bagian 4

1.9K 252 24
                                    

Chapter ini sedikit lebih panjang guys. Semoga kalian suka:)

.
.

Happy Reading

.

.

Selama di perjalanan, Arga dan Shanaya sama-sama geming. Tak ada satu pun diantara mereka yang berniat untuk membuka suara terlebih dulu. Hingga pada akhirnya suara bising dari kendaraan lain lah yang mengisi kekosongan itu.

Dijalanan sore itu, sebuah motor sport berwarna merah berhenti, sebab didepan sana lampu merah sedang menyorot tajam. Membuat Arga, si pengendara motor itu berdecak tak suka. Niat hati ingin cepat-cepat sampai namun sepertinya lampu lalu lintas ini tak mendukungnya. Menjebaknya sedikit lebih lama bersama gadis manis yang berada di jok belakang motornya.

"Lo bisa diem nggak? Dari tadi gue rasa-rasain lo gerak mulu. Lo mau kita jatuh?"

Gadis yang sedari tadi sibuk menata roknya itu pun mencondongkan badannya, "Maaf, gue cuma mau ngebenerin rok gue kok. Nggak ada niatan apapun, beneran." Jelasnya dengan mengangkat dua jari diakhir kalimatnya.

Arga yang melihat raut lucu wajah Shanaya dari spion kaca pun hanya diam. Raut wajahnya terlampau datar untuk mengungkapkan kalau sebenarnya dia gemas bukan main. Tak mau dirinya berlama-lama menatap Shanaya, Aega segera kembali menatap jalanan depan.

Dan tak lama lampu merah yang berada didepan sana berganti warna menjadi hijau. Maka dengan begitu, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah Nanta.

"Arga." Panggil Shanaya sembari menoel pundak Arga pelan.

"Apa?"

"Turunin gue didepan sana ya,"

"Kenapa?"

Shanaya nampak diam sejenak, "Mmm..gue mau naik taksi aja." Terang gadis berambut pendek itu.

Arga menatap sekumpulan temannya yang sudah lebih dulu melaju, berpikir sejenak lalu mengangguk paham. Ia akhirnya memberhentikan motornya. Membuat Shanaya cepat-cepat turun dari motor gede itu.

"Makasih, Ga. Lo—?!" Shanaya diam membeku kala Arga mendekatinya. Melingkarkan tangan dipinggangnya hingga membuat Shanaya memejamkan matanya sejenak kala helm mereka saling bertubrukan.

"Udah cepetan naik. Kita udah ketinggalan jauh gara-gara lo." Ucap Arga setelah kembali menunggangi motornya.

Shanaya canggung, "Tapi–"

"Nanta nitipin lo ke gue. Jadi gue bertanggung jawab atas lo sekarang. Cepetan naik."

Ada setitik rasa sakit kala Arga melakukan semua itu bukan karena dari hatinya. Melainkan Nanta dan Anaya lah yang menjadi alasan mengapa Arga bersikap manis kali ini.

Maka dengan begitu Shanaya kembali menaiki motor Arga. "Pegangan, gue mau ngebut." Titah Arga yang langsung disanggupi oleh Shanaya. Memegang seragam lelaki itu dari samping. Dan setelahnya mereka kembali melaju membelah jalanan kota sore itu.

Sebenarnya Arga tidak bodoh kenapa Shanaya meminta turun. Rok sekolah yang terlalu pendek dan juga angin yang lumayan kencang. Membuat rok itu menyingkap jika tidak dipegangin. Maka dengan inisiatifnya Arga berakhir memberikan jaketnya.

ArgaNantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang