Nasib

19 4 2
                                    

"A, apa yang kalian lakukan disini?"

"Bukankah itu sudah jelas?" Helena menempel pada Gerald, "tentu saja kami kemari untuk kencan, benarkan Tuan Gerald?"

"Te, tentu saja itu benar! Kau sendiri apa yang kau lakukan disini, Kira?" balas Gerald dengan muka mengkerut yang dipaksakan.

Sepertinya Gerald dibawa kemari karena keegoisan dari Helena. Karena keputusan dari orang tua mereka yang membuat mereka bertunangan itu membuat Gerald sulit untuk menolak. Yah, meski bukan tunangan sekalipun aku yakin masih bakal sulit menolak Helena si lidah tajam.

Aku turut berduka padanya.

"Apa yang kau katakan, tentu saja aku sedang berkencan bersama Sachi."

Gerald menyipitkan matanya tidak percaya padaku. Aku berkeringat dingin dan berusaha semaksimal mungkin untuk tetap mempertahankan senyumku. Jika Gerald tahu bahwa aku bersama Haruka maka bisa-bisa dia akan lepas kendali dan membuat Helena marah. Jika Helena sudah marah maka itu akan jadi hal yang merepotkan.

Sebisa mungkin, aku harus menyembunyikan keberadaan Haruka dari orang Maso ini.

"Ayo Tuan Gerald! Tinggalkan rakjel ini. Ah, aku ingin itu Tuan Gerald! bentuknya panjang dan ada putih-putih yang keluar dari pucuknya!"

"Sebut saja Mayones! Jangan mendeskripsikan hal yang bisa buat orang lain salah paham!"

"Ka, kau juga kesulitan ya, Gerald," ucapku dari lubuk hatiku yang terdalam.

"Begitulah."

Di dalam hati, kami saling mengasihani satu sama lain.

***

Setelah berpisah dengan Gerald dan Helena. Disaat itu juga Pertandingan antara Haruka dan Sachi berakhir. Aku cemas jika Haruka menjadi pemenangnya karena dia adalah adikku.

Bu, Bu, Bu, bukannya aku ingin mandi bareng Sachi atau semacamnya. Hanya saja aku tidak mau jika itu berjalan terlalu cepat atau semacamnya. Tentu saja, untuk melakukannya kami harus menikah dulu, kukatakan sekali lagi Bu, Bu, Bu, bukan berarti aku ingin mandi bareng Sachi atau semacamnya.

Tapi untungnya keduanya berakhir seri dan tidak ada pemenang di pertandingan tersebut. Aku merasa lega sekaligus kecewa, perasaan apa ini sebenarnya?

Karena sudah lelah, akhirnya kami bertiga memutuskan untuk mengakhiri kencan kami sampai disini. Sachi dan Haruka masih berdebat tentang hasil pertandingan mereka sebelumnya. Haruka mengatakan kalau dia tidak terima dengan hasilnya dan menginginkan pertandingan ulang.

Sachi langsung saja menyetujuinya namun aku menolaknya dan mengatakan bahwa lain kali saja tanding ulangnya. Karena sekarang hari sudah semakin gelap dan ada jam malam yang diberlakukan untuk siswa SMA seperti kami.

"Jika sudah begitu maka kita menginap saja di Hotel," begitulah yang Haruka katakan tapi karena aku sudah melihat niat terselubungnya jadi aku langsung menolaknya.

***

Gerald POV

"Tuan Gerald! Mari kita berkencan!!"

Helena berteriak di depan rumahku dengan keras. Ditemani oleh pria kekar bersetrlan jas yang terlihat sangat dan mobil Limosin yang ada di belakangnya. Semua tetangga melihat ke arahnya dengan takjub.

Sementara itu, aku yang mengintip dari balik jendela kamarku di lantai dua. Hanya bisa berpura-pura tidak melihatnya dan mendengarnya. Jika aku mengabaikannya mungkin saja dia pergi, begitulah yang kupikirkan.

Hatiku saat ini hanya untuk Haruka-chan saja. Benar, jika aku membiarkannya maka dia akan pergi dengan sendirinya. Itu baik-baik saja.

"Kakak ada orang yang mencarimu jadi aku membawanya masuk."

"ARRRGGGG!!"

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Disana ada adik laki-lakiku yang membawa Helena masuk ke dalam kamar.

"Ah, betapa beruntungnya aku bisa melihat Tuan Gerald yang masih memakai piyama hehehe," Helena ngiler.

"Ron! Kenapa kau membawanya masuk tanpa seizinku?"

"Eh? Bukankah dia tunangan Kakak? Apa aku harus mendapatkan izin terlebih dahulu?" balas Ron dengan polosnya.

Disisi lain dahi Helena mulai mengkerut. Hawa membunuh memancar dari seluruh tubuhnya. Aku hanya bisa menelan ludah setelah merasakan aura mengerikan itu.

"Te, tentu saja kau tidak perlu izin untuk itu. Ron, kerja bagus telah membawanya kesini."

Mendengar hal itu membuat senyum Helena kembali seperti semula, "Fufufu, Tuan Gerald ternyata rindu padaku! Aku juga rindu padamu Tuan!!"

"Tu, tunggu!"

Helena melompat dan memelukku dengan erat kemudian menciumku di berbagai daerah. Ron yang merasa bahwa tugasnya disini sudah selesai bergegas pergi sambil menyeringai jahat kepada ku.

Aku menyadari senyumannya itu. Ron adalah adik bermuka dua, dia hanya berpura-pura bersikap polos dan ingin sekali melihatku menderita. Dengan kepolosannya itu dia bisa menghasut orang tua kami untuk menuruti segala keinginannya. Dia juga suka memanipulasi temannya agar berpihak padanya. Itulah alasan utamaku membenci adik laki-lakiku.

"He, hentikan Helena! Jangan yang bawah sana."

"Chu!"

"Ah!"

Aku merasakan perasaan lega yang sulit dijelaskan.






SISTER VS GIRLFRIEND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang