3. START

1.9K 243 17
                                    

Aku melangkahkan kaki menuju tempat persembunyianku -taman belakang- dan berniat melarikan diri dari beberapa gadis yang semakin gila mendekatiku. Jika kelas dapat menyelamatkanku dari mereka, kali ini tidak. Pekan olahraga yang akan berakhir dalam 4 hari lagi membuat proses belajar dihentikan sementara. Yang berarti, jika aku di kelas, mereka tidak akan segan untuk menerobos masuk.

Tidak jauh dari balik pohon tempatku berbaring, aku mendengar suara orang berbicara.

Ada yang tahu tempat ini selain aku?

Fokus dengan indra pendengaran, aku bisa menangkap pembicaraan mereka.

"Maafkan aku! Aku benar-benar tidak tahu botol itu melayang ke arahmu. Aku tidak sengaja. Kumohon maafkan aku! Gaara-senpai bisa menghajarku nanti." Rengek seseorang yang kupastikan dia laki-laki. Apa dia yang melempar botol ke arah Hinata?

"Ku maafkan." Ini pertama kalinya aku mendengar suara lembut itu dan kupastikan bahwa itu milik Hinata.

"Bisakah kau merahasiakannya dari Gaara-senpai tentangku? Dia akan menghajarku." Siswa kelas 11 itu menggelayutkan tangannya di lengan Hinata. Membuat sang empunya tampak tak nyaman. "Ba-baiklah."

"Lepas."

Entah sejak kapan aku melangkahkan kaki ke asal suara. Mereka menatapku dengan tatapan berbeda. Hinata dengan tatapan terkejut, sementara satu lagi bergidik ngeri. Siswa itu langsung melepas tangannya. "A-ah, Na-Naruto-sen—"

"Pergi sebelum aku menghajarmu."

Siswa tadi langsung membungkuk dan lari. Apa sebegitu menakutkannya aku?

"Te-terima kasih, sen—"

"Dia pelakunya?" Tanyaku cepat. Dia hanya mengangguk pelan. Kulihat perban segi empat masih bertengger di ujung dahinya.

"Sakit?" Tanyaku lagi. Ada apa denganku?

"Su-sudah tidak terlalu." Cicitnya pelan. Kenapa dia terbata?

"Kepalamu?" Dia menatapku bingung. "Karena bolaku."

"I-itu sudah lama. Sudah tidak sakit." Aku hanya mengangguk. Tentu saja sudah tidak sakit. Kenapa aku jadi bodoh begini?

Seakan tersadar sesuatu, dia mengerjapkan matanya berulang-ulang. "A-ah, senpai yang meminjamkan sapu tangan padaku?" Aku mengangguk. Jadi gadis ini tidak sadar? Astaga.

"Te-terima kasih. Uhm—" dia menghentikan kalimatnya dan menatap name tag-ku.

"Naruto."

"Terima kasih, Naruto-senpai!" Ucapnya semangat sembari tersenyum. Dua hal kusadari. Satu, gadis ini tidak terbata. Dua, senyumnya cantik.

"Ke-kenapa senpai di sini?" Harusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa di tempatku?

"Kau?" Tanyaku balik.

"A-aku sering kesini saat istirahat." Pantas kami tidak pernah bertemu, aku kesini saat membolos pelajaran. Saat istirahat? Aku pasti ke kantin.

"Maaf." Ucapku pelan. Dia menatapku heran. "U-untuk?"

"Bola basket." Dia tersenyum dan menggelengkan kepalanya pelan. Tiba-tiba suara lain menginterupsi kami.

'Kruyuk'

Suara lapar itu keluar dari perut gadis ini. Suaranya kuat sekali. Seperti tidak makan 3 hari.

"Ku traktir." Hitung-hitung sebagai permintaan maafku, kan?

"Bu-bukan aku!" Dia mengelak. Wajahnya memerah. Sudah jelas suara berasal darinya.

REGRET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang