Haruka dan Sachi bertemu satu sama lain. Suasana menjadi hening dalam sekejap, aku kurang lebih tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Aku tidak memberitahu Haruka jika Sachi akan datang ke rumah hari ini, jadi kehadirannya sangat tidak terduga baginya.
Keduanya sangat tidak akur, bagaikan kucing dan anjing. Aku sangat mengetahui hal tersebut, dan sekarang kucing dan anjing itu berada dalam satu kandang yang sama.
Ditengah-tengah anjing dan kucing tersebut, terdapat seekor tikus tidak berdaya yang tidak ingin terlibat dengan masalah yang merepotkan. Akan tetapi, kedamaian itu tidak pernah terwujud karena pertengkaran anjing dan kucing tersebut. Apa yang harus kulakukan demi membuat kedua hewan yang yang saling bermusuhan akur?
"Kakak... sepertinya pelajaran yang kuberikan padamu masih kurang rupanya." Haruka mulai membunyikan jari-jari tangannya. Itu terdengar mengerikan.
"Ini tidak seerti yang kau bayangkan Haruka, kami hanya melakukan sesuatu yang privasi dan tidak boleh diganggu oleh orang lain."
"Baiklah, aku akan menelepon ayah dan ibu sekarang." Haruka mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Nyonya Haruka!! Maafkan hamba!!"
Aku segera berlutut demi menjaga nyawa dan uang sakuku tetap aman.
***
Pada akhirnya, Haruka juga ikut bergabung dalam sesi belajar kami. Sekarang posisi duduk berubah, Haruka dan Sachi saling berhadapan satu sama lain. Sedangkan aku sendiri disisi meja lainnya untuk menengahi mereka.
"Haruka keluarkan bukumu, kerjakan soal yang mudah terlebih dahulu. Aku akan mengajarimu setelah mengajari Sachi terlebih dahulu."
Sachi tersenyum mengejek kepada Haruka seolah-olah kemenangan sudah berada ditangannya. Haruka yang melihatnya, mendecakkan lidahnya dengan kesal.
"Aku mengerti, jadi kakak lebih memilih yang kecil daripada yang besar." Haruka melirik ke arah dada Sachi yang seperti papan cucian.
"Hei apa maksudmu itu!!?" Sachi berteriak dengan keras.
Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan mereka. Tetapi aku tahu bahwa jika ini dibiarkan maka tidak lama lagi keadaan akan menjadi medan perang.
Aku menyuruh Haruka untuk serius, dan ketika melihat wajahku yang tidak menunjukkan tanda-tanda bercanda. Haruka mulai menyerah dan mulai mengerjakan pekerjaan rumahnya. Aku beralih ke arah Sachi dan membuatkan beberapa soal yang kemungkinan akan keluar di remidi ulangan.
"Sekarang Sachi, tugasmu adalah menjawab semua pertanyaan ini. Untuk jawabannya kau dapat mencarinya di buku catatan ku, ah untuk soal matematika kau bisa mencari rumusnya di buku analisa. Jika ada yang tidak kau pahami kau bisa bertanya padaku."
Saat aku melihat ke arah Sachi, dia terlihat menatapmu dengan takjub. Hentikan itu, dan fokuslah dengan apa yang aku katakan sebelumnya.
"Sachi, apakah kau mendengarkanku?"
"Ah... Benar, aku akan segera melakukannya."
Keduanya belajar dengan tekun. Aku melihat mereka berdua dengan tatapan tentram, Sachi juga sepertinya berusaha keras untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang kubuat. Dan untuk Haruka, sangat jarang melihatnya sangat serius dalam mengerjakan pekerjaan rumahnya kali ini.
Sebelum-sebelumnya, Haruka akan merasa malas atau bahkan mengeluh saat belajar. Tetapi dia tampak lebih bersemangat hari ini.
"Kakak... aku tidak terlalu mengerti tentang ini. Apakah kau bisa menjelaskannya padaku?"
"Ah, yang ini bukan? Kau hanya perlu memfaktorkan antara bilangan- Tunggu Haruka tetekmu menyentuhku."
Haruka mendekat padaku dan membiarkan sikutku mengenai dadanya yang jumbo. Aku tidak tahu apa dia sengaja atau tidak, tapi jika terus berlanjut. Maka aku tidak akan bisa fokus untuk mengajarinya.
"K-Kira... aku tidak mengerti dengan ini, tolong ajari aku." Pinta Sachi.
"Baiklah, sebentar... Haruka, kau hanya perlu memfaktorkan bilangan X dan Z dan lalu membagikannya dengan bilangan Y. Maka kau akan menemukan jawabannya setelah itu."
Setelah membantu Haruka, aku beralih ke Sachi. Haruka tampak cemberut, tapi aku akan berpura-pura untuk tidak melihatnya. Dilain sisi, sama seperti Haruka. Sachi juga. Mendekatkan tubuhnya kepadaku. Tapi yang terasa adalah...
"Ini keras..." Aku secara tidak sadar menggumamkan kalimat itu. Tidak seperti Haruka, dada Sachi terasa seperti papan cucian dan tidak ada sensasi lembut sama sekali.
Haruka menahan tawanya, Sachi yang menyadarinya serasa ingin menangis. Tapi dia tetap mendekatkan tubuhnya kepadaku dan mendesak sikutku lebih erat ke dalam dadanya.
"Kakak... aku perlu bantuanmu disini."
"Baik!"
Aku beralih ke Haruka.
"Kira... aku tidak terlalu mengerti tentang soal ini. Apakah kau bisa membantuku?"
"Baik!"
Aku beralih ke Sachi.
"Kakak, aku juga tidak mengerti dibagian ini. Apa kau bisa membantuku."
"Oke.."
"Kira, disini penjelasannya sedikit rumit. Aku tidak bisa memahaminya."
"Baik..."
"Kakak, apa yang dimaksud dengan pohon faktor itu?"
"Pohon faktor adalah..."
"Kira, apa yang terjadi jika bumi dan matahari bertabrakan satu sama lain?"
"Itu kiamat!"
"Kakak, apakah jika kita memakan cairan putih hewan nanti anak yang ada diperut akan berubah menjadi hewan juga?"
Aku langsung berdiri. Dan membenturkan kepalaku ke dinding dengan kuat hingga darah mengalir keluar dari kepalaku. Aku kembali duduk sambil menatap keduanya dengan senyum lembut.
"Jadi, bisakah kita lebih serius?"
"B-Baik."
Setelah itu, genjatan senjata diantara kucing dan anjing diberlakukan. Si tikus muncul sebagai pemenangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER VS GIRLFRIEND [TAMAT]
Romance[Novel Romcom yang membuat perut anda terkocok setiap saat.] Aku, Akira Mirai adalah pemuda biasa yang dapat ditemukan dimana saja, hidup secara normal dan mencoba meraih masa depan sebaik mungkin. Haruka Mirai, adalah adik Perempuanku. Dia selalu m...