Bagian 40

312 16 1
                                    

Malam itu, kami berempat, Mamakku, bang Andra, Roy si bungsu dan Aku, ngobrol ngobrol di kamar Mamak kami.
Karena sudah santai, kami tidak adalagi beban

"Roy tolong ambil koper abang"
Roy Langsung bangkit mengambilnya.

"Nih bang...beratkalipun"adekku mengeluh.

"Jangan diangkalah sayang, dijalankan. Tuh ada rodanya" kataku.

"Hahaha tolol kalipun akulah" kata Roy

"Emang, tapi yang pasti tampan dan ganteng" goda bang Andra.

"Pastinya anak anakku semua Tampanlah. Siapa dulu Mamak nya"
Kami tertawa bahagia.

"Buat apa koper dibawa kemari Ndri" tanya abangku.

"Nah jadi lupa kan. Sekarang Andri yang tolol." kataku sambil membuka koper.

"Trerereng...adakadraba ...lihat apa isinya..."kataku menunjukkan isinya.

"Widih....banyak kali" Roy yang nyeletuk

"Mak, ambil punya mamak, bang Andra ambil punya abang. Kalau adekku sudah aku beli"

"Andri sayang, tak perlu beli beli seperti ini anakku." mamakku terharu melihat kalung emas, cincin dan gaun buat Tahun Baru  yang kubelikan.
Keterharuan itu, langsung ku ambil manfaatnya.

"Inilah Mak salah satu alasan Anakmu ini untuk tidak segera menikah. Kalau Andri menkah, tentu prioritas utama Andri adalah istri, bukan Mamak lagi
Mamak akan jadi urutan nomor 2, 3 atau...."

"Anakku Sayang, bila kamu sudah siap untuk itu, Mamak menunggu kabar baik itu. Mamak tak bisa memaksa kamu anakku"

"Andri, abang berterima kasih untuk ini semua. Benar kata Mamak kita adekku, bila tiba waktu bahagia itu, segera kabarkan" bang Andra meraih tanganku.

"Sebenarnya , Andri tidak mau bikin abangku yang ganteng ini tersinggung"

"Maksudmu apa adekku? Katakan saja, abangmu ini tidak akan sakit hati, kau adalah adekku"  Andra memelukku. Tangan Mamakku mengelus kepalaku.

"Andri ingin bang Andra yang menikah dulu. Andri tidak mau melangkahi abang" kataku tidak melihatnya.

"Andri, sejak hubungan Abangmu ini tidak disetujui oleh Paman kita dengan anaknya, abang tidak mencari pasangan hidup lagi. Tapi dengan kata katamu ini, abang akan coba ya. Doakan Abang"

"Andra anakku, itu yang Mamak harapkan, biar mamak kau ini bisa menimang cucu." Mamakku menciumi pipi abangku.

"Ya bang, kalau sudah ada gak papa secepatnya menikah. Andri akan bantu apapun yang abang ganteng ku ini butuhkan."
Roy hanya sebagai pendengar, tiba tiba menyeletuk.

"Bang Andra, kalau bisa jangan ada hubungan dengan saudara. Malas."

"Hahahaha....kau Roy, kenapa kesel gitu cakapnya" kataku

"Habis, pengalaman dari Paman kita bang. Maunya sendiri. ya gak bisalah"

"Tidak percuma kau kuliah dek. Bicaramu semakin dewasa" kataku memeluknya.
Kemesraan keluarga, yang dulu kami rasakan, seakan kembali tanpa kehadiran Ayah kami.

"Ayah, semoga Ayah bahagia disana" doaku dalam hati.

Melihat aku agak sedih, Roy yang memperhatikan menawarkan kopi untukku.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang