Haruka POV
Aku sadar aku tidak akan menjadi orang yang terpilih. Lagipula mata Kakak selalu terpaku pada Pacarnya. Yah meskipun aku memiliki tete yang lebih besar daripadanya. Tapi tetap saja, menjadi Heroine yang kalah itu sangat tidak enak.
"Haah, Ini yang terbaik."
Agar tidak menjadi pengganggu hubungan mereka. Aku memutuskan untuk pindah, aku sudah bilang kepada Ayah dan Ibu dengan alasan kepengen hidup mandiri, dan untungnya mereka langsung percaya begitu saja dan mengirimiku uang.
Aku tahu aku tidak bisa terus berbohong kepada mereka untuk mendapatkan uang. Jadi aku harus mencari pekerjaan paruh waktu dan benar-benar hidup dalam kemandirian.
Aku tidak membenci Sachi, karena dia juga merupakan temanku. Meskipun kami terus menerus bertengkar. Tetapi pada akhirnya kami berdua tetap bersenang-senang.
Itu semua karena Kakak yang menyatukan kami. Benar, Kakakku sangat luar biasa, bukan?
Sachi juga tidak kalah luar biasanya. Dia bisa unggul dengan Kakak dalam hal pelajaran. Yah, meskipun begitu aku merasa kalau Kakakku lebih pintar sih. Terus dia juga atletis, meskipun tubuhku lebih subur darinya.
"Aku senang bisa bertemu dengannya."
Benar, aku senang bertemu dengannya. Jika bisa, aku tidak ingin berpisah dengannya.
"Haruka!!"
Suara seseorang memanggilku dari belakang. Di tempat ini, hanya satu orang yang tahu keberadaan tempat ini dan itu adalah Kakak. Tapi tetap saja, dia bisa sampai secepat ini, sungguh mengesankan.
Namun, ternyata dugaanku salah. Karena yang memanggilku bukanlah Kakak.
"Sachi? Ba, bagaimana kau bisa tahu aku disini?"
"Kau gadis bodoh!"
Sachi menghampiriku. Apakah dia akan memelukku karena rindu? Yah aku bisa menebaknya. Karena dia adalah temanku, jadi dia pasti khawatir denganku.
Plak!
"Ap—"
Kedua mataku melebar ketika Sachi menamparku. Tamparan yang begitu keras dan menyakitkan. Tetapi entah kenapa, aku tidak bisa tidak menerimanya.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan? Kau menghilang di tengah permainan sebelum menentukan pemenangnya?! Kau tahu Haruka! Aku selalu kesal denganmu dari dulu! Karena sifatmu itulah aku dan Kira selalu kerepotan!"
Ah, jadi begitu.
"Memangnya kenapa...," dengan suara gemetar aku menjawab, "Aku sudah tahu kalau Kakak tidak akan pernah memilihku. Dimatanya, aku selalu dianggapnya sebagai adiknya. Itu menyakitkan, melihat kalian berdua hanya membuatku semakin iri. Kau tahu Sachi, di dalam hatiku perlahan mulai muncul keinginan untuk menyingkirkanmu. Aku takut jika keinginan itu akan terjadi."
Aku memeluk tubuhku. Saat aku berpikir tentang Kakak yang akan direbut oleh orang lain. Pemikiran keji seperti itu mulai muncul di dalam kepalaku.
"Kau selalu yang menjadi terbaik di mata Kakak. Kau selalu menjadi yang paling disayangi, kau selalu menjadi nomor satu. Melihatnya saja membuatku sangat iri padamu."
Aku tersenyum dan melihat langsung ke arah matanya.
"Jadi, bukankah ini pilihan yang terbaik? Untuk sementara waktu aku akan menghilang dan kalian bisa menghabiskan waktu dengan nyaman tanpaku. Tenang saja, aku akan baik-baik saja tanpa Kakak sekalipun."
Aku melakukan permainan ini untuk mengakhiri semuanya. Kakak itu orang baik, jadi aku tidak ingin membuatnya merasa bahwa keputusannya akan menyakitiku. Jadi aku akan menyakiti diriku sendiri sebelum Kakak menyakitiku.
"Karena itu kau kabur?"
"Apa?"
"Haruka, kau hanya pengecut yang mudah menyerah."
Angin berhembus kencang. Mata Sachi saat ini memiliki cahaya yang berbinar. Cahaya itu menusuk ke arah Haruka, seperti tusukan pedang yang tajam.
"Kau hanya pengecut yang mudah menyerah."
"Kalau itu benar memangnya kenapa?! Aku sudah berbaik hati kepadamu untuk mendapatkan Kakak! Tapi kenapa kau malah sok-sokan peduli padaku! Sudahlah pacaran sana dan tinggalkan saja aku—"
Plak!
Lagi-lagi Sachi menamparku. Karena kali ini terasa sangat menyakitkan, aku membalasnya.
Plak! Plak! Plak! Plak!
Kami berdua berkelahi. Saling membalas satu sama lain. Terkadang juga menjambak masing-masing rambut. Namun, entah kenapa aku kalah dalam hal tenaga padahal sudah jelas tubuhku lebih besar darinya.
"Tapi Haruka! Aku tidak membenci sifatmu yang itu! Terkadang ada pilihan yang memaksa kita untuk memilih menyerah! Aku tidak seluruhnya menyalahkan keputusanmu itu!"
"Diam!"
"Tapi bagaimanapun juga Akira akan tetap memilihku! Bukan kau! Aku akan selalu menjadi pendampingnya! Haruka aku ingin kau menerima kenyataannya bukan lari dari kenyataan ini!"
"Diamlah! Berhenti mengatakan apapun!"
"Hanya saja kau salah mengartikan tentang kasih sayang Akira! Karena selama ini Akira selalu menyayangiku melebihku yang seorang pacarnya! Akira terus menerus memberimu perhatian lebih padamu dibandingkan denganku! Dia lebih sayang padamu! Terima kenyataan itu Haruka!"
Pada akhirnya aku terjatuh, dan Sachi berhasil menindihku dengan tubuhnya. Semakin aku mencoba untuk memberontak. Tenaga yang Sachi keluarkan untuk menindihku semakin kuat.
"Kau tahu apa tentang aku dan Kakak—"
"Selama ini aku selalu iri denganmu!! Kau selalu mendapatkan perhatian Akira dibandingkan denganku! Ada saatnya aku berpikir kalau Akira akan direbut olehmu dan itu membuatku benar-benar sangat khawatir!! Akira selalu menyayangimu melebihi siapapun di dunia ini! Jadi terimalah kenyataan itu! Haruka Mirai!"
Kata-kata Sachi benar-benar menusuk hatiku. Tubuhku lemas dan berhenti memberontak. Air mata menetes dan mengalir tanpa henti. Sebenarnya aku juga sudah mengetahui itu, bahwa Kakakku menyayangiku sebagai adik melebihi siapapun. Hanya saja, aku menolaknya.
"Sachi... apa yang harus kulakukan?! Aku sudah melakukan hal buruk terhadap Kakak!"
Sachi tersenyum, dan menjawab, "Kau juga sudah tahu apa yang harus kau lakukan, bukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SISTER VS GIRLFRIEND [TAMAT]
Romance[Novel Romcom yang membuat perut anda terkocok setiap saat.] Aku, Akira Mirai adalah pemuda biasa yang dapat ditemukan dimana saja, hidup secara normal dan mencoba meraih masa depan sebaik mungkin. Haruka Mirai, adalah adik Perempuanku. Dia selalu m...