Bagian 3

923 32 1
                                    

Meeteng siang itu, tak dapat kupimpin dengan benar. Lamunanku terhadap Leon yang paling kucintai membuat aku merasa tak mampu berbuat apa apa.

"Pak Andri....pak Andri....ada masalah pak? Sepertinya sampean ndak fokus. Tidak seperti biasanya." manager marketing mencoba membaca fikiran ku.

"Ndak...ndak papa. Teruskan saja." kucoba mulai konsentrasi.
Tapi tidak bisa.
Fikiran ku masih ke Leon dan berganti membayangkan wajah tua Mamaku.

"Jadi kita akan membuka even di mall dan stasiun stasiun kereta api untuk promosi pak Andri. Saya sudah siapkan semuanya termasuk sales sales yang bertugas"

"Ok pak. Nanti akan saya coba kalkulasi budget project ini. Teruskan lakukan yang terbaik buat kemajuan perusahaan kita"
Kataku menutup meeting yang tidak bisa kucerna sepenuhnya.

"Bang Andri, ada masalah bang?" Pak Berton manager marketing yang ku andalkan memberi simpati padaku.

"Ra ono mas. Aku agak sedikit gak enak badan aja." aku berbohong pada sahabatku ini.
Didalam pergaulan sehari hari kami selalu menggunakan kata Mas atau Abang untuk komunikasi.

"Sampean ra biasane loh bang. Cerito karo aku bang. Biar plong perasaannya, bang" katanya lagi

"Ndak popo mas. Beneran." kataku sambil berdiri mau meninggalkannya.

"Aku kenal sampean bang Andri. Sepertinya abang ada masalah. Aku tau itu"

"Nanti kalau aku sudah gak bisa mengatasi, akan kubilang sampean. Aku keluar dulu ya"
Pak Berto, merasa tak enak melihat sahabatnya punya masalah.
Sampe diruanganku aku langsung menelpon Leon. Tapi tidak diangkat.
Ku sms dia agar mengangkat telpon ku, tapi ketika ku telpon lagi tetap gak diangkat.

*****

Dua minggu sudah berlalu, tapi komunikasi ku dan Leon tidak ada. Telpon dan sms ku tak pernah berbalas. Dengan hati yang kuberanikan, aku datangi Leon di BENGKEL mobilnya pagi itu dengan mengendarai motor matic ku.

Dari kejauhan sudah kulihat Leon dengan beberapa orang karyawannya.
Kucoba menyapanya dengan tenang.

"Sugeng Enjing pak Leon." sapaku

"Selamat pagi pak. Ada yang bisa saya bantu."Leon mendekati ku.

"Leon, abang rindu. Abang mau bicara bisa tidak" kataku mengikuti langkahnya ke arah parkir motorku.

"Leon sibuk bang. Tidak bisa" jawaban yang tidak pernah kuharapkan.

"Leon, abang hanya ingin ketemu kau. Abang ingin memelukmu, apa tak ada rasa sedikitpun sama abang. Abang mencoba jujur sama kamu Leon, dengan memberitahu kamu, permintaan Mamaku, tapi jadi bumerang bagi abang, kau menjauhi abang. Aku sangat sakit Leon."

"Untuk sementara ini Leon mencoba agar bisa pelan pelan menerima bang Andri menikah. Biar bagaimanapun, nanti kalau abang menikah kita tidak bisa lagi seperti dulu"

"Apa kau sudah ada pengganti Abang, Leon. Sepertinya kamu semudah itu untuk menggali jarak dengan abang"

"Bang Andri, hanya abang yang di hati Leon. Tidak akan ada yang bisa menggantikannya"

"Kalau begitu, kita kerumahku. Aku merindukanmu."

"Nuwun sewu Bang, saiki ora iso. Maaf"
Leon pergi meninggalkanku begitu saja tanpa memperdulikan betapa aku merindukannya.
Aku hanya bisa menahan perasaan sakit di dadaku melihat punggung Leon.

ANDRI DAN KISAHNYA The End. ( GAYLOVE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang