Cemburu menguras hati

3.8K 427 49
                                    

Berdiri di balkon sambil memandangi bintang adalah hoby Veranda. Ia selalu betah memandangi langit berlama - lama. Apalagi dalam keheningan. Kinal tidak mengerti dengan hoby Ve yang satu itu. Setiap bertanya, Ve bukan nya menjawab malah hanya mengulum senyum padanya.

Blam

Suara pintu yang di tutup kasar membuat Ve menoleh ke dalam kamar nya. Ia mengernyitkan dahi nya dan kemudian berbalik dan melangkah masuk kedalam.

Veranda keluar dari dalam kamar nya, ia melihat Kinal sedang meneguk air dingin di pantry apartemen nya.

"Kenapa kamu pulang, terus banting pintu kayak gitu ?" Tanya Ve menatap tajam padanya.

Dug

Ve sedikit terkesiap ketika Kinal meletakkan gelas dengan kasar di atas meja makan. Untung gelas itu tidak pecah.
Ve kini dapat melihat wajah Kinal yang memerah dengan pandangan tajam padanya.

"Kamu kenapa ?"

"Gak ada !" Jawab Kinal ketus, ia langsung membuang muka nya. Lalu menghela napas kasar.
Ia berjalan melewati Ve begitu saja, masuk kedalam kamar Ve dan melempar ransel nya ke kasur dengan kasar.

Ve ikut menyusul perasaan nya tidak enak. Kinal pulang dengan membawa emosi yang entah karena apa.

Blam!

Lagi, kini pintu kamar mandi yang di hempas kasar oleh Kinal, membuat Ve terkejut. Dan kemudian terdengar suara air yang menghantam lantai.

Ve menghela napas kasar, ia mengambil ransel yang di lempar Kinal. Lalu meletakkan nya di atas meja.

Kemudian ia memilih keluar, menuju apartemen Kinal yang memang berhadapan dengan apartemen milik nya. Ia masuk dengan mudah. Karena, Kinal mempercayai nya untuk memegang kunci sekaligus password apartemennya pada Ve.

"Kak, " sapa Feni, gadis itu sedang duduk sambil menonton kartun bersama dengan Okta.

"Eh.. ada Okta. Udah lama, Ta ?" Ujar Ve. Ia bertanya dengan ramah pada gadis tinggi yang sedang duduk bersama Feni di sofa panjang.

"Iya kak, baru datang kok " jawab Okta sedikit gugup.

"Oh, Kak Ve ke dalam dulu ya. Mau ngambil baju kak Kinal "

"Kak Kinal di apartemen Kakak " tanya Feni. Ve hanya mengangguk, kemudian pamit menuju kamar Kinal.

***

Sekembali nya Ve dari apartemen Kinal, kekasih nya itu sudah selesai mandi. Ketika Ve muncul, ia langsung mengambil baju nya di tangan Ve. Tanpa kata apapun ia kembali masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti baju.

"Kamu kenapa sih ?" Tanya Ve, saat Kinal kembali keluar sudah mengenakan kaus polos warna putih. Dengan celana pendek.

"Kamu kemana tadi ?! " bukan nya menjawab pertanyaan Ve, Kinal malah balik bertanya dengan nada ketus.

"Syuting, "

"Syuting atau jalan sama Si botak ?" Ketus Kinal lagi.

Ve terdiam, ia mencoba mencerna ucapan kekasih nya yang memang pencemburuan tingkat akut. Ibarat kanker, kekasih nya itu udah stadium akhir.

"Maksud nya ?" Tanya Veranda menatap Kinal.

Kinal memutar bola matanya dengan malas. Ia mulai jengah sendiri. Kembali ia menyisir rambut nya yang mulai memanjang. Kemudian mengikat satu. Setelah itu berlalu keluar kamar gitu aja.

"Kinal, kalau kamu cuma diam, masalah gak akan selesai. Kamu ngomong kalau aku ada salah!!" Hilang sudah kesabaran Ve dengan sikap Kinal.

Ia menarik lengan Kinal dengan kasar. Kemudian menatap Kinal dengan marah.

BackstreetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang