10. LOST

1.9K 245 4
                                    

Hinata memasuki rumah duka itu. Terdapat banyak orang dewasa berpakaian jas hitam sedang melayat di sini. Ia mengedarkan pandangannya, namun tetap tidak mendapati orang yang dicari. Kemana dia?

Setelah selesai melayat, Hinata mengitari rumah duka itu dan membuka perlahan pintu dibagian belakang. Baru saja melangkah masuk, suara baritone familiar itu mengejutkannya.

"Pergi."

Dingin. Nada suara itu, kembali seperti dulu. Ia meneruskan langkahnya hingga sudah persis di belakangnya. Bukan Hyuuga Hinata jika tidak nekat, kan?

"Tidak dengar? Per—"

'GREB'

Hinata memeluknya dari belakang. Air matanya meloloskan diri. Hinata tidak tahan lagi. Naruto menengang, ia mencoba melepas pelukannya, tapi semakin erat Hinata memeluknya. Akhirnya ia menyerah. Membiarkan Hinata memeluknya.

"Apa mau mu?" Tanyanya membelakangi sang gadis. Masih dengan nada dinginnya.

"Kau tidak baik, senpai."

"A-aku ba-baik—"

Sedetik kemudian ia menunduk sangat dalam. Badannya bergetar hebat. Diiringi suara isakan pelan yang mungkin tidak dapat ditahannya. Ia memeluk kedua lututnya. Pertahanannya hancur.

Hinata segera melepaskan pelukannya dan memutar. Kini, ia memeluk Naruto dari depan. Bukan mencoba untuk menenangkannya, gadis itu malah ikut menangis dan terisak lebih kuat darinya. Salahkan hatinya yang tidak kuat melihat orang menangis terlebih lagi setelah mendengar semua masalahnya.

Hinata menarik tengkuk Naruto pelan ke arah potongan lehernya dan mencoba membenamkan kepalanya. Tetapi Naruto menolak.

Sedetik kemudian, tubuh kekar itu menabrak tubuh kecil Hinata. Naruto memeluknya begitu erat.

Naruto menyamankan kepalanya dan terisak semakin kuat mengiringi isakan Hinata. Mereka menangis tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Hinata bahkan tidak berniat menenangkannya. Karena dia tahu ini—

—titik terlemah Naruto.

•••

Hari telah berganti menjadi malam saat Hinata memasuki apartemen Naruto. Ia terus menggenggam tangan Hinata dan mengarahkan ke kamarnya. Membuka pintu, kemudian menarik Hinata ke tempat tidur dan menindihnya.

"Se-senpai! A-apa yang—" Hinata membelalakkan matanya. Naruto membungkam bibir Hinata.

Naruto terus saja bermain dengan bibir Hinata. Ia hanya memagut pelan bibir gadis itu. Manik keduanya bertemu. Terdapat rona merah di pipi mereka.

"Se-senpai?"

'BRUK'

Naruto menjatuhkan tubuhnya tepat di atas Hinata. Dipeluknya tubuh gadis itu. Ia tidak sanggup. Sekali lagi, Naruto menangis.

Kali ini, Hinata tidak menangis. Yang ia lakukan hanyalah mengusap punggung serta surai Naruto. Sudah lebih dari 15 menit mereka tidak mengubah posisi.

"Be-berat..." Mendengar gumaman pelan dari gadis yang ditindihnya, Naruto segera bangkit dan duduk. Bertemu dengan pantulan dirinya di cermin, ia terdiam. Sekarang, ia terlihat sangat lusuh. Rambut teracak, mata membengkak, tangan penuh dengan goresan luka yang belum diobati dari pagi, pakaian kusut, hingga ingus dimana-mana.

Betapa gembelnya ia sekarang.

Hinata menarik pelan bahu Naruto agar mau menghadapnya. Tapi Naruto masih bersikeras untuk tidak menatap Hinata.

REGRET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang