9. TRUTH

1.7K 215 15
                                    

Setiap Sabtu, semua kegiatan belajar mengajar di Konoha High School dihentikan. Digantikan dengan kegiatan ekskul yang diikuti masing-masing murid. Sebagai kapten basket, Naruto diwajibkan untuk memberi latihan para anggotanya.

Setelah latihan cukup, ia memberi waktu istirahat dan segera melangkahkan kakinya menuju sisi pinggir lapangan. Sebelum ia sempat duduk, seorang pria menginterupsinya.

"Sudah waktunya kau berhenti." Ujar pria itu dingin. "Selesaikan hubunganmu dengan Hinata."

Perkataan pria itu -Gaara- membuat Naruto berhenti. Namun ia masih belum membalikkan badan untuk sekedar melihat lawan bicaranya.

"Bukan urusanmu."

"Semua yang menyangkut padanya, itu urusanku."

Naruto menyeringai, kini menatap lawan bicaranya. "Kau tidak malu berkata seperti itu di depan pacarnya?"

Gaara melangkah lebih dekat ke arah Naruto. "Kau berkencan dengannya karena ingin membalasku, kan?"

"Ya. Dan aku merebutnya, seperti kau merebut milikku. Kita impas, kan?"

"Kau puas, sialan?" Gaara memandang Naruto penuh amarah.

"Lebih dari itu."

"Dia tidak ada hubungannya!" Bentak Gaara. "Jangan gunakan dia sebagai—"

"Alat untuk membalasmu?" Potong Naruto. "Sayangnya itu benar. Dia alatku untuk menghancurkanmu."

Mendengar celotehan Naruto membuat emosi Gaara kembali memuncak dan—

'BUGH'

—sebuah pukulan mendarat di rahang Naruto. Ia tersungkur. Darah segar mengalir dari ujung bibirnya.

"Jaga ucapanmu, brengsek." Gaara menatap lawannya tajam, "Kau rendahan."

"Lihat saja siapa yang akan menang." Ucap Naruto sembari berdiri.

"Melihat tingkah laku Hinata padaku, kau yakin menang?"

Entah kenapa Naruto tidak senang mendengarnya. "Kau sadar betapa brengseknya dirimu?"

"Aku belajar darimu."

Rahang Naruto mengeras dan menatapnya dengan kebencian. Gaara menyeringai, "Kenapa kau marah? Kau takut dia akan memilihku?"

Naruto mengepalkan tangannya kuat. Menahan amarahnya yang sudah memuncak. "Sudah pasti dia memilih pacarnya, brengsek."

"Memilih pacarnya karena terpaksa?" Gaara kembali menyeringai, "Kau tahu aku akan menjadi pemenangnya. Kasihan."

Sesaat setelah Gaara menyelesaikan perkataannya, tubuhnya terjerembab di atas lapangan basket. Naruto membogemnya dengan sangat kuat.

"Kau marah karena faktanya aku akan selamanya menang darimu. Dari dulu sampai sekarang." Kekeh Gaara pelan.

Naruto kembali menerjang Gaara. Keduanya saling menindih dan berusaha membogem satu sama lain. Pukul-pukulan itu pun tak terelakkan. Darah keluar dari masing-masing sudur bibir mereka. Kerah kemeja seragam yang mereka kenakan pun sudah kusut karena digenggam kuat oleh keduanya. Tidak ada yang berani menghentikan perkelahian ini. Mereka terlalu brutal untuk dilerai.

Naruto menindih Gaara. Ia menggenggam kuat kerah lawannya. "Kau bisa mengambil wanita itu, tapi tidak dengan Hinata. Kupastikan itu."

Gaara membalikkan keadaan, kali ini ia menindih Naruto. "Aku tidak mengambilnya, tapi dia lah yang memilih kami. Sadarlah brengsek!"

Naruto menggeram marah setelah mendengar perkataan Gaara barusan. Sialan sekali pria di hadapannya ini.

"Jangan mengada! Dia bukan memilih, tapi kalian memaksanya, sialan!"

REGRET [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang