Bagian 8

525 28 2
                                    

Hari yang sepi. Tidak ada seorang pun yang datang menjengukku siang itu. Tidak juga mas Xavi, karena dia sudah janji malam baru datang.
Aku berkutat dengan laptop dan berkas berkas laporan yang tersisa. Biar bagaimanapun aku bisa hidup dari perusahaan ku. Aku harus menjaga amanat yang diberikan padaku.
Setelah selesai semua kurapihkan berkas berkas kerjaan ku.
Aku ingin menghirup udara segar. Dengan tongkat diketiakku, aku tertatih menuju lobby rumah sakit. Aku ingin menikmati rokokku dan mengopi. Sudah lama tidak aku lakukan.
Ketika melangkah keluar dokter Viola datang membantuku.

"Bang Andri mau kemana, kenapa keluar kamar"

"Aku ingin ganti suasana dokter. Sudah terlalu lama menghirup udara AC, biar udara luar dulu masuk paru paru ku" jawabku.
Ketika dia menuntunku, wajahku hampir bersentuhan dengan wajahnya. Ku paling kan mukaku.
Aku tak mau dia salah pengertian. Aku hanya sekedar mengagumi dia saja, tidak lebih.

"Udah dokter, boleh tinggalin Andri."kataku setelah sampai di dekat pagar rumah sakit.

"Gak apa apa ditinggal bang."

"Gak papa, silahkan bertugas. Takut mengganggu"

"Ya sudah Vio masuk dulu ya bang."
Kuanggukkan kepalaku. Dokter Viola masih menoleh kebelakang melihatku, aku tersenyum.

Menikmati sebatang rokok dan segelas kopi yang kubeli di warung dibalik pagar rumah sakit, terasa nikmat sekali.
Tiba tiba seorang pria mendekati ku.

"Iku sikil e nopo mas" tanyanya melihat kakiku.

"Kecelakaan mas. Jatuh dari motor"

"Ditambani ing kene wis pirang dino?"

"Sudah hampir 2 minggu mas. Ini sampean di rumah sakit ngapain mas"

"Baru nengokin saudara. Opname juga, tapi sakit biasa"

"Saudara jauh apa dekat mas. Keluarganya mana gak ikut" tanyaku balik

"Aku belum keluarga mas. Masih lajang."

"Tapi sudah kelihatan dewasa ya mas."

"Iya mas, belum niat untuk menikah"

"Belum niat apa emang gak mau nikah mas. Maaf ya mas kalau aku nanya mendalam"

"Gak papa mas."

"Mas tadi langsung mendekati aku, mas belok ya"

"Belok kui opo toh mas"

"Mas gay ya? Homo gitu" langsung ku tembak dia, karena dari tadi melihat tonjolan didalam celana pendekku.

"Mas kok iso ngomong gitu toh"

"Mas ojo nesu loh. Mas sing mulai ngobrol. Yo tak layani. Mas sambil ngobrol liatin kearah tonjolan aku soalanya. Mas suka batang?"

"Mas iki loh to the point ngomongnya"

"Gelem ora?"

"Iya mas aku suka liat mas dari keluar tadi, mas tampan, ngganteng"

"Tapi maaf loh mas, aku gak suka sama laki laki."

"Gak papa mas. Mas mau ngobrol saja aku sudah senang." katanya menunduk.
Pria sudah 40 an belum kawin, tampang hitam manis, tidak ganteng tidak jelek. Bukan typeku.

"Mas nungguin pacarnya ya. Yang sakit pacarnya mas"

"Bukan pacar mas. Aku yang suka sama dia, dia sudah punya pacar"

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang