"Kata siapa kau boleh menikah?"
"Ta-tapi aku—"
"Jangan mengada. Kau belum siap untuk menikah."
"Aku sudah 24 tahun, nii-san."
"Masih terlalu muda." Neji menatapnya tajam, "Kau bahkan tidak bisa bangun pagi. Jangan bermimpi."
Hinata menatap Neji kesal. Bagaimana bisa Neji melarangnya untuk menikah? Apalagi karena ia tidak bisa bangun pagi. Alasan konyol macam apa itu?!
"Aku sudah berusia 25 tahun, Neji nii-san." Naruto menatap Neji dengan tegas, "Aku bisa membangunkan Hinata setiap pagi."
"Hinata tidak bisa memasak."
"Aku selalu hidup sendirian, dan terbiasa memasak. Aku akan memasak untuknya sepanjang hidupku."
"Hinata tidak pernah mengurus sendiri kehidupannya."
"Aku akan mengurus Hinata dengan baik seumur hidupku."
Neji mengerutkan dahinya kesal. Si kuning ini terus saja membantah kata-katanya.
"Ayah tidak akan mengizinkan Hinata—"
"Saya akan memohon dan bersujud pada paman Hiashi, seperti yang akan saya lakukan pada anda." Naruto mengubah bahasanya menjadi formal. Menandakan bahwa ia bersungguh-sungguh sekarang.
"Tidak peduli jika kupukuli?"
Naruto mengangguk mantap, "Saya sudah pernah merasakan pukulan anda, sekali lagi juga tidak masalah."
Neji menghela nafas, "Aku benar-benar tidak suka padamu."
"Kenapa anda tidak menyukai saya?"
"Kau pernah menyakiti Hinata, membuatnya mimisan, ditampar, sakit, dan menangis. Aku tidak bisa membiarkanmu melakukannya lagi. Dia adikku yang berharga."
"Anda benar. Saya memang pernah melakukan hal buruk padanya, dan saya ingin menebusnya. Saya akan menjadikannya wanita paling bahagia seumur hidupnya. Karena dia sangat berharga, saya akan lebih dulu membunuh diri saya jika kembali menyakitinya."
Naruto menatap Neji dengan tatapan memohon. Namun pria yang lebih tua tiga tahun darinya itu tetap tidak bergeming. Ia tetap tak suka pada Naruto.
Naruto memohon dan bersujud di hadapan Neji. "Saya mohon, izinkanlah saya menikah dengan Hinata. Saya akan mempertaruhkan nyawa dan hidup saya untuk bisa bersamanya."
Hinata berjalan mendekati Naruto. Bukan menarik Naruto untuk bangkit, ia malah ikut memohon dan bersujud di sebelah Naruto.
"Izinkanlah aku menikah dengan pria ini, nii-san."
"Apa-apaan ini?!"
Suara berat sang ayah menginterupsi ketiganya. Ia menatap anak gadisnya, "Apa yang kau lakukan?"
"Aku memohon pada nii-san—"
"Saya ingin menikahi Hinata." Potong Naruto cepat.
Paman Hiashi selama ini sangat menerima Naruto dengan baik. Ia yakin, jauh lebih mudah mendapatkan izin dari calon ayah mertuanya.
"Berani sekali kau menikahi putriku?!"
•••
Hinata menunggu dengan gelisah di kamarnya. Sang ayah menyuruhnya untuk masuk ke kamar dan membiarkan Naruto bersama ayah dan kakaknya. Ia sangat khawatir. Bahkan sudah menduga bagaimana luka yang akan Naruto dapatkan. Ayah dan kakaknya sama-sama mengerikan. Pasti Naruto akan kacau sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [COMPLETED]
RomanceHarusnya Naruto tidak memulai semua ini. Harusnya ia melupakan kebenciannya terhadap Gaara dan tidak menyeret Hinata ke dalam masalahnya. Kini, Naruto menyesal karena sudah terjebak dengan permainannya sendiri. Lalu sekarang, bagaimana? ...