Happy Reading"Atah atah, apaan sih nyet!"
"Parah ya lo, gue masih hidup lo bilangin udah mati. Kampret lo!"
"Bukan salah gue elah! Orang gue bilangnya lo pergi! Lepasin woy, kepala gue mau copot ini!"
Pagi itu dikelas 12 Ips 2 sudah penuh akan teriakan Lukas dan Arga. Sedangkan Renjun dan Mark hanya menyimak dengan tawa yang menggema. Bukan keduanya sih, hanya Mark. Dan beberapa siswa yang lainnya yang bersikap acuh. Sudah biasa buat mereka. Kalau Nanta? dia belum datang. Kalaupun datang pasti juga pasti telat.
"Rasain! Mau lo nggak punya kepala juga gue bodoamat!" Balas Arga bersamaan dengan suara bel masuk berbunyi.
"Monyet kampung lo! Semalem di grup gue kan udah bilang. Bukan gue.."
"Nah, tuh orangnya noh yang bilang lo udah pergi!"
Disana, diambang pintu Nanta hanya diam. Raut wajahnya datar dan terkesan cuek. Lalu melengos begitu saja menuju arah bangkunya paling pojok belakang. Bersandar pada tembok seraya memainkan ponselnya.
Sebenarnya Arga tidak beneran marah. Dia hanya berakting seoalah-olah marah guna mengerjai Lukas. Dia hanya mengalihkan pemikiran temannya supaya melupakan tentang harinya kemarin dan lukanya.
Untuk kemarin, teman-temannya itu tidak jadi bertemu dengannya. Arga sedikit bersyukur karena ayahnya menyuruhnya berbelanja kemarin. Dan berterimakasih juga untuk laki-laki yang memberitahunya agar tidak pulang terlebih dahulu.
Bicara soal mati, seringkali juga Arga berpikir untuk mengakhiri hidupnya jika saja bunuh diri itu tidak dosa. Dia muak, dia lelah.
"Nan, ngaku dong! Lo nggak kasian gue jadi korban begini?!"
"Nggak ngurus." Jawab Nanta singkat.
"Tega kamu mas! Padahal pacar kamu loh yang tolol dan nyebar fitnah, hiks." Kata Lukas mendramatisir, masih dengan kepala yang dikepret Arga. Asal temannya itu tahu, dia capek membungkuk!
Nanta berdiri, mendekati Lukas dan Arga yang berada dibelakang kelas, "Pacar gue tolol ya?" Tanyanya dengan menatap Lukas tajam, lalu menyeringai bersamaan dengan kerlingan jahil dari Arga.
"Go!"
"Aaa anjer!! Turunin gue!!"
**
Siang ini kantin seperti biasa, ramai dan sangat berisik. Apalagi disisi kanan pojok belakang. Sudah hal biasa jika tempat itu selalu menjadi meja paling berisik diantara yang lain. Bagaimana tidak? Isinya tukang ngegas semua.
"Sambel mana sambel?!!" Teriak Lukas sembari celingukan mengabsen benda diatas meja makan.
"Sambel didepan lo tuh!" Jawab Arga tak kalah ngegasnya.
Renjun yang melihat Lukas masih celingukan pun jadi emosi, "Nih!" katanya sembari menyodorkan mangkok sambal didepan wajah Lukas, "Buta ya mata lo?!"
"Yaelah, Njun. Namanya juga manusia." Kata Lukas.
"Lo mah bukan manusia—"
KAMU SEDANG MEMBACA
ArgaNanta
FanfictionGelap dan Terang. Mungkin itu adalah kata yang pas untuk menggambarkan bagaimana kehidupan Arga dan Nanta. Arga si malam yang gelap dan sunyi. Dan Nanta si pagi yang cerah dan ramai. Disini kita akan belajar dari keduanya. Bagaimana Arga yang beru...