Bagian 39

296 18 2
                                    

Sepulang dari makam Ayah, kami ketawa ketawa akibat candaan aku dan Roy, seketika berubah diam. Betapa tidak kami  melihat paman kami saudara kandung Mama kami sudah duduk bersila di tikar ditengah rumah kami.

"Paman...." sapaku seketika.

"Andriiii....ponakanku yang ganteng. Roy tampan ku..."katanya memeluk kami bergantian.
Aku sudah mulai curiga dengan kedatangannya. Pasti mamaku yang memberitahu.

"Paman makin bangga sama kau Andri." katanya tak memperdulikan adekku Roy

"Oh gitu ya Paman. Hanya bang Andri saja yang dibanggakan" Roy tanpa kuduga berkata begitu.

"Kamu juga sayang, semua keponakan Paman."

"Bang Andra juga"tanya Roy
Pamanku sedikit diam lalu menyambung kata katanya.

"Iiiyaa....juga abangmu" katanya memiringkan kepalanya.

"Paman ini pilih kasih" Roy pergi meninggalkan kami.

"Maaf Paman, Andri mandi dulu, kotor, baru pulang dari makam Ayah"

"Iya Andri, paman tunggu disini"

"Iya paman" kataku meninggalkannya.
Aku langsung menemui Roy.

"Heii...kau kenapa sewot kek gitu"

"Gak suka saja. Selama Roy kuliah, tuh pamannya bang Andri tak pernah lah datang kemari."

"Idiiiihhh...pake kata "paman abang segala". Paman kita Roy, biar bagaimana pun, Paman itu saudara mamak kita. Gak bisa dibantah" kataku menepuk pipi adekku.

"Sikapnya sama bang Andra, bikin Roy gak bisa terima."

"Sudah dari dulu."
Kami menemui Mama kami yang sedang dibelakang rumah.

"Mak, mamak nakal ya. Bisa bisanya mengundang paman tanpa kasih tau Andri." kataku

"Andri sayang, maafkan mamak kau ini. Biar bagaimanapun, pamanmu kan saudara mamak. Wajarlah mamak mengundang"

"Yang penting jangan ada kata kata perjodohan ya mak, Roy tidak mau kalau bang Andri menikah sebelum kuliah Roy selesai"

"Roy, kenapa kau cakap gitu. Tidak ada perjodohan. Bang Andra juga tidak setuju, adekku Andri dijodohin" bang Andra sewot sekali.

"Anak anak mama yang cakep cakep. Kita ini mengadakan syukurannya, Andri. Jadi kita harus tunjukkan kita bahagia"

"Awas ya mak, kalau mama bohong. Roy tidak akan kuliah, kalau bang Andri disuruh nikah"

"Anakku, kita hanya syukuran, itu saja." mamakku seakan berfikir dengan mengernyitkan dahinya.

*****

"Asuuuuu iki wong. nelpon maneh, nelpon maneh. Ora ono gawean opo" umpatku ketika melihat hp yang berbunyi.

"Cakap apa lagi bang Andri ini" Roy heran mendengar bahas ku.
Aku keluar kamar, menerima telpon mas Fian.

"Ono opo maneh toh mas. Ganggu ae loh sampeyan." nada bicaraku kunetralkan.

"Andriii...masmu iki ora iso turu, mikirke sampeyan. Mas kangen sama kamu" tangisnya diseberang sana.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang