Libur telah berakhir. Kini, para murid memasuki dua minggu terakhir sebelum ujian akhir sekolah. Semua siswa dan siswi diwajibkan fokus belajar untuk mempersiapkan ujian akhir sekolah. Banyaknya pelajaran tambahan membuat semua murid Konoha High School pulang lebih lama, yaitu jam 7 malam.
Saat ini, Hinata dan Ino sedang berada di perpustakaan mengerjakan latihan soal yang kemungkinan keluar saat ujian nanti. Terlihat beberapa kali dahi Ino yang mengerut saat mengerjakannya.
"Hinata-chan, bantu aku." Bisiknya pelan. "Soal ini sangat sulit."
"Kau pasti bisa. Pahami lagi."
Ino mendengus kesal, "Jangan samakan aku denganmu. Otakmu sudah pintar dari lahir. Kita berbeda, girl."
Ino meletakkan kepalanya di atas meja. "Bisakah aku langsung tamat? Aku tidak ingin berpisah dengan Sai-senpai." Ujarnya sedih.
Hinata memutar matanya bosan. "Kau harus rajin belajar agar bisa akselerasi."
"Astaga! Aku? Akselerasi? Mari bermimpi."
Hinata terkekeh. "Sini kubantu."
Namun sedetik kemudian, Ino berdiri dan melambaikan tangannya pada pemuda yang menunggunya di depan pintu perpustakaan.
"Hinata-chan, aku pergi sebentar dengan Sai-senpai, ya? Nanti kalau sudah selesai belajar, akan kujemput!"
Hinata menahan pergelangan Ino, "Bagaimana denganmu? Kau belum menyelesaikan soalmu!"
Ino mengedipkan matanya sebelah, "Aku akan belajar nanti. Tentu dengan bantuanmu! Aku mencintaimu, Hyuuga Hinata!" Ia melangkahkan kakinya pergi menemui sang kekasih dan hilang di balik pintu.
Hinata mendengus kesal, iri dengan pasangan itu. Dulu, ia yang selalu dijemput oleh pacarnya. Sekarang? Punya saja tidak.
Kemana Naruto yang berjanji akan mendekatinya saat masuk sekolah?
•••
Kini tersisa minggu terakhir sebelum ujian akhir sekolah benar-benar dimulai. Semua siswa semakin terlihat sibuk dan berusaha maksimal agar bisa mendapatkan hasil yang baik saat ujian.
Salah satunya Hinata yang terlihat sibuk dengan setumpuk buku tebal di perpustakaan. Namun ia melihat Naruto sedang berjalan ke arahnya dan terlihat fokus pada buku di tangannya. Hinata tersenyum kecil. Naruto mendekat ke arah Hinata dan—
Mata Hinata membola.
—melewatinya. Naruto melewatinya begitu saja. Tidak ada sapaan atau bahkan meliriknya barang sebentar. Naruto, me.le.wa.ti.nya.
Tidak tinggal diam, Hinata mengikuti langkah Naruto. Pemuda itu berjalan menuju meja membaca di tengah perpustakaan dan menghampiri Sakura. Hinata meremas kertas coretan yang ia bawa. Mana janji manis Naruto kemarin? Semuanya hanya bualan belaka.
Dan bodohnya, ia mempercayainya.
•••
Hari berikutnya, Hinata terlihat menunggu seseorang di kantin. Ia membuka kembali pesan yang didapatnya sebelum bel istirahat berbunyi.
'Kutunggu di kantin.'
Bukan Ino, pesan itu ia dapatkan dari Naruto. Sebenarnya, ia sudah kesal dari semalam. Hanya saja, mungkin Naruto ingin membicarakan sesuatu padanya. Dan ia ingin memberikan Naruto kesempatan itu.
5 menit. 10 menit. 15 menit sudah berlalu. Namun yang ditunggu tak kunjung menampakkan diri. Hinata terus menunggu hingga ramennya mengembang. Saat otaknya memerintahkan untuk pergi, namun hatinya berkata tidak, tunggu sebentar lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [COMPLETED]
RomansaHarusnya Naruto tidak memulai semua ini. Harusnya ia melupakan kebenciannya terhadap Gaara dan tidak menyeret Hinata ke dalam masalahnya. Kini, Naruto menyesal karena sudah terjebak dengan permainannya sendiri. Lalu sekarang, bagaimana? ...