aku mencintai mu! Apa itu sulit! Percaya sama aku.! Aku sama kak Steve gak ada hubungan apa - apa. Pure temen gereja doang!" Akhir nya Veranda sampai pada puncak nya.

Kinal diam, ia bahkan menghindari tatapan Ve yang nyalang juga emosi padanya.

"Aku gak suka, ya. Setiap kali kita ribut. Kalimat itu selalu keluar dari mulut kamu. Kamu harus ingat, Nal. Batas sabar aku ada batas nya. Aku gak tau kalau nanti ke ulang lagi. Apa aku masih bisa menahan semuanya " tutup Veranda, kemudian kembali berbaring dan memilih memunggungi Kinal yang masih terdiam.

Gadis itu menatap punggung Veranda dengan tatapan sedih.
Lalu berbalik, duduk di tepi ranjang dengan kedua kaki menyentuh lantai.

"Kamu gak akan ngerti, Ve. Aku yang rasain bukan kamu " ucap Kinal, menunduk dalam.

"Bukan aku yang enggak ngerti, tapi kamu yang gak pernah bisa dewasa dalam hubungan kita " jawab Veranda, tanpa menoleh.

Kinal diam, ia menoleh kebelakang. Menatap punggung Veranda yang bergetar pertanda gadis itu menangis lagi. Karena dirinya.

Cukup lama keduanya terdiam, membiarkan hening menyelimuti. Tangisan Ve mulai reda, mulai bisa menguasai diri dan emosi nya. Ve berbalik, dan menatap punggung Kinal yang masih setia duduk di tepi ranjang. Membuat nya menghela napas berat dan lelah.

Ia bangun dari tidur nya, lalu memilih menarik bahu Kinal agar menghadap nya. Kinal terlihat kacau, gadis itu tampak murung dengan kesedihan jelas terlihat di sana.

Dalam diam, keduanya saling menatap. Menyampai kan seluruh rasa dalam emosi. Hingga, Ve menarik leher Kinal, dan melumat bibir gadis kesayangan nya itu.

"I love you, and. Please belive me " bisik Veranda. Di sela - sela ciuman nya.

Kinal mengangguk pelan,membalas ciuman Veranda dengan lembut. Hingga keduanya mulai merasa kehabisan oksigen. Ve lebih dulu menarik diri, dengan napas tersengal ia menatap Kinal dengan tatapan mata sayu. Begitu juga Kinal.

"Jangan gini lagi, kayak gini bakal jauh lebih nyakitin aku. Sayang. " ujar Veranda, setelah menyatukan kening mereka.

"Kamu gak mau kan, nyakitin aku ?" Layak nya anak kecil yang penurut. Kinal mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya menahan tangis.

Veranda tersenyum, ia mengecup lembut kening Kinal. Lalu turun ke bibir gadis itu. Kemudian menarik kaus yang di kenakan Kinal, menuntun kekasih nya agar menindih nya. "Love you, sayang " ucap Veranda, dan tanpa menunggu balasan dari Kinal. Ia kembali melumat bibir ranum itu dengan lebih mesra dan mulai sedikit panas.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang