"Hei Naruto! Lempar bolanya ke—"Aku melempar asal bola basket yang kupegang ke arah Kiba. Dia berisik. Mengganggu aktivitasku yang sedang memperhatikan gadis musim semi itu. Kuharap bola itu mengenai mulutnya yang berisik.
'DUAKK'
"—HEI! LIHAT ULAHMU, BRENGSEK!" Astaga! Wajah dan sifat mirip anjing itu benar-benar kena?
Aku langsung membalikkan badan melihat kondisinya. Alisku mengerut mendapati dia baik-baik saja. Lantas, bola tadi mengenai siapa?
"Gadis itu kena bolamu!"
Aku langsung melihat ke arah yang Kiba tunjuk. Mendapati seorang gadis terduduk memegang kepalanya di sebelah bola yang kulempar tadi. Sial.
Beberapa siswa mengerumuni gadis itu. Tanpa sadar, aku berlari mendekatinya. Membuat para kerumunan membuka jalan untukku.
Gadis itu menunduk, sehingga tidak terlalu jelas siapa dia. Hanya rambut indigo yang bisa kulihat. Kusentuh bahunya perlahan.
"Sakit?"
Pertanyaan bodoh dan lebih bodohnya meluncur dari mulutku. Siapa yang tidak merasa sakit jika bola basket menghantam kepala? Terlebih lagi seorang gadis.
Gadis itu menggeleng pelan dan menegakkan kepalanya sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas. Gadis ini sangat cantik. Dan gadis ini—
'TESS'
—berdarah.
Aku segera mengeluarkan sapu tanganku dari saku dan menyumpal hidungnya guna menahan darah turun lebih banyak. Dia terlihat berusaha untuk berdiri dan—
'BRUK'
—dia terjatuh. Tidak sadarkan diri.
Berniat mengangkat dan membawanya ke ruang kesehatan, seseorang mendahuluiku. Pria bersurai merah mengangkat tubuh gadis itu dan berdiri menjulang di depanku yang masih berlutut.
"Kerjamu hanya melukai orang?"
Nada bicaranya meremehkanku. Kemudian dia berbalik sembari menggendong gadis itu pergi.
Sialan. Pria barusan itu, berhasil memancing amarahku. Dia—
"Biarkan saja. Ayo ke kantin." Kiba menarikku sebelum aku mengamuk.
—Sabaku No Gaara. Seseorang yang sangat ingin ku musnahkan dari bumi ini.
• • •
Diamku membuat semua orang bergidik ngeri. Tentu saja! Dalam mood baik saja sifatku dingin, apalagi saat mood buruk? Jangan cari masalah denganku.
"Kenapa dia?" Tanya Sasuke kepada siapapun diantara kami yang tahu alasan aku bad mood.
"Biasa." Jawab Kiba sembari menyeruput jusnya. Mereka hanya ber-oh ria. Mengerti apa yang dimaksud 'biasa' oleh Kiba. Sai mengerutkan alisnya, "Masalah apa lagi?"
"Cerita singkat atau panjang?" Tawar Kiba.
"Jangan bercanda, Kiba." Omel gadis musim semi -Sakura- yang duduk di hadapanku. "Tidak usah bertele-tele."
"Singkatnya, dia melempar bola basket dan sialnya mengenai seorang gadis." Mereka seketika terkejut sembari menatapku dan Kiba tidak percaya. Melayangkan tatapan seakan mengatakan -kau-kapten-basket-tapi-kenapa-bisa?-
Aku memutar bola mataku malas. Ingin berteriak bahwa semua itu terjadi karena aku terlalu fokus pada Sakura yang berjalan melewati lapangan basket. Tapi mana mungkin. Naruto? Jujur seperti itu? Mau diletak dimana wajahku?
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [COMPLETED]
RomanceHarusnya Naruto tidak memulai semua ini. Harusnya ia melupakan kebenciannya terhadap Gaara dan tidak menyeret Hinata ke dalam masalahnya. Kini, Naruto menyesal karena sudah terjebak dengan permainannya sendiri. Lalu sekarang, bagaimana? ...