Mari kita awali cerita ini dengan senyuman manis milik Mas Nanta:D
Happy Reading
.
Ini hari minggu, hari merdekanya para siswa dan siswi. Bangun siang tidak mandi dan bergoleran di kamar seharian. Entah hanya untuk tidur kembali, bermalas-malasan sampai lumutan, self healing sembari mendengarkan musik, atau menonton drama korea 150 episode.
Namun, lain orang pasti lain kegiatan. Seperti Nanta, setelah sarapan pagi ini ia memilih untuk merebahkan dirinya di sofa ruang tengah alih-alih mandi guna apel dirumah pacarnya. Bertemankan setoples kacang mede dipangkuan, ia memulai khidmat menonton spons kuning dan bintang laut pink yang ditayangkan si layar datar didepannya.
Tertawa, mengumpat, dan mengkesal seorang diri. Persis seperti nenek-nenek saat menonton sinetron kesukaannya.
"Itu si kuning ngapain telanjang si anjir!"
"Haha, bibirnya si gurita keriput. Kek sil– eh nggak jadi. Hahahaha."
"Kok ada ya, orang yang mau temenan sama petrik? Untungnya apa sih? Udah banyak minta nggak tahu diri lagi."
"A', Bunda mau belanja dulu. Kalau mau pergi pintunya jangan lupa dikunci." Tiba-tiba Bunda menyahut ditengah acara Nanta mengomentari si kuning.
"Iya, siap Bun." Jawab Nanta tanpa mengalihkan pandangannya. Bundanya pun hanya menghela napas sesaat dan menggelengkan kepalanya. Lalu berjalan keluar rumah.
"Goblok! Itu pintunya jangan ditutup woy!"
"Kamu ngatain Bunda, A'?!" Ibu rumah tangga itu kembali masuk ke rumah. Baru saja ia menutup pintu tapi sudah dikejutkan oleh teriakan Nanta yang mengatainya. Kurang ajar!
Nanta gelagapan, "Bukan atuh, Bun. Ya allah. Itu loh si kuning sama si pink malah nutup pintu rumahnya si tupai seksi. Kan bisa mati entar." Jelas Nanta takut.
Bunda Elva yang kepalang kesal pun melempar sendal rumah ke arah Nanta. Kemudian berlalu begitu saja tanpa rasa bersalah.
"Astaghfirullah, Bunda. Untung sendalnya nggak kena muka." Gumamnya sembari mengelus dadanya sabar. Lalu setelahnya suara debuman pintu terdengar keras. Membuatnya terkejut bukan main.
"Astaghfirullah gusti. Sungguh ciptaanmu yang satu itu sangat luar biasa."
Lelaki dengan celana kolor dan kaos oblong putih itu lantas mengambil sendal yang terdampar di sampingnya, "Iyuh, taik, jijyik, eww." Dan dilemparnya sendal itu kearah pintu dengan logat jijik ala bencongers yang bulu keteknya lebat layaknya hutan rimba. Lalu kembali fokus pada acara televisi didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ArgaNanta
FanfictionGelap dan Terang. Mungkin itu adalah kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana kehidupan Arga dan Nanta. Arga si malam yang gelap dan sunyi. Dan Nanta si pagi yang cerah dan ramai. Disini kita akan belajar dari keduanya. Bagaimana Arga yang beru...