Perasaan Haruka

17 3 0
                                    

"Hachoo! Kakak bisakah kau mengelap cairan putih yang menempel di mukaku ini?"

"Ugh! Dasar padahal kau itu sakit tapi masih suka aja bicara kotor."

Dengan perlahan aku mengelap ingus yang keluar dari hidung Haruka. Sekarang Haruka sakit dan dia tengah berbaring di kamarnya. Karena tidak ada yang menjaga Haruka jadi aku meminta izin ke sekolah untuk tidak masuk sementara waktu.

"Sachi memberikan buah-buahan padamu, kau harus memakannya nanti ya."

"Haa?! Aku tidak mau!"

"Oi! Oi! Jangan begitu, Sachi sudah susah payah membawakannya sebelum dia berangkat sekolah. Itu tanda bahwa dia peduli padamu, Haruka."

Wajah Haruka memerah, dia menarik selimut hingga setengah wajahnya tenggelam.

"Kakak sendiri, kenapa kakak bisa suka sama wanita itu, apa karena Kakak suka tete yang lebih kecil?"

"Kenapa kau menyimpulkannya seperti itu?"

"Tidak salah, kan? Aku akui wajahnya itu tidak buruk. Tapi tetap saja kecil. Anime yang kakak tonton karakter wanitanya juga memiliki dada yang kecil."

"Ugh! A, aku tidak bisa menyangkalnya tapi memang bukan itu alasan sebenarnya!!"

"Kalau begitu ceritakan! Kenapa Kakak bisa menyukai jalang itu!"

"K, kenapa aku harus menceritakannya padamu?"

"Arg! D, dadaku mulai sakit! Se, sepertinya waktuku tidak lama lagi!"

"Bukankah kau hanya demam, Haruka?! Bagaimana itu bisa menjadi penyakit berat?!"

"Li, lima detik lagi!"

"Baiklah! Baiklah aku akan menceritakannya jadi berhentilah menakutiku seperti itu!"

Aku menghela nafas lelah sementara Haruka yang tadinya berakting kesakitan sekarang berubah menjadi tidak merasakan apapun. Meski aku tahu dia berbohong tapi tetap saja aku takut akan kemungkinan buruk yang terjadi padanya.

"Semua itu berawal saat aku memasuki tahun ajaran pertama SMA."

***

Musim semi, dan dibukanya tahun ajaran baru bagiku, yang baru saja menginjakkan kaki ke dunia SMA. Aku hanyalah murid biasa dan ingin menghabiskan waktu sebagai orang biasa saja. Tidak ingin terlalu menarik perhatian dan hidup sesimpel mungkin.

Itulah peran yang harus kulakukan demi mendapatkan kehidupan sekolah yang damai.

"Udara yang segar."

Menghirup udara di pagi hari di musim semi memang yang terbaik. Aku yakin orang lain juga sepemikiran denganku. Dengan langkah kaki yang ringan aku mulai menapakkan kakiku di sekolah.

Melihat papan pengumuman. Aku melihat bahwa aku masuk ke kelas 1-B. Ketika aku mengecek kelas lainnya, aku tidak menemukan satupun teman yang berasal dari SMP-ku dulu. Sepertinya mereka semua tidak memilih SMA yang jauh dari rumah mereka.

Yah, meski aku agak sedih tapi aku harus tetap maju dan membuka lembaran baru.

***

KRING!

Bel tanda masuk kelas telah berbunyi. Aku duduk di kursiku, yang berada di pinggir kanan kelas. Tempat yang kurang strategis memang tapi aku tidak berhak protes atas pembagian bangku.

Kami memulai perkenalan satu persatu. Ada satu orang yang menarik perhatianku, namanya adalah Gerald. Dilihat dari penampilannya sepertinya dia murid pindahan dari luar negeri, aku merasa bahwa aku akan akrab dengannya.

Setelah perkenalan selesai, dilanjut dengan materi pertama. Karena masih hari pertama masuk sekolah, jadi kami diharuskan untuk menulis siapa orang yang menarik di kelas untuk mengakrabkan diri. Kemudian kami diharuskan untuk menumpuk kertas tersebut dan dibacakan secara acak di depan kelas oleh wali kelas.

Tentu saja, kami tidak dianjurkan untuk menulis nama kami di kertas tersebut.

"Orang yang menarik perhatianku? Kurasa aku akan menulis nama pria asing itu. Sial! Sepertinya aku lupa membawa alat tulisku! Kenapa ini harus terjadi di hari pertamaku masuk sekolah!!"

Disaat aku dilanda kepanikan. Disaat itulah ada tangan yang menjulurkan bolpoint ke arahku.

"Ini ... aku lihat kau sepertinya sedang kesulitan mencari alat tulismu. Karena aku punya lebih dari satu, kau bisa memakainya."

Dia adalah gadis yang duduk tepat disamping tempat dudukku. Dengan rambut hitamnya yang panjang, dan matanya yang indah. Dia mencuri hatiku dalam pandangan pertama.

"Cantik sekali."

"Eh?"

"Ah, tidak maksudku terimakasih! Aku sangat tertolong!"

"Hahaha! Santai saja."

Itulah pertemuan pertamaku dengan Sachi. Pertemuan yang begitu berarti bagiku, dan disaat itulah aku langsung menuliskan namanya.

***

"Kau sudah paham sekarang?"

"Hee, jadi bukan karena tete?"

"Aku tidak menyangkalnya tapi tentu saja alasan utamanya bukan itu!"

"Tapi jatuh cinta hanya karena dipinjamkan bolpoint, bukankah kakak terlalu murahan?"

"Jangan menghina kepolosan hatiku saat itu!"

Haruka cemberut, dan terdiam untuk beberapa saat. Hingga kemudian dia menarik kerahku.

"Ha, Haruka?"

Wajah Haruka lebih merah daripada sebelumnya.

"Haruka, apa demammu semakin bur-"

"Aku tidak suka ini, bagaimanapun juga. Aku tidak akan kalah dengan wanita itu."

"Tunggu, apa yang kau katakan?"

"Kakak, aku menyukaimu."

Meskipun dia mengatakan hal memalukan seperti itu. Entah kenapa aku tidak terkejut sama sekali, mungkin itu karena selama ini aku sudah mengetahui perasaan Haruka namun aku hanya berpura-pura tidak mengetahuinya demi kelancaran hubungan kami.

"Haruka, kau tahu-"

"Aku tahu kita adalah keluarga! Tapi kita tidak memiliki hubungan darah!" Haruka mendekatkan bibirnya di telingaku. Hembusan nafasnya yang hangat membuatku ikut memerah, "oleh karena itu kakak, aku tidak akan kalah."








SISTER VS GIRLFRIEND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang