Siang ini, siswa-siswi Konoha High School berlarian menuju kantin. Bukan karena ingin makan siang, namun untuk melihat pertengkaran hebat seorang siswi kelas 12 dan kelas 11. Dimulai saat seorang gadis bersurai blonde yang membawa nampan sengaja menabrakkan dirinya pada gadis yang sedang mengantri. Gadis bersurai blonde itu menarik paksa gadis bermanik amethyst ke arah lantai.
"Bersihkan sepatuku!" Teriaknya. "Sekarang!"
Hinata menatap sepatu di hadapannya. Sepatu itu hanya terkena sedikit kuah ramen, bahkan seragamnya jauh lebih kotor. Lagi pula, mengapa ia harus membersihkan sepatu yang jelas-jelas bukan salahnya?
"Maaf senpai, seragamku bahkan lebih kotor dari sepatumu." Ujar Hinata sembari mendongak ke atas menatap lawan bicaranya.
Ia menarik paksa surai indigo Hinata hingga berdiri tegak di hadapannya. Membuat Hinata mengaduh karenanya.
"Apa katamu? Kau berani melawanku?!"
"Maaf Shion-senpai, bukannya ingin melawanmu, tapi aku hanya berdiri diam sampai senpai menabrakku. Jadi ini bukan salahku." Hinata membela diri. Jujur saja, ia sangat takut. Namun ia tidak menunjukkannya, ia tidak ingin terlihat lemah.
"Kau! Merasa hebat karena pacarnya Naruto? Jangan bermimpi."
Shion menghempas kasar rambut Hinata. "Asal kau tahu, kau hanya bahan percobaan baginya! Jangan berharap lebih!"
Hinata menggeram. Ia tahu jelas mengapa Shion memperlakukannya seperti ini. Ini semua karena Shion masih terus berharap pada Naruto. Shion bukan hanya sekali dua kali mengganggunya, namun biasanya ia selalu menahan diri dan berakhir dengan meminta maaf. Tapi kali ini, Shion sudah kelewatan. Tak pernah sekali pun ia berpikir dirinya hebat karena menjadi pacar Naruto. Ia dan Naruto bahkan berpacaran dengan tujuan yang lain. Berharap lebih? Untuk apa?
"Apa hubungannya dengan Naruto-senpai?" Hinata mencoba memelankan suaranya. Menahan emosi yang sudah memuncak di dalam dirinya.
"Wah, sekarang kau menahan diri agar terlihat seperti Gaara? Setelah sok hebat karena pacarmu, sekarang kau berlagak meniru pria yang kau tinggalkan?!"
"Tidak pernah sekali pun aku sok hebat atau berlagak, senpai."
"Dulu kau langsung meminta maaf. Sekarang kau berani melawanku, ya? Gadis jalang ini menampakkan wujud aslinya!"
"Apakah senpai memperlakukanku seperti ini karena Naruto-senpai dan Gaara-senpai? Iri denganku?" Hinata memandang remeh Shion. Ia tidak bisa menahan dirinya lagi.
'PLAK'
Sebuah tamparan dari Shion sukses mendarat di pipi kiri Hinata. Pipinya memerah, menahan perih dan kesedihannya.
"Puas?" Tanya Hinata tanpa melihat lawannya.
"Masih berani kau menjawabku?!" Bentak Shion menyalang.
"Apa dengan menamparku senpai merasa puas?" Tanya Hinata sekali lagi. Namun kali ini ia menatap tepat di kedua bola mata Shion. "Jika begitu, tampar aku lagi. Tapi tidak akan mengubah kenyataan bahwa aku pacar Naruto-senpai, dan teman dekat Gaara-senpai."
"Sialan! Kau memang pantas ditampar."
Shion kembali mengangkat tangannya dan bersiap menampar Hinata untuk kedua kalinya. Saat akan melayangkan tamparannya, seseorang lebih dulu menahan tangannya.
"Sialan."
Semua mata mengarah pada asal suara. Kini Naruto sedang mencengkram kuat tangan Shion. Mereka bergidik ngeri. Bagaimana bisa Naruto yang dingin bisa sangat marah hanya karena Hinata disakiti?
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [COMPLETED]
RomanceHarusnya Naruto tidak memulai semua ini. Harusnya ia melupakan kebenciannya terhadap Gaara dan tidak menyeret Hinata ke dalam masalahnya. Kini, Naruto menyesal karena sudah terjebak dengan permainannya sendiri. Lalu sekarang, bagaimana? ...