"Bangun! Kau harus bekerja! Andai semua orang tahu bahwa calon Presdir Hyuu Corp selalu terlambat bangun!"
Aku terbangun mendengar teriakan Hanabi. Aku tahu ia sengaja melakukannya agar aku terbangun dari tidur nyenyakku. Tahan, Hinata. Kau tidak boleh marah, ini masih pagi. Mari mandi untuk mendinginkan amarahmu.
Setelah bersiap-siap, aku bercermin memandangi diriku yang terlihat lebih baik dari kemarin. Libur satu hari ternyata benar-benar bermanfaat untukku. Aku menatap arloji, sudah tidak ada waktu untuk bersantai. Aku harus segera ke kantor.
Hari ini aku dan Naruto sudah ada pertemuan dengan klien. Tapi kenapa dia belum juga datang?
Satu jam berlalu, Naruto masih belum menunjukkan batang hidungnya. Merasa yakin dia tidak akan datang, aku segera memulai perbincangan mengenai proyek dengan Toneri. Awas saja kau!
"Saat ini Tuan Uzumaki sedang berhalangan hadir. Maaf jika anda hanya bertemu dengan saya hari ini." Sesalku.
Toneri tersenyum hangat, "Tidak masalah, lebih baik tidak ada dia hari ini."
•••
Aku menatap sebuah apartemen yang pernah aku datangi. Tempat Naruto tinggal. Aku datang setelah mendapat kabar dari asistennya bahwa Naruto tidak masuk kerja dan mencoba menggali ingatanku dimana alamat apartemennya. Mungkin saja dia ada di sini.
Setelah menaiki lift, aku berdiri di depan pintu dan menekan bel, namun tidak ada jawaban. Apa yang harus ku lakukan? Apa ku dobrak saja pintunya?
Saat menimbang hal yang harus kulakukan untuk masuk ke dalam, pintu berdecit dan terbuka. Menampilkan sosok pria tinggi yang terlihat acak-acakan. Bahkan kemeja itu belum digantinya dari kemarin.
Saat aku mencoba untuk menyapa, pria ini langsung terjatuh menubruk tubuh kecilku. Dia kehilangan kesadarannya. Tubuhnya sangat panas. Singkatnya, Naruto sedang demam tinggi.
Aku segera membawa ke kamarnya. Syukurlah aku dikaruniai tenaga yang besar, sehingga aku masih sanggup membopongnya. Tempat itu masih sama seperti 7 tahun yang lalu.
Aku segera berlari menuju kamar mandi mengambil semangkuk air dan handuk kecil, mengompresnya agar demamnya turun.
Aku melihatnya bergerak tak nyaman karena kemeja yang dipenuhi keringat. Mungkin ini gila, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku membuka kancing kemejanya satu persatu. Setelah terbuka, aku menyadari sesuatu.
Lekuk tubuh Naruto sangat bagus. Kurasa dia selalu berolahraga dengan baik. Lengannya berotot, juga lekukan otot di perutnya. Aku menyentuhnya pelan, otot itu sangat keras. Pasti semua wanita akan tergoda jika melihat Naruto bertelanjang dada. Sangat keren dan seksi. Aku masih saja mengelus otot perutnya, membuat Naruto menggeliat dalam tidurnya.
Sedetik kemudian, aku menampar pipiku cukup keras untuk menyadarkanku. Bukannya segera mengganti pakaiannya, aku malah terbuai dengan pikiran liarku. Sudah gila.
Aku segera beranjak dan mencarikannya piyama. Setelah mendapatkan piyama yang cukup lucu dengan motif rubah berwarna oranye, aku segera mengenakannya pada Naruto. Kini mataku melirik ke arah bawah. Dia masih memakai jeans hitam kemarin. Apa aku perlu menggantikannya juga?
Setelah menimbang dengan pikiran suci dan jernih, aku menggantikan celananya. Aku bernafas lega saat mendapatinya memakai celana pendek di dalamnya. Setidaknya aku tidak melihat pakaian dalamnya.
Setelah puas dengan hasil karyaku yang sedikit nakal, aku berniat beranjak keluar kamar. Namun aku baru menyadari, kamarnya begitu berantakan. Terlihat banyak pecahan kaca di sana-sini. Barang-barangnya juga terlihat berserakan. Sebenarnya, dia apakan kamar ini?!
![](https://img.wattpad.com/cover/271952610-288-k514514.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET [COMPLETED]
RomanceHarusnya Naruto tidak memulai semua ini. Harusnya ia melupakan kebenciannya terhadap Gaara dan tidak menyeret Hinata ke dalam masalahnya. Kini, Naruto menyesal karena sudah terjebak dengan permainannya sendiri. Lalu sekarang, bagaimana? ...