Bagian 1

3.1K 297 30
                                    

Happy Reading

.


"Bi, tolong suruh Pak Mamad buat anterin surat izin ku ya." Pinta Arga pelan. Bahkan hampir seperti berbisik.

"Iya den, aden makan dulu ya!" Jawab Bi Inem sembari menaruh nampan yang dibawanya ke nakas samping tempat tidur Arga.

"Hmm....makasih, Bi."jawab Arga seadanya.

"Iya den, obatnya juga sudah bibi taruh disitu, jangan lupa diminum ya, " Arga menoleh. Benar, diantara mangkok dan gelas itu terdapat botol putih yang ia yakini adalah sebuah obat. "Kalau gitu Bibi keluar dulu."Pamit bi Inem.

Tak ada jawaban lagi dari Arga, Bi Inem pun juga sudah terlampau biasa dengan sikap Arga.

Dan semua hal yang Arga lalui dirumah ini pasti Bi Inem pun juga tahu, dialah saksi nya. Bagaimana suara pukulan, bentakan, rintihan, dan tangisan itu mengalun indah setiap harinya. Ia tahu.

Bahkan wanita paruh baya itu pun masih ingat dengan jelas bagaimana Arga yang sekarat dengan darah yang mengalir deras dari kepalanya.

Sakit? Tentu saja. Hati perempuan mana yang tak sakit jika melihat hal semenyedihkan itu? Dia juga seorang ibu!

Tapi apa yang bisa ia lakukan selain menjaga anak Pak Abraham itu? Menyelamatkannya, mengasuhnya, memberinya kasih sayang layaknya anak kandungnya sendiri. Ya, hanya itu.

Seperti halnya kemarin saat ia baru pulang dari toko kelontong, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari arah belakang.

Seperti sudah biasa mendengar suara gaduh itu, Bi Inem langsung pergi kedapur mengambil baskom lalu menyiapakan kotak P3K.

Dia sudah hafal apa yang terjadi,jadi setelah bi Inem melihat tuan besar keluar rumah, Bi Inem langsung berlari ke kamar mandi belakang.

Hati bi Inem mencelos seketika, walaupun pemandangan seperti ini sudah biasa dia lihat, tapi rasanya masih sakit ketika melihatnya.

Tubuh nya menggigil, luka dimana-mana, dan jangan lupakan mata nya yang sudah terpejam seakan enggan lagi untuk terbuka.

Air mata jatuh seketika melihat betapa malang nasib anak ini, ya dia adalah Arga, anak dari majikannya sendiri, tapi rasa sayang nya kepada Arga, bak seorang ibu kepada anak.

Arga kemudian mengambil ponselnya, mengetikkan sesuatu disana. Lalu setelah itu ia berganti mengambil nampan yang dibawakan oleh Bi Ani. Melahap hidangan itu meski tak selera. Ia harus cepat sembuh karena nanti pasti akan sakit lagi.


Renjun

Njun, gue izin ya. Lagi pusing nih gue.
06.53

Boong ya lo?
06.55

Beneran anjir.
06.56

Nggak mungkin lo cuma perkara pusing kagak masuk sekolah. Gue jemput sama temen-temen. Dimana lo?
06.57

Wc lo!
06.58

**

"Heh, pangeran dateng woy!!"

"Mana? Mana?"

"Ah, minggir anjir! Gue juga mau lihat!"

"Astaga ganteng banget gila!!"

ArgaNantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang