15. START OVER

1.7K 212 9
                                    

Takdir sangat lucu. Bagaimana bisa ia memainkan seseorang seperti ini? Aku yang sudah berusaha keras menghindarinya selama 6 tahun, malah bertemu dengannya setelah tiga hari kepulanganku ke Jepang. Setelah terkejut mendapati dia mengantar Hanabi, dia bersama ayah, dan ternyata dia adalah rekan kerjaku. Takdir pasti sedang menertawakanku.

"Hinata adalah calon Presdir Hyuu Corp. Sebelum kuangkat menjadi Presdir, dia harus menangani kerja sama ini sendirian tanpa bantuanku. Kuharap kalian bisa bekerja sama dengan baik, Naruto."

"Tentu. Kami akan bekerja sama dengan baik, Tuan Hiashi. Benar kan, Nona Hinata?"

Aku meliriknya dari ekor mataku. Apa-apaan kalimat formal itu? Aku tahu ia sengaja mengatakannya.

"Tidak usah terlalu formal." Ayah tersenyum lembut padanya. "Kupikir lebih baik kalian makan siang berdua sekaligus membahas kerja sama ini. Kalian juga sudah lama tidak bertemu."

Naruto mengangguk, "Anda benar, paman. Anda bisa ikut makan siang dengan kami."

"Ayah ikut saja, ya?"

Ayah menggelengkan kepala, "Aku masih banyak urusan. Bawa saja putriku. Ia harus mandiri tanpa ayahnya sekarang."

Apa-apaan itu ayah?! Bahkan aku sudah beberapa kali bertemu klien dan mengerjakan proyek sendirian di sana. Masalahnya, aku tidak mau berduaan dengan Naruto!

"Mari, Nona Hinata."

•••

Kami berhenti disalah satu restoran langganan kami dulu. Naruto segera memesan makanan yang selalu kupesan saat dulu. Dia bahkan tidak bertanya padaku.

Sesaat menunggu pesanan datang, dia membuka suara, "Bagaimana kabarmu?"

"Kelihatannya?" Tanyaku ketus.

"Melihat kau tumbuh dengan baik, sehat, dan sangat cantik, kabarmu pasti sangat baik." Kalau sudah tahu, kenapa bertanya?

"Kabarku juga baik." Dia menjawab tanpa kutanya. "Aku yakin kau penasaran."

"Percaya diri sekali." Ledekku.

"Kemana saja kau selama ini?"

Aku memicingkan mata, "Kurasa kita datang untuk membahas kerja sama kita, Tuan Uzumaki."

Dia tersenyum kecut, "Kau benar."

Setelahnya, kami benar-benar menghabiskan waktu dengan membahas kerja sama kami. Bahkan perbincangan kami sangat formal, seakan-akan tidak pernah bertemu satu sama lain. Setelah mengobrol dengannya, aku sadar, dia sudah banyak berubah.

Suara yang semakin berat, tubuh yang kekar dan tinggi, pakaian yang rapi, serta perkataannya yang lebih tertata. Dan dia sangat serius jika menyangkut pekerjaan. Dia bahkan tak segan menegurku saat mendapati kesalahanku. Ku akui, dia sangat keren sekarang.

Setelah selesai makan siang, dia mengantarku kembali ke kantor. Namun tidak langsung membiarkanku turun. Naruto mengunci rapat pintu mobilnya.

"Terima kasih, Tuan Uzumaki. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik."

Meskipun aku ketus, tapi aku masih punya etika untuk berterima kasih. Apalagi kepada rekan kerjaku. Aku tidak ingin mencoreng nama baik perusahaan.

Dia mengangguk, "Kau bisa belajar lagi dari kesalahanmu, Nona Hinata. Jika kau kesulitan, kau bisa menghubungiku." Dia menadahkan tangannya, "Boleh kuminta kartu namamu?"

Bagaimana pun, kami ini rekan kerja, pasti perlu menghubungi satu sama lain ke depannya, kan?

"Kau mengganti nomormu." Naruto menatap kartu namaku. "Nomorku tetap sama seperti dulu. Aku yakin kau hafal. Hubungi aku kapan saja."

REGRET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang